Jumat, 20 September 2024

Ada Potensi Perguruan Tinggi Turun Grade

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Sistem pembelajaran berubah total di masa pandemi Covid-19, termasuk di level pendidikan tinggi. Hal ini menimbulkan sejumlah kekhawatiran. Salah satunya, terhadap penurunan grade dalam penilaian akreditasi perguruan tinggi (PT).

Direktur Eksekutif Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Prof T Basaruddin menuturkan, secara teoritis kemungkinan turun itu ada. Sebab dari dulu sebetulnya, ada saja PT yang akreditasinya turun setiap tahunnya. ”Walau tidak banyak,” katanya saat dihubungi, Sabtu (25/7).

Namun, kata dia, terlalu dini untuk mengatakan penurunan disebabkan oleh pandemi saat ini. Sebab, hingga kini pun belum ada assessment atau evaluasi. Proses akreditasi yang dilakukan oleh BAN-PT saat ini masih terkait dengan proses pembelajaran sebelum Covid-19. Karena dokumen usulan akreditasi disusun sebelum covid-19. ”Jadi kalaupun ada kasus penurunan grade di tahun ini, pasti bukan karena Covid-19,” paparnya.

Perlu diketahui juga, bahwa akreditasi PT dilakukan setelah kalender akademik rampung dan dokumen persyaratan penyelesaian pembelajaran di tahun akademik tersebut selesai. Artinya, yang telah dikerjakan saat ini merupakan tahun akademik 2018/2019. Sementara, untuk di tahun akademik 2019/2020 yang baru rampung pada Juli 2020, baru akan keluar di tahun depan.

- Advertisement -
Baca Juga:  Kurangi Sampah Plastik, Penghulu Kampung Diminta Buat Bank Sampah

”Dampak pendemi pada kualitas pendidikan baru dapat dilihat paling cepat tahun depan,” papar pria yang akrab disapa Chan tersebut.

Diakuinya, pada masa pandemi ini banyak dinamika pembelajaran di PT. Pembelajaran dipaksa untuk daring, padahal belum semua PT siap melaksanakan itu. Baik karena alasan sarana prasarana, dosennya yang belum terampil, hingga mahasiswa yang tidak biasa melakukan independent learning.

- Advertisement -

”Faktor-faktor itu terbuka. Tapi tidak kita kaitkan dulu dengan akreditasi yang berjalan saat ini,” ungkapnya. Akan tetapi, poin tersebut dimungkinkan jadi poin penilaian baru nanti. Karena, modalitas pembelajaran menjadi blended.

Untuk kelonggaran, Chan mengungkapkan, bahwa hal itu sudah diberikan. Salah satunya, proses visitasi tidak dilakukan dengan menurunkan asesor langsung ke lapangan. Melainkan dengan sistem daring. Pihaknya pun baru menyelesaikan sejumlah kecil proses akreditasi tahun ini, karena keterlambatan asesmen lapangan akibat dari pademi.

Lebih dari itu, mengenai kelonggaran standar penilaian, Guru Besar Universitas Indonesia itu dengan tegas mengatakan tidak. ”Tidak bisa. Ini kan penilaian sesuai dengan standar pendidikan. Sepanjang standar pendidikan tidak diturunkan ya tidak bisa,” katanya.

Baca Juga:  Ketua DPD Minta Pemerintah Kaji Skema Distribusi Minyak Goreng

Terpisah, Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Jamal Wiwoho mengatakan aspek akreditasi itu sangat komplek. Sebelumnya ada tujuh parameter yang menitikberatkan pada proses perkuliahan. Sementara sekarang ada sembilan dan lebih menekankan output atau outcome.

Sehingga Jamal mengatakan adanya pandemi Covid-19 ini tidak serta merta berpengaruh pada hasil akreditasi. Termasuk dengan tidak adanya kuliah tatap muka, Rektor UNS Solo itu mengatakan bukan berarti tidak ada pembelajaran. ’’Kuliahnya tetap ada. Tetapi tidak direct atau tatap muka seperti biasanya,’’ jelasnya.

Dia menjelaskan di tengah pandemi seperti sekarang ini, proses akreditasi tetap berlangsung. Hanya saja kegiatan visitasi oleh para asesor BAN-PT tidak bisa dilakukan dengan cara kehadiran fisik. Melainkan kehadiran secara virtual. ’’Pekan lalu saya menerima asesor dari ITB dan UGM secara online,’’ katanya.

