JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Setiba rombongan di kawasan adat Baduy, tiga siswa langsung memisahkan diri. Tanpa seizin guru, mereka mandi di Sungai Ciujung. Tanpa disadari, mereka berenang di lokasi yang dalam. Dua siswa lain kemudian menolong korban. Nahas, mereka ikut tenggelam dan ditemukan meninggal dunia oleh warga Kampung Bajego, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
Lima korban meninggal dalam insiden Jumat siang (25/10) itu merupakan siswa SMP Budhaya III Santo Agustinus, Duren Sawit, Jakarta Timur. Mereka berkunjung ke kawasan Baduy dalam rangka study tour.
”Di lokasi tenggelam, kondisi air cukup dalam dan tidak pernah digunakan masyarakat Baduy untuk mandi dan mencuci,” ungkap Kepala Desa Kanekes Jaro Saija kepada Radar Banten kemarin (26/10).
Empat di antara lima pelajar yang tenggelam di Sungai Ciujung di Kampung Gajeboh itu adalah Malvin Reizen Alvino, Moses Imanuel Baskoro, Syahrul Ramadhan, dan Paskaleo Anesho Telaumbanua dari kelas VII. Satu korban lain adalah Christiano Arthur Immanuel Rumahorbo dari kelas VIII. Penanggung jawab kegiatan itu Fransiscus Sunarta dan ketua rombongan tersebut Rosdiana Purba.
Ahmad Nurcholis, ayahanda Malvin, menyebut, sang anak berangkat ke kawasan Baduy bersama rombongan yang berisi 126 orang. Menurut dia, jumlah siswa dengan guru dan pemandu wisata ke Baduy tidak seimbang.
Akibatnya, banyak siswa yang tidak terpantau saat kegiatan study tour ke kawasan adat Baduy. Bahkan, mereka tidak mengetahui bahwa lokasi yang dijadikan tempat berenang itu merupakan daerah terlarang bagi warga Baduy.
”Ke depan, kejadian ini harus menjadi pelajaran. Jika sekolah akan melaksanakan study tour ke wilayah adat, pemandunya harus proporsional dengan jumlah siswa yang berangkat sehingga semua aktivitas siswa terpantau,” ucap dia.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman