WHASINGTON (RIAUPOS.CO) — Amerika Serikat kini menjadi negara terparah terpaparvirus corona jenis baru dibanding negara lain. Hingga Jumat (27/3), ada 85.740 kasus positif virus corona. Angka itu mendorong jumlah total kasus di seluruh dunia menjadi l542.360 kasus positif. Dan angka kematian global telah melonjak menjadi 24.368 jiwa.
Sementara itu, 125.490 orang di seluruh dunia telah pulih dari Covid-19. Di AS, jumlah kematian mencapai 1.303 orang. Italia melaporkan jumlah kematian tertinggi yakni 8.212 orang.
Dilansir dari Al Jazeera, Jumat (27/4), Cina dan AS sepakat untuk bersatu melawan virus corona. Presiden Tiongkok Xi Jinping, sudah saling bicara lewat telepon dengan Presiden AS Donald Trump. Mereka mengatakan bahwa kedua negara harus bersatu untuk memerangi virus corona.
Trump mengutarakan keinginannya agar Cina untuk terus membuka semua informasi dan pengalaman dengan AS. Setelah telepon itu, Trump membenarkan dalam sebuah posting di Twitter bahwa keduanya sepakat bekerja sama dan bahu membahu.
"Baru saja saya menyelesaikan pembicaraan yang sangat baik dengan Presiden Xi Jinping dari Cina. Kami bahas dengan sangat terperinci tentang Coronavirus yang merusak sebagian besar planet kita. Cina telah melalui banyak dan telah mengembangkan pemahaman yang kuat tentang virus itu. Kami bekerja sama dengan erat," kata Trump.
Dilansir dari USA Today, Jumat (27/3), diduga lonjakan itu terjadi karena AS telah secara drastis meningkatkan protokol pengujian (tes massal) untuk mengidentifikasi orang yang terinfeksi dan mereka yang mungkin pembawa virus. Karena pengujian telah meningkat, demikian juga jumlah kasus pasti meningkat.
Sebanyak 100 orang di negara bagian New York meninggal pada Rabu (25/3) akibat virus Korona kata Gubernur Andrew Cuomo. Lonjakan kematian mendorong jumlah total di New York menjadi 385 kasus kematian sejak awal Maret.
New York menjadi epicentrum penyebaran virus corona di AS dengan 37.258 kasus yang dikonfirmasi, hampir setengah dari jumlah di negara tersebut. Bahkan diprediksi puncak wabah di negara bagian itu masih terjadi setidaknya dua minggu ke depan.
Sumber: JawaPos.com
Editor: Erizal