Kemudian Senin (27/7) besok juga kembali menerima visitasi asesor secara online. Jamal menuturkan kegiatan akreditasi bisa terkait dengan akreditasi program studi (prodi) maupun istitusi atau universitas.(mia/wan/jpg)

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Sistem pembelajaran berubah total di masa pandemi Covid-19, termasuk di level pendidikan tinggi. Hal ini menimbulkan sejumlah kekhawatiran. Salah satunya, terhadap penurunan grade dalam penilaian akreditasi perguruan tinggi (PT).

Direktur Eksekutif Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Prof T Basaruddin menuturkan, secara teoritis kemungkinan turun itu ada. Sebab dari dulu sebetulnya, ada saja PT yang akreditasinya turun setiap tahunnya. ”Walau tidak banyak,” katanya saat dihubungi, Sabtu (25/7).

Namun, kata dia, terlalu dini untuk mengatakan penurunan disebabkan oleh pandemi saat ini. Sebab, hingga kini pun belum ada assessment atau evaluasi. Proses akreditasi yang dilakukan oleh BAN-PT saat ini masih terkait dengan proses pembelajaran sebelum Covid-19. Karena dokumen usulan akreditasi disusun sebelum covid-19. ”Jadi kalaupun ada kasus penurunan grade di tahun ini, pasti bukan karena Covid-19,” paparnya.

Perlu diketahui juga, bahwa akreditasi PT dilakukan setelah kalender akademik rampung dan dokumen persyaratan penyelesaian pembelajaran di tahun akademik tersebut selesai. Artinya, yang telah dikerjakan saat ini merupakan tahun akademik 2018/2019. Sementara, untuk di tahun akademik 2019/2020 yang baru rampung pada Juli 2020, baru akan keluar di tahun depan.

Baca Juga:  Empat Saksi Diperiksa untuk Mantan Sekda Dumai

”Dampak pendemi pada kualitas pendidikan baru dapat dilihat paling cepat tahun depan,” papar pria yang akrab disapa Chan tersebut.

Diakuinya, pada masa pandemi ini banyak dinamika pembelajaran di PT. Pembelajaran dipaksa untuk daring, padahal belum semua PT siap melaksanakan itu. Baik karena alasan sarana prasarana, dosennya yang belum terampil, hingga mahasiswa yang tidak biasa melakukan independent learning.

”Faktor-faktor itu terbuka. Tapi tidak kita kaitkan dulu dengan akreditasi yang berjalan saat ini,” ungkapnya. Akan tetapi, poin tersebut dimungkinkan jadi poin penilaian baru nanti. Karena, modalitas pembelajaran menjadi blended.

Untuk kelonggaran, Chan mengungkapkan, bahwa hal itu sudah diberikan. Salah satunya, proses visitasi tidak dilakukan dengan menurunkan asesor langsung ke lapangan. Melainkan dengan sistem daring. Pihaknya pun baru menyelesaikan sejumlah kecil proses akreditasi tahun ini, karena keterlambatan asesmen lapangan akibat dari pademi.

Lebih dari itu, mengenai kelonggaran standar penilaian, Guru Besar Universitas Indonesia itu dengan tegas mengatakan tidak. ”Tidak bisa. Ini kan penilaian sesuai dengan standar pendidikan. Sepanjang standar pendidikan tidak diturunkan ya tidak bisa,” katanya.

Baca Juga:  Live Doodling Sambil Kumpulkan Donasi

Terpisah, Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Jamal Wiwoho mengatakan aspek akreditasi itu sangat komplek. Sebelumnya ada tujuh parameter yang menitikberatkan pada proses perkuliahan. Sementara sekarang ada sembilan dan lebih menekankan output atau outcome.

Sehingga Jamal mengatakan adanya pandemi Covid-19 ini tidak serta merta berpengaruh pada hasil akreditasi. Termasuk dengan tidak adanya kuliah tatap muka, Rektor UNS Solo itu mengatakan bukan berarti tidak ada pembelajaran. ’’Kuliahnya tetap ada. Tetapi tidak direct atau tatap muka seperti biasanya,’’ jelasnya.

Dia menjelaskan di tengah pandemi seperti sekarang ini, proses akreditasi tetap berlangsung. Hanya saja kegiatan visitasi oleh para asesor BAN-PT tidak bisa dilakukan dengan cara kehadiran fisik. Melainkan kehadiran secara virtual. ’’Pekan lalu saya menerima asesor dari ITB dan UGM secara online,’’ katanya.

Kemudian Senin (27/7) besok juga kembali menerima visitasi asesor secara online. Jamal menuturkan kegiatan akreditasi bisa terkait dengan akreditasi program studi (prodi) maupun istitusi atau universitas.(mia/wan/jpg)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari