(RIAUPOS.CO) –Perusahaan perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), sangat mendukung budidaya yang dilakukan pekebunan sawit rakyat, khususnya perkebunan pola KKPA dan PIR. Apalagi kini sawit telah menjadi pilar pembangunan ekonomi nasional, penyumbang devisa terbesar negara dan menjadi sektor yang telah terbukti padat karya dan dapat mengangkat jutaan penduduk Indonesia terbebas dari garis kemiskinan.
Hal ini sebagaimana dikatakan Pembina GAPKI Riau Himsa Topa Simatupang kepada Riau Pos. Menurutnya, pola kerja sama yang selama ini terjalin antara perusahaan dan petani sawit terutama petani PIR dan KKPA adalah berbentuk mitra dan bapak angkat.
"GAPKI tumbuh dan berkembang bersama petani. Kami terus mendorong agar hasil produktivitas sawit rakyat dapat terus meningkat," ucapnya.
Dikatakan Hinsa, pembinaan dan pendampingan yang dilakukan perusahaan yang tergabung dalam GAPKI, dilakukan guna meningkatan kemampuan petani agar dapat melakukan praktik perkebunan yang baik (good agricultural practices) sesuai standar agar produktivitas kebun kelapa sawit meningkat.
"Di GAPKI banyak terdapat pembina. Sebab sawit sangat responsif terhadap perlakuan yang diterima. Mulai sejak bibit yang berkualitas, tehnik budidaya yang diterapkan hingga pemupukan yang tepat sesuai yang dibutuhkan tanaman," ujarnya.
Perlunya penerapan good agricultural practices, akan meningkatkan dan menjaga produktivitas TBS, yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani dari harga jual TBS ke pabrik kelapa sawit. Apalagi kini pemerintah akan menerapkan program B-30, yakni bahan bakar biodiesel yang bersumber dari CPO. Kondisi ini akan semakin meningkatkan permintaan CPO dan menjaga harga TBS di tingkat petani semakin baik.
Dikatakan Himsa, Indonesia adalah negara pengekspor CPO terbesar dunia dengan negara tujuan ekspor utama India, Cina dan Uni Eropa. Dan berdasarkan data United States Department of Agriculture (USDA), produksi CPO Indonesia pada tahun 2019 mencapai 51,8 juta ton.
Berdasarkan catatan GAPKI, sawit kini telah menjadi komoditi strategis nasional, di mana total produksi minyak sawit 2019 mencapai 51,8 juta ton CPO atau sekitar 9 persen lebih tinggi dari produksi tahun 2018, sementara konsumsi domestik naik 24 persen menjadi 16,7 juta ton. Volume ekspor produk sawit pada 2019 mencapai 35,7 juta ton naik sekitar 4 persen dari ekspor 2018. Nilai ekspor produk minyak sawit dan turunannya pada 2019 diperkirakan mencapai 19 miliar AS. Nilai ekspor ini lebih rendah sekitar 17 persen dari ekspor produk minyak sawit pada 2018 yang mencapai 23 miliar AS. (izl)