Sebelum Peristiwa, Ajudan Sebut Tidak Ada Ketegangan

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melanjutkan rangkaian proses penyelidikan dalam kasus pembunuhan Brigadir Yosua. Setelah sempat memintai keterangan keluarga, ahli dan tim forensik, giliran tujuh ajudan Irjen

Sambo yang dimintai keterangan, Selasa (26/7), termasuk Bharada Richard Eliezer atau Bharada E.

- Advertisement -

Total, ada tujuh ajudan yang sempat dijadwalkan dimintai keterangan. Namun, hanya enam yang memenuhi undangan. Lima ajudan datang sejak pukul 10.00 WIB, sementara Bharada E menyusul tiba di Komnas HAM sekitar pukul 13.20 WIB.

Proses pemeriksaan sendiri berlangsung maraton. Lima ajudan yang lebih dulu datang, menuntaskan pemeriksaan sekitar pukul 17.00. Sementara Bharada E menuntaskan sekitar pukul 18.30. Sayangnya, tidak ada satupun yang mau memberikan keterangan.

- Advertisement -

Usai pemeriksaan, Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan pihaknya mendatangkan semua ajudan untuk menambah perspektif dalam melihat persoalan. "Kami suruh, (kami) meminta menggambar posisi," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (26/7) malam.

Di situ, masing-masing ajudan, ditanya dalam ruangan yang berbeda-beda untuk melihat konsistensi. Apakah ada perbedaan pernyataan atau tidak. Anam menambahkan, pihaknya memulai pertanyaan dengan menggali informasi pada berbagai spektrum waktu. Mulai dari keadaan di hari H, kondisi di H-1 hingga situasi di Magelang.

Dari hasil pemeriksaan, para ajudan umumnya menilai situasi tanpa tekanan atau tegang "Beberapa orang ngomongnya tertawa-tertawa (tidak ada tekanan)," ujarnya.

Selain situasi, dalam pemeriksaan Komnas HAM juga menggali hal yang sifatnya personal. Seperti hubungan kedekatan antar ajudan, hubungan masing-masing ajudan dengan Sambo, hingga hubungan para ajudan dengan istri Sambo, Putri. Kemudian, Komnas juga menanyakan hal yang bersifat klarifikasi atas berbagai asumsi yang berkembang. Mulai dari dugaan adanya hubungan personal, hingga mengklarifikasi siapa pelaku penembakan dan sebagainya.

Namun dia tidak bisa membeberkan hal-hal yang menjadi jawaban masing-masing ajudan. Termasuk apakah Bharada E mengakui atau tidak soal penembakan. "Tapi Bharada E dia ada dalam struktur peristiwa," kata dia.

Anam menambahkan, semua jawaban dari hasil wawancara akan dikumpulkan dan disusun untuk mendapatkan kesimpulan atas peristiwa tersebut. Untuk melengkapi perspektif, Komnas HAM juga akan terus mengumpulkan bukti.

Rencananya, hari ini Komnas HAM juga akan melanjutkan penyelidikan dengan digital forensik. Semua peralatan yang terkait seperti handphone dan CCTV akan dicek isinya. "Untuk mengecek semua HP dan komunikasinya," jelasnya.

Selain itu, kemarin Choirul Anam juga mengungkapkan hasil keterangan dari tim Forensik Polri yang sampai di pemeriksaan Senin (25/7). Salah satu temuannya, Tim forensik mensinyalir datangnya tembakan dari jarak dekat. "Kalau dari karakter luka, jaraknya memang tidak terlalu jauh," ujarnya.

Anam mengaku, pihaknya sudah mendapat data detail terkait kondisi tubuh Yosua. Bahkan, penjelasan terkait luka sudah didapatkan sebelum jasad diotopsi. "Kalau ada lebam mayat tipis atau tebal, itu sangat kelihatan, kami ditunjukkan itu. Kami juga ditunjukkan titik-titik lubang luka," jelasnya.

