Jumat, 20 September 2024

Puasa dan Pengendalian Konsumsi

PUASA pada hakikatnya adalah menahan. Menahan untuk tidak makan dan minum di siang hari. Tetapi kita sering lalai, membalas makan dan minum dengan menservis diri kita melalui makanan dan minuman yang melimpah di waktu berbuka dan malam harinya.

Semuanya disediakan mulai dari kolak, es buah, kue, pecal, soto, nasi dan lauk pauk lengkap lainnya. Akibatnya perutpun membengkak di malam hari, dan perut terasa gembung dan panas di siang hari. Tidak sedikit yang mengalami masalah pencernaan justru di bulan Ramadan karena kelebihan makan, bukan karena puasanya itu sendiri.

Allah SWT telah menyediakan satu bulan di dalam satu tahun bagi kita untuk mengurangi intensitas makan dan aktivitas pencernaan di perut kita. Hal ini juga sejalan dengan proses detoksifikasi pengeluaran racun dari tubuh sebagai akibat dari aktifitas puasa selama sebulan.  Tubuh terasa lebih ringan karena lemak, kolesterol, dan gula tubuh yang berkurang drastis. Orang yang berpuasa akan jauh lebih sehat setelahnya. Sesuai dengan perkataan Rasulullah SAW: berpuasalah, maka kamu akan sehat.

Sumber penyakit adalah makanan dan perut. Lihatlah, betapa banyak penyakit di sekitar kita yang disebabkan oleh kelebihan makanan. Kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes, penyumbatan pembuluh darah, stroke, asam urat, sakit ginjal adalah penyakit akibat kelebihan makanan. Banyak pula kita temukan, banyak orang tidak mau mengurangi volume makanannya, alias tetap mau makan enak. Setelah itu, dia sibuk menurunkan berat badannya dengan berolahraga untuk membakar lemak dan kelebihan kalori di tubuhnya. Bukankah itu kesia-siaan?  Bukankah lebih baik kalau ia mengurangi makannya, dan menginfakkan kelebihan rezeki yang ada padanya untuk kepentingan orang lain yang lebih membutuhkan?

- Advertisement -
Baca Juga:  Uji Ketangguhan, All New Nissan Livina Jelajah Indonesia

Allah menyediakan bulan Ramadan ini untuk kita mengintrospeksi kebiasaan makan kita pada hari lain. Lihatlah rapat-rapat kita dan acara-acara sosial kita, baik di kantor maupun di masyarakat, semuanya dilengkapi dengan konsumsi.  

Setiap kali duduk, disuguhi makan dan minum. Terkadang menjurus ke pemborosan. Bukankah lebih baik kalau konsumsi yang berlebihan itu digunakan untuk kepentingan lain?  Mengapa harus selalu makan dan minum setiap kali duduk?

- Advertisement -

Puasa melatih kita untuk mengendalikan makan dan minum kita.  Jangan sampai selama pelatihan ini, kita malah mengumbar nafsu kita dengan makan dan minum berlebihan sehingga maksud puasa itu sendiri tidak tercapai.  

Pengeluaran konsumsi kita selama bulan Ramadhan seharusnya tidak lebih besar dibandingkan dengan di bulan yang lain. Yang seharusnya lebih besar adalah pengeluaran yang kita berikan untuk orang lain yang membutuhkan, bukan untuk pengeluaran kita atau keluarga kita sendiri.  

Baca Juga:  Lima Warga Sumbar Positif Corona

Firman Allah: Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan (QS Al A’raf: 31). Rasulullah Muhammad SAW menyatakan: ”Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah baginya memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus melebihkanya, hendaknya sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas”. Imam AsySyafi’i mengatakan: “Kekenyangan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah”.

