Rabu, 18 September 2024

GeNose, Deteksi Covid-19 dalam Waktu 3 Menit

JAKARTA, (RIAUPOS.