Kuburan Yosua Dijaga Keluarga Siang-Malam

Ekshumasi jenazah Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat, Rabu (27/7) ini menjadi perhatian banyak pihak. Tidak hanya keluarga besar mendiang Yosua, publik turut menantikan autopsi ulang tersebut. Atensi besar itu tampak dan terasa sejak Jawa Pos (JPG) mendarat di Jambi Selasa (26/7). Terlebih ketika tiba di Pemakaman Umum Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi.

Di tempat Brigadir Yosua dikebumikan pada Senin (11/7) lalu tersebut, keluarga dan kerabat Yosua beberapa hari belakangan berjaga. Mereka membangun tenda persis di seberang makam putra pasangan Rosti Simanjuntak dan Samuel Hutabarat itu. Di tenda tersebut, Pemuda Batak Bersatu (PBB) berjaga siang dan malam. "Kami 24 jam," ungkap Roslin Simanjuntak kepada Jawa Pos. Roslin merupakan adik perempuan ibunda Yosua.

Ketika polisi yang dilaporkan meninggal dunia di rumah dinas kepala Divisi Propam Polri itu masih balita, Roslin yang mengurusnya. Dia turut menggendong dan menemani Yosua bermain. Tidak heran, kabar yang dia terima pada Jumat malam (8/7) lalu membuat dirinya kaget bukan main. Roslin tidak percaya Yosua sudah meninggal dunia. Jauh lebih tidak percaya saat ponakannya itu disebut melakukan pelecehan terhadap istri Irjen Ferdy Sambo.

Selama hidupnya, Roslin mengenal Yosua sebagai pribadi yang sangat baik. Dia patuh pada orang tua. Juga sayang pada keluarga besarnya. Termasuk kepada Roslin. "Terakhir ketemu bulan satu (Januari 2022, red)," ujarnya. Saat itu, Yosua pulang untuk mengantar adik neneknya ke peristirahatan terakhir. Kini, di samping makam tersebut pemuda yang meninggal dunia pada usia 28 tahun tersebut dimakamkan. Hari ini, makamnya kembali dibongkar.

Oleh Polri, ekshumasi jenazah Yosua dijadwalkan mulai berjalan pukul 07.30 WIB. Keluarga berencana datang ke pemakaman tersebut 30 menit lebih awal dari jadwal tersebut. "Kami akan doa bersama dulu. Nanti dipimpin langsung oleh pendeta kami," jelas Roslin. Keluarga inti Yosua yang terdiri atas ayah, ibu, seorang kakak, dan dua adik dipastikan hadir. Mereka bakal ditemani oleh kerabat dekat dan penasihat hukum keluarga Yosua.

Namun demikian, aparat kepolisian mengantisipasi keramaian yang sangat mungkin terjadi. Selain keluarga, Tim Dokter Forensik, dan petugas keamanan, diprediksi masyarakat sekitar akan berdatangan. Tidak hanya itu, atensi besar terhadap peristiwa yang terjadi di Komplek Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan juga mengundang perhatian awak media. Berbagai media massa lokal dan nasional akan meliput proses ekshumasi.

Saat Jawa Pos tiba di tempat pemakaman Yosua, memang belum tampak penjagaan yang ketat. Hanya ada beberapa polisi yang berdatangan. Mereka menambah pembatas untuk memastikan Tim Dokter Forensik memiliki ruang yang lebih luas saat memulai ekshumasi. Selain itu, mereka juga berkoordinasi dengan Roslin untuk memastikan tidak ada kendaraan keluarga yang dibawa masuk ke dekat pemakaman Yosua.

Di luar kendaraan yang digunakan oleh petugas, hanya ambulans yang boleh masuk sampai mendekati makam Yosua. "Dari pihak kepolisian sudah bolak-balik nengok. Lihat keadaan dan rumah sakit juga, mereka sudah datangi. Rumah duka juga sudah mereka lihat," ujar Roslin.

Jarak dari makam Yosua ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sungai Bahar sekitar satu kilometer. Sementara rumah duka berada di seberang rumah sakit tersebut. Sesuai dengan permintaan Polri, pihak keluarga sudah menyiapkan lima orang yang akan menggali makam Yosua. Yakni empat orang anggota PBB dan adik laki-laki Yosua.

Setelah dikeluarkan dari makam, jenazah Yosua akan diautopsi ulang di RSUD Sungai Bahar. Belum diketahui pasti berapa lama proses otopsi akan berlangsung. Namun, kabar yang diterima oleh pihak keluarga Tim Dokter Forensik butuh waktu tiga sampai empat jam.

Kemarin, RSUD Sungai Bahar sudah menyiapkan tempat ekshumasi. Letaknya persis di samping Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit tersebut. Tempat ekshumasi itu sudah ditutup tirai berwarna oranye. Tujuannya untuk membatasi pandangan masyarakat sekitar. Sebab, tempat ekshumasi tersebut berada di pinggir jalan yang setiap hari dilalui oleh masyarakat Sungai Bahar. Di tempat ekshumasi itu juga sudah dipasangi circuit closed television (CCTV).

Hanya, pihak keluarga tetap ingin ada perwakilan keluarga yang diperbolehkan melihat proses ekshumasi. "Kalau boleh dua orang. Tapi, kalau tidak minimal satu orang ada," ucap Roslin. Tentu keluarga Yosua tidak memaksa. Itu harapan mereka. Bagaimana prosedurnya, mereka akan mengikuti. "Yang penting transparan lah. Itu saja permintaan kita kan. Keadilan ditegakkan," tegasnya. Pihak keluarga ingin peristiwa yang menimpa Yosua diungkap secara terang-benderang.

Selama ini, mereka masih belum yakin dengan informasi yang beredar. Utamanya yang terkait dengan tindakan Yosua melecehkan istri Irjen Ferdy Sambo. Kemudian keterangan yang menyatakan bahwa Yosua meninggal dunia akibat tembak-menembak dengan Bharada E. Apalagi setelah dia melihat langsung luka-luka di tubuh Yosua.(far/idr/syn/jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) melanjutkan rangkaian proses penyelidikan dalam kasus pembunuhan Brigadir Yosua. Setelah sempat memintai keterangan keluarga, ahli dan tim forensik, giliran tujuh ajudan Irjen

Sambo yang dimintai keterangan, Selasa (26/7), termasuk Bharada Richard Eliezer atau Bharada E.

Total, ada tujuh ajudan yang sempat dijadwalkan dimintai keterangan. Namun, hanya enam yang memenuhi undangan. Lima ajudan datang sejak pukul 10.00 WIB, sementara Bharada E menyusul tiba di Komnas HAM sekitar pukul 13.20 WIB.

Proses pemeriksaan sendiri berlangsung maraton. Lima ajudan yang lebih dulu datang, menuntaskan pemeriksaan sekitar pukul 17.00. Sementara Bharada E menuntaskan sekitar pukul 18.30. Sayangnya, tidak ada satupun yang mau memberikan keterangan.

Usai pemeriksaan, Komisioner Komnas HAM Choirul Anam mengatakan pihaknya mendatangkan semua ajudan untuk menambah perspektif dalam melihat persoalan. "Kami suruh, (kami) meminta menggambar posisi," ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (26/7) malam.

Di situ, masing-masing ajudan, ditanya dalam ruangan yang berbeda-beda untuk melihat konsistensi. Apakah ada perbedaan pernyataan atau tidak. Anam menambahkan, pihaknya memulai pertanyaan dengan menggali informasi pada berbagai spektrum waktu. Mulai dari keadaan di hari H, kondisi di H-1 hingga situasi di Magelang.

Dari hasil pemeriksaan, para ajudan umumnya menilai situasi tanpa tekanan atau tegang "Beberapa orang ngomongnya tertawa-tertawa (tidak ada tekanan)," ujarnya.

Selain situasi, dalam pemeriksaan Komnas HAM juga menggali hal yang sifatnya personal. Seperti hubungan kedekatan antar ajudan, hubungan masing-masing ajudan dengan Sambo, hingga hubungan para ajudan dengan istri Sambo, Putri. Kemudian, Komnas juga menanyakan hal yang bersifat klarifikasi atas berbagai asumsi yang berkembang. Mulai dari dugaan adanya hubungan personal, hingga mengklarifikasi siapa pelaku penembakan dan sebagainya.

Namun dia tidak bisa membeberkan hal-hal yang menjadi jawaban masing-masing ajudan. Termasuk apakah Bharada E mengakui atau tidak soal penembakan. "Tapi Bharada E dia ada dalam struktur peristiwa," kata dia.

Anam menambahkan, semua jawaban dari hasil wawancara akan dikumpulkan dan disusun untuk mendapatkan kesimpulan atas peristiwa tersebut. Untuk melengkapi perspektif, Komnas HAM juga akan terus mengumpulkan bukti.

Rencananya, hari ini Komnas HAM juga akan melanjutkan penyelidikan dengan digital forensik. Semua peralatan yang terkait seperti handphone dan CCTV akan dicek isinya. "Untuk mengecek semua HP dan komunikasinya," jelasnya.

Selain itu, kemarin Choirul Anam juga mengungkapkan hasil keterangan dari tim Forensik Polri yang sampai di pemeriksaan Senin (25/7). Salah satu temuannya, Tim forensik mensinyalir datangnya tembakan dari jarak dekat. "Kalau dari karakter luka, jaraknya memang tidak terlalu jauh," ujarnya.

Anam mengaku, pihaknya sudah mendapat data detail terkait kondisi tubuh Yosua. Bahkan, penjelasan terkait luka sudah didapatkan sebelum jasad diotopsi. "Kalau ada lebam mayat tipis atau tebal, itu sangat kelihatan, kami ditunjukkan itu. Kami juga ditunjukkan titik-titik lubang luka," jelasnya.

Kuburan Yosua Dijaga Keluarga Siang-Malam

Ekshumasi jenazah Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat, Rabu (27/7) ini menjadi perhatian banyak pihak. Tidak hanya keluarga besar mendiang Yosua, publik turut menantikan autopsi ulang tersebut. Atensi besar itu tampak dan terasa sejak Jawa Pos (JPG) mendarat di Jambi Selasa (26/7). Terlebih ketika tiba di Pemakaman Umum Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi.

Di tempat Brigadir Yosua dikebumikan pada Senin (11/7) lalu tersebut, keluarga dan kerabat Yosua beberapa hari belakangan berjaga. Mereka membangun tenda persis di seberang makam putra pasangan Rosti Simanjuntak dan Samuel Hutabarat itu. Di tenda tersebut, Pemuda Batak Bersatu (PBB) berjaga siang dan malam. "Kami 24 jam," ungkap Roslin Simanjuntak kepada Jawa Pos. Roslin merupakan adik perempuan ibunda Yosua.

Ketika polisi yang dilaporkan meninggal dunia di rumah dinas kepala Divisi Propam Polri itu masih balita, Roslin yang mengurusnya. Dia turut menggendong dan menemani Yosua bermain. Tidak heran, kabar yang dia terima pada Jumat malam (8/7) lalu membuat dirinya kaget bukan main. Roslin tidak percaya Yosua sudah meninggal dunia. Jauh lebih tidak percaya saat ponakannya itu disebut melakukan pelecehan terhadap istri Irjen Ferdy Sambo.

Selama hidupnya, Roslin mengenal Yosua sebagai pribadi yang sangat baik. Dia patuh pada orang tua. Juga sayang pada keluarga besarnya. Termasuk kepada Roslin. "Terakhir ketemu bulan satu (Januari 2022, red)," ujarnya. Saat itu, Yosua pulang untuk mengantar adik neneknya ke peristirahatan terakhir. Kini, di samping makam tersebut pemuda yang meninggal dunia pada usia 28 tahun tersebut dimakamkan. Hari ini, makamnya kembali dibongkar.

Oleh Polri, ekshumasi jenazah Yosua dijadwalkan mulai berjalan pukul 07.30 WIB. Keluarga berencana datang ke pemakaman tersebut 30 menit lebih awal dari jadwal tersebut. "Kami akan doa bersama dulu. Nanti dipimpin langsung oleh pendeta kami," jelas Roslin. Keluarga inti Yosua yang terdiri atas ayah, ibu, seorang kakak, dan dua adik dipastikan hadir. Mereka bakal ditemani oleh kerabat dekat dan penasihat hukum keluarga Yosua.

Namun demikian, aparat kepolisian mengantisipasi keramaian yang sangat mungkin terjadi. Selain keluarga, Tim Dokter Forensik, dan petugas keamanan, diprediksi masyarakat sekitar akan berdatangan. Tidak hanya itu, atensi besar terhadap peristiwa yang terjadi di Komplek Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan juga mengundang perhatian awak media. Berbagai media massa lokal dan nasional akan meliput proses ekshumasi.

Saat Jawa Pos tiba di tempat pemakaman Yosua, memang belum tampak penjagaan yang ketat. Hanya ada beberapa polisi yang berdatangan. Mereka menambah pembatas untuk memastikan Tim Dokter Forensik memiliki ruang yang lebih luas saat memulai ekshumasi. Selain itu, mereka juga berkoordinasi dengan Roslin untuk memastikan tidak ada kendaraan keluarga yang dibawa masuk ke dekat pemakaman Yosua.

Di luar kendaraan yang digunakan oleh petugas, hanya ambulans yang boleh masuk sampai mendekati makam Yosua. "Dari pihak kepolisian sudah bolak-balik nengok. Lihat keadaan dan rumah sakit juga, mereka sudah datangi. Rumah duka juga sudah mereka lihat," ujar Roslin.

Jarak dari makam Yosua ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sungai Bahar sekitar satu kilometer. Sementara rumah duka berada di seberang rumah sakit tersebut. Sesuai dengan permintaan Polri, pihak keluarga sudah menyiapkan lima orang yang akan menggali makam Yosua. Yakni empat orang anggota PBB dan adik laki-laki Yosua.

Setelah dikeluarkan dari makam, jenazah Yosua akan diautopsi ulang di RSUD Sungai Bahar. Belum diketahui pasti berapa lama proses otopsi akan berlangsung. Namun, kabar yang diterima oleh pihak keluarga Tim Dokter Forensik butuh waktu tiga sampai empat jam.

Kemarin, RSUD Sungai Bahar sudah menyiapkan tempat ekshumasi. Letaknya persis di samping Unit Gawat Darurat (UGD) rumah sakit tersebut. Tempat ekshumasi itu sudah ditutup tirai berwarna oranye. Tujuannya untuk membatasi pandangan masyarakat sekitar. Sebab, tempat ekshumasi tersebut berada di pinggir jalan yang setiap hari dilalui oleh masyarakat Sungai Bahar. Di tempat ekshumasi itu juga sudah dipasangi circuit closed television (CCTV).

Hanya, pihak keluarga tetap ingin ada perwakilan keluarga yang diperbolehkan melihat proses ekshumasi. "Kalau boleh dua orang. Tapi, kalau tidak minimal satu orang ada," ucap Roslin. Tentu keluarga Yosua tidak memaksa. Itu harapan mereka. Bagaimana prosedurnya, mereka akan mengikuti. "Yang penting transparan lah. Itu saja permintaan kita kan. Keadilan ditegakkan," tegasnya. Pihak keluarga ingin peristiwa yang menimpa Yosua diungkap secara terang-benderang.

Selama ini, mereka masih belum yakin dengan informasi yang beredar. Utamanya yang terkait dengan tindakan Yosua melecehkan istri Irjen Ferdy Sambo. Kemudian keterangan yang menyatakan bahwa Yosua meninggal dunia akibat tembak-menembak dengan Bharada E. Apalagi setelah dia melihat langsung luka-luka di tubuh Yosua.(far/idr/syn/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya