TEHERAN (RIAUPOS.CO) – Usai meredanya konflik selama hampir dua pekan, Iran dan Israel kini mulai menghitung kerusakan dan dampak kemanusiaan akibat perang yang meletus sejak 13 Juni lalu. Pemerintah Iran menyebut dampak yang ditimbulkan sangat serius, terutama di sektor militer, nuklir, hingga kawasan permukiman sipil.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyampaikan bahwa proses penilaian kerusakan sedang dilakukan secara rinci. “Para ahli dari organisasi energi atom kami tengah melakukan evaluasi menyeluruh,” ujarnya, seperti dikutip dari Al Arabiya, Jumat (27/6).
Selama 12 hari konflik berlangsung, data dari Kementerian Kesehatan Iran mencatat 606 korban jiwa dan lebih dari 5.300 orang luka-luka. Serangan udara Israel menyasar sejumlah fasilitas strategis milik Iran, termasuk instalasi nuklir, bandara, dan wilayah permukiman. Kerusakan diperparah setelah Amerika Serikat meluncurkan bom ke tiga situs nuklir Iran di Fordo, Natanz, dan Isfahan.
Iran pun melancarkan serangan balasan. Rudal dan drone menyerang wilayah Israel, menyebabkan sedikitnya 29 orang meninggal dan lebih dari 3.400 lainnya mengalami luka, berdasarkan data dari Universitas Ibrani di Yerusalem.
Konflik akhirnya terhenti sementara melalui gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat, dan mulai berlaku pada 24 Juni. Namun, Araghchi membantah adanya kesepakatan untuk memulai perundingan baru. “Kami tegaskan, tidak ada pembicaraan atau pengaturan baru yang disepakati,” ujarnya kepada Anadolu Agency.
Israel Tutupi Dampak Serangan Rudal demi Keamanan Nasional
Di sisi lain, Israel juga mulai mengevaluasi kerusakan akibat lebih dari 50 rudal yang diluncurkan Iran. Meski demikian, pemerintah Israel belum mengungkapkan secara resmi detail kerusakan dengan alasan menjaga keamanan nasional.
Menurut laporan AFP, peliputan media di lokasi terdampak pun sangat dibatasi. Bahkan media milik pemerintah harus memperoleh izin militer terlebih dahulu sebelum melaporkan kondisi di lapangan.
“Ini menyangkut keamanan nasional. Anda tidak ingin musuh tahu di mana rudal mereka mendarat atau membantu mereka menyempurnakan serangan berikutnya,” ujar Jerome Bourdon, Profesor Sosiologi Media dari Universitas Tel Aviv.
Selama konflik berlangsung, Israel lebih banyak merilis informasi soal keberhasilan operasi mereka daripada dampak yang diderita. Menurut Bourdon, itu bisa menjadi strategi komunikasi untuk mengendalikan narasi perang di mata publik.