Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Didaulat Jadi Khatib Salat Gerhana

SIAK (RIAUPOS.CO) — Ada hal menarik yang diungkapkan Bupati Siak Drs H Alfedri MSi, tatkala melakukan pertemuan dengan direktur dan jajaran tim GMC Riau Pos. Saat gerhana berlangsung, dia mengharapkan warga Siak untuk Salat Gerhana. Dilakukan di masjid-masjid atau tempat tertentu. Lalu, ketika menyebutkan Salat Gerhana yang dilakukan di Kampung Bunsur, dia menyampaikan bahwa meminta atau mendaulat Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) untuk menjadi khatib. 

Usut punya usut, ternyata Prof DR Thomas Jamaluddin ini, juga seorang penyuluh agama. Sejak lama, dia juga bertungkus lumus dengan kegiatan keagamaan. Beberapa di antara para akademisi, menyebutnya sebagai kiai LAPAN.  Djamaluddin, lahir di Purwokerto, 23 Januari 1962, putra pasangan Sumaila Hadiko, purnawirawan TNI AD asal Gorontalo, dan Duriyah, asal Cirebon. "Ilmu Islam lebih banyak saya pelajari dari lingkungan keluarga dan diperdalam secara otodidak dari membaca buku. Pengetahuan dasar Islam diperoleh dari sekolah agama setingkat Ibtidaiyah dan dari aktivitas di masjid. Pengalaman berkhutbah ini dimulai di SMA dengan bimbingan guru agama. Lalu berlanjut di Masjid Salman ITB, hingga S2-S3 ke Jepang," katanya.

Baca Juga:  Tiga Pelaku Pembunuhan Pengusaha Tepung Ditangkap

Menelusuri jejak Djamaluddin memang menarik. Kesibukannya memuncak ketika menjelang Ramadan, Idulfitri atau Iduladha. Sebagian besar dihabiskan untuk menjawab soalan mengapa tidak serentak hari besar antar sesama umat Islam di Indonesia. "Saya menekuni aplikasi astronomi dalam bidang hisab dan rukyat sudah sejak lama. Waktu di Jepang, saya dengan mudah membuat jadwal salat, arah kiblat, dan konversi kalender. Tapi menghadapi soalan mengapa Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha tidak sama, memang agak rumit. Terutama menjelaskan masalah globalisasi dan penyeragaman. Tapi semua itu ada ilmu dan landasan pijaknya," lanjutnya.

Ceramahnya seputar hikmah peringatan Nuzulul Quran di Istana Negara, 17 Ramadan beberapa tahun lalu, sempat menjadi perhatian berbagai pihak. Saat itu, dia menjelaskan tiga peran utama sains yang juga diajarkan Alquran. Pertama, peran sains menjawab keingintahuan manusia. Keingintahuan utama adalah asal-usul sesuatu dan mekanisme kejadian di alam. Beberapa hal diisyaratkan dalam Alquran untuk renungan bagi manusia untuk memikirkannya. Kedua, peran sains melandasi pengembangan teknologi yang memudahkan manusia. Perilaku alam yang dikaji sains banyak menginspirasi pengembangan teknologi. Beberapa ayat Alquran pun memberi tantangan untuk menguasai teknologi mengungkap rahasia alam. Ketiga, menurut ajaran Islam sains juga berperan membantu mendekatkan diri kepada Allah SWT.***

Baca Juga:  Siti Badriah Takut Gelap

SIAK (RIAUPOS.CO) — Ada hal menarik yang diungkapkan Bupati Siak Drs H Alfedri MSi, tatkala melakukan pertemuan dengan direktur dan jajaran tim GMC Riau Pos. Saat gerhana berlangsung, dia mengharapkan warga Siak untuk Salat Gerhana. Dilakukan di masjid-masjid atau tempat tertentu. Lalu, ketika menyebutkan Salat Gerhana yang dilakukan di Kampung Bunsur, dia menyampaikan bahwa meminta atau mendaulat Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) untuk menjadi khatib. 

Usut punya usut, ternyata Prof DR Thomas Jamaluddin ini, juga seorang penyuluh agama. Sejak lama, dia juga bertungkus lumus dengan kegiatan keagamaan. Beberapa di antara para akademisi, menyebutnya sebagai kiai LAPAN.  Djamaluddin, lahir di Purwokerto, 23 Januari 1962, putra pasangan Sumaila Hadiko, purnawirawan TNI AD asal Gorontalo, dan Duriyah, asal Cirebon. "Ilmu Islam lebih banyak saya pelajari dari lingkungan keluarga dan diperdalam secara otodidak dari membaca buku. Pengetahuan dasar Islam diperoleh dari sekolah agama setingkat Ibtidaiyah dan dari aktivitas di masjid. Pengalaman berkhutbah ini dimulai di SMA dengan bimbingan guru agama. Lalu berlanjut di Masjid Salman ITB, hingga S2-S3 ke Jepang," katanya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Razia di Hotel, Tim Yustisi Amankan Anak di Bawah Umur 

Menelusuri jejak Djamaluddin memang menarik. Kesibukannya memuncak ketika menjelang Ramadan, Idulfitri atau Iduladha. Sebagian besar dihabiskan untuk menjawab soalan mengapa tidak serentak hari besar antar sesama umat Islam di Indonesia. "Saya menekuni aplikasi astronomi dalam bidang hisab dan rukyat sudah sejak lama. Waktu di Jepang, saya dengan mudah membuat jadwal salat, arah kiblat, dan konversi kalender. Tapi menghadapi soalan mengapa Ramadan, Idulfitri, dan Iduladha tidak sama, memang agak rumit. Terutama menjelaskan masalah globalisasi dan penyeragaman. Tapi semua itu ada ilmu dan landasan pijaknya," lanjutnya.

Ceramahnya seputar hikmah peringatan Nuzulul Quran di Istana Negara, 17 Ramadan beberapa tahun lalu, sempat menjadi perhatian berbagai pihak. Saat itu, dia menjelaskan tiga peran utama sains yang juga diajarkan Alquran. Pertama, peran sains menjawab keingintahuan manusia. Keingintahuan utama adalah asal-usul sesuatu dan mekanisme kejadian di alam. Beberapa hal diisyaratkan dalam Alquran untuk renungan bagi manusia untuk memikirkannya. Kedua, peran sains melandasi pengembangan teknologi yang memudahkan manusia. Perilaku alam yang dikaji sains banyak menginspirasi pengembangan teknologi. Beberapa ayat Alquran pun memberi tantangan untuk menguasai teknologi mengungkap rahasia alam. Ketiga, menurut ajaran Islam sains juga berperan membantu mendekatkan diri kepada Allah SWT.***

Baca Juga:  Mini 4 WD, Sempat Sepi namun Kini Diminati Kembali
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari