Selama beberapa dekade, mayoritas orang miskin di dunia terkonsentrasi di Cina. Pembangunan besar-besaran dilakukan pemerintah untuk bebas dari stigma tersebut. Mimpi itu pun terwujud.
(RIAUPOS.CO) – PEPOHONAN dan bangunan indah di Gurun Kubuqi, Inner Mongolia, Cina, benar-benar menyejukkan mata. Satu dekade lalu, area itu hanyalah padang tandus nan gersang. Namun, beberapa tahun belakangan, sepertiga wilayah Gurun Kubuqi menghijau. Itu setara dengan 6 ribu kilometer persegi.
Akses jalan juga sudah dibangun. Beberapa bisnis mulai menggeliat. Gurun Kubuqi adalah salah satu bukti keberhasilan Cina dalam mengeluarkan penduduknya di area pedesaan dari kemiskinan ekstrem. Dulu, hidup layak di Gurun Kubuqi menjadi tantangan tersendiri.
Level kemiskinan di wilayah tersebut selalu di atas rata-rata nasional. Tapi, kini tidak lagi. Kamis (25/2), Presiden Cina Xi Jinping mendeklarasikan bahwa negaranya sudah bebas dari kemiskinan ekstrem. Yang dimaksud miskin ekstrem adalah mereka yang penghasil annya kurang dari 620 dolar AS atau Rp 8,8 juta per tahun.
Sejak kampanye keluar dari kemiskinan ekstrem yang disebut China Dream diluncurkan pada 2013, Cina berhasil mengeluarkan 98,99 juta penduduk pedesaan dari kemiskinan ekstrem. Sebanyak 832 kabupaten dan 128 ribu desa berhasil keluar dari daftar wilayah miskin. Cina tak ingin lagi dicap sebagai kantong kemiskinan global.
’’Tugas berat untuk memberantas kemiskinan ekstrem telah terpenuhi,’’ tegas Xi Jinping dalam pidatonya, seperti dikutip BBC. Dia menegaskan, hal itu menjadi kado 100 tahun Partai Komunis Cina (CPC) yang jatuh Juli nanti.
China Dream memuat tahapan terperinci untuk keluar dari jerat kemiskinan ekstrem pada 2021. Selama delapan tahun, pemerintah Tiongkok mengeluarkan CNY 1,6 triliun (Rp 3,5 kuadriliun) untuk program memerangi kemiskinan.
Pandemi Covid-19 dan resesi yang terjadi secara global tak memengaruhi target tersebut. ‘’Semua sumber daya yang tersedia digunakan untuk memerangi kemiskinan negara,’’ terang Djoomart Otorbaev, mantan perdana menteri Republik Kirgistan.
Profesor di Belt and Road School, Beijing Normal University, itu menjelaskan bahwa Cina menggandeng banyak pihak untuk bisa mewujudkan mimpinya. Proyek-proyek luar biasa di wilayah pedalaman tidak hanya menggunakan dana pemerintah, tapi juga swasta. Misalnya, perusahaan Elion yang mengucurkan miliaran dolar untuk proyek penghijauan di Gurun Kubuqi.
Proyek tersebut membantu 100 ribu petani dan peternak lokal agar terangkat derajatnya. Gurun Kubuqi adalah salah satu program pengentasan kemiskinan ekologis. Contoh lainnya adalah otoritas kehutanan nasional yang merekrut 1,1 juta penjaga hutan dari rumah tangga miskin sejak 2016.
Administrasi Kehutanan dan Padang Rumput Nasional mengungkapkan, lebih dari 20 juta orang berhasil mentas dari kemiskinan lewat program-program serupa. Xinhua melaporkan, seluruh sumber daya nasional dikerahkan untuk membantu daerah-daerah yang dilanda kemiskinan.
Sejak akhir 2012, Cina memiliki lebih dari 500 ribu kader yang ditunjuk sebagai sekretaris desa pertama CPC. Mereka mengirim lebih dari 3 juta kader ke desa-desa miskin untuk memerangi kemiskinan di garis depan. Penduduk juga dibuatkan rumah-rumah baru yang layak huni.
’’Kami dulu tinggal di desa yang miskin dan kotor. Tapi, kini pemerintah membangun rumah baru untuk semua orang dan hidup kami 100 persen lebih baik,’’ ujar Luo Deliang, penduduk Jichang, Guizhou. Sekarang ada listrik dan air bersih di desanya. ’’Kami benar-benar gembira,’’ lanjutnya.(sha/c18/bay/das)
Laporan JPG, Jakarta