Hadirnya pembangunan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai sepanjang 131 KM di Bumi Lancang Kuning, Riau menjadi primadona bagi masyarakat. Sektor ekonomi dan pariwisata bakal mendapat imbas baik dari proyek strategis nasional ini, termasuk surga wisata di Pulau Rupat yang belum bergairah.
(RIAUPOS.CO) – KEHADIRAN proyek strategis nasional Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) di ruas Pekanbaru-Dumai (Permai) yang dikerjakan PT Hutama Karya (HK) bakal membawa manfaat yang berkesinambungan bagi masyarakat di Riau. Akses penghubung daratan ini merupakan prioritas pemerintah yang diyakini bakal menjadi stimulan penggerak roda ekonomi dan pariwisata di Bumi Lancang Kuning.
Tol Trans Sumatera bisa menjadi katalisator kesejahteraan masyarakat yang merasakan langsung dampak positif terbukanya bentangan konektivitas dari Lampung hingga Aceh. Tol Permai merupakan salah satunya, menyusul pembangunan ruas tol lainnya di Pulau Sumatera.
Infrastruktur yang memadai dan pesona alam bakal berkolaborasi jadi pelengkap kemajuan ekonomi dan pariwisata di suatu daerah, terutama imbasnya pada peningkatan daerah ekonomi baru yang memiliki potensi pariwisata, yaitu Pulau Rupat Kabupaten Bengkalis yang dijuluki surga wisata di Riau pesisir.
Tol ini juga akan menjadi daya ungkit pertumbuhan ekonomi, apalagi di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi global saat ini akibat pandemi Covid-19. Ini juga akan menimbulkan multiplier effect seiring dengan terbukanya konektivitas, efisiensi waktu tempuh, dan tumbuhnya daerah-daerah ekonomi baru.
Pulau Rupat sendiri memiliki daratan seluas 1.500 km2 yang kaya potensi pariwisata, objek ini belum seluruhnya terjamah oleh wisatawan dari dalam maupun luar negeri, lantaran aksesnya yang jauh dari ibu kota Riau. Padahal masyarakat menjuluki kawasan ini sebagai surga wisata, karena pesona alam bahari yang ditawarkan dari pulau tersebut sangatlah menawan.
Di sana terdapat hamparan pesona pantai yang indah, dan juga adat budaya setempat yang lestari. Pesona alam tersebut semakin lengkap dengan adanya gugusan pulau kecil di sekelilingnya yang tak kalah menarik.
Jika berkunjung Rupat, para wisatawan bakal disuguhkan dengan keindahan beragam pantai yang cukup menawan, yaitu Pantai Rhu di Desa Teluk Rhu, Pantai Ketapang di Desa Sungai Cingam, Pantai Lapin di Desa Tanjung Punak dan pantai yang melegenda yaitu Pantai Alohong. Ada lagi pantai yang pemandangannya tak kalah indah yaitu Pantai Makeruh.
Pantai Makeruh ini termasuk yang jarang dikunjungi, ombaknya tergolong tenang dengan pasir putih yang terhampar luas. Lain hal lagi dengan Pantai Rupat Utara, keunikan dari pantai ini dapat langsung terlihat pada panjangnya pesisir pantai yang mencapai sekitar 11 kilometer dan juga lebar 30 meter.Lokasi ini berhadapan langsung dengan Selat Malaka, yang membuat pesona pantai-pantai ini sebagai salah satu pantai dengan pemandangan alam bahari terindah yang ada di Riau pesisir. “Rupat sebenarnya kaya potensi, cuma jarak dan waktu untuk menjangkau ke sini (Pulau Rupat, red) sangat jauh,” tutur Amat Zahir, warga Desa Sungai Cingam, Kecamatan Rupat.
Warga asli Rupat ini menyebut, para pelancong yang bertandang ke kawasan ini dominan dari Kota Pekanbaru. Hanya saja, kini jumlah pelancong tersebut turun drastis akibat pandemi.
“Mudah-mudahan dengan berfungsi tol nanti bisa mempersingkat jarak dan waktu untuk menjangkau ke Rupat. Kita sebagai warga setempat optimis kawasan ini bisa berkembang juga,” tuturnya.
Masyarakat di Pulau Rupat juga masih tetap melestarikan budaya. Yang paling terkenal dari pulau ini adalah tari zapin api yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia 2017 dari Provinsi Riau. Tarian ini penuh magis dan mistik.
Tari zapin merupakan salah satu budaya Riau berupa tarian yang diiringi musik melayu. Zapin api, mengharuskan para penarinya untuk bergoyang di tengah bara api. Menariknya para penari sama sekali tidak merasa panas. Mereka justru terlihat begitu menikmati tarian dan seolah sedang bermain di tengah api yang semakin membara.