Mudah-mudahan Ramadan tahun ini bisa menjadi titik tolak kita untuk memperbaiki kebiasaan makan dan minum kita, mengendalikan nafsu kita, dan memudahkan kita untuk berbagi dengan sesama.***

 

 

 

PUASA pada hakikatnya adalah menahan. Menahan untuk tidak makan dan minum di siang hari. Tetapi kita sering lalai, membalas makan dan minum dengan menservis diri kita melalui makanan dan minuman yang melimpah di waktu berbuka dan malam harinya.

Semuanya disediakan mulai dari kolak, es buah, kue, pecal, soto, nasi dan lauk pauk lengkap lainnya. Akibatnya perutpun membengkak di malam hari, dan perut terasa gembung dan panas di siang hari. Tidak sedikit yang mengalami masalah pencernaan justru di bulan Ramadan karena kelebihan makan, bukan karena puasanya itu sendiri.

Allah SWT telah menyediakan satu bulan di dalam satu tahun bagi kita untuk mengurangi intensitas makan dan aktivitas pencernaan di perut kita. Hal ini juga sejalan dengan proses detoksifikasi pengeluaran racun dari tubuh sebagai akibat dari aktifitas puasa selama sebulan.  Tubuh terasa lebih ringan karena lemak, kolesterol, dan gula tubuh yang berkurang drastis. Orang yang berpuasa akan jauh lebih sehat setelahnya. Sesuai dengan perkataan Rasulullah SAW: berpuasalah, maka kamu akan sehat.

Sumber penyakit adalah makanan dan perut. Lihatlah, betapa banyak penyakit di sekitar kita yang disebabkan oleh kelebihan makanan. Kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes, penyumbatan pembuluh darah, stroke, asam urat, sakit ginjal adalah penyakit akibat kelebihan makanan. Banyak pula kita temukan, banyak orang tidak mau mengurangi volume makanannya, alias tetap mau makan enak. Setelah itu, dia sibuk menurunkan berat badannya dengan berolahraga untuk membakar lemak dan kelebihan kalori di tubuhnya. Bukankah itu kesia-siaan?  Bukankah lebih baik kalau ia mengurangi makannya, dan menginfakkan kelebihan rezeki yang ada padanya untuk kepentingan orang lain yang lebih membutuhkan?

Baca Juga:  Minta Pemerintah Jelaskan Prosedur TKA Masuk Indonesia

Allah menyediakan bulan Ramadan ini untuk kita mengintrospeksi kebiasaan makan kita pada hari lain. Lihatlah rapat-rapat kita dan acara-acara sosial kita, baik di kantor maupun di masyarakat, semuanya dilengkapi dengan konsumsi.  

Setiap kali duduk, disuguhi makan dan minum. Terkadang menjurus ke pemborosan. Bukankah lebih baik kalau konsumsi yang berlebihan itu digunakan untuk kepentingan lain?  Mengapa harus selalu makan dan minum setiap kali duduk?

Puasa melatih kita untuk mengendalikan makan dan minum kita.  Jangan sampai selama pelatihan ini, kita malah mengumbar nafsu kita dengan makan dan minum berlebihan sehingga maksud puasa itu sendiri tidak tercapai.  

Pengeluaran konsumsi kita selama bulan Ramadhan seharusnya tidak lebih besar dibandingkan dengan di bulan yang lain. Yang seharusnya lebih besar adalah pengeluaran yang kita berikan untuk orang lain yang membutuhkan, bukan untuk pengeluaran kita atau keluarga kita sendiri.  

Baca Juga:  Amitabh Bachchan dan Putranya Positif Covid-19

Firman Allah: Makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan (QS Al A’raf: 31). Rasulullah Muhammad SAW menyatakan: ”Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah baginya memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus melebihkanya, hendaknya sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas”. Imam AsySyafi’i mengatakan: “Kekenyangan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah”.

Mudah-mudahan Ramadan tahun ini bisa menjadi titik tolak kita untuk memperbaiki kebiasaan makan dan minum kita, mengendalikan nafsu kita, dan memudahkan kita untuk berbagi dengan sesama.***

 

 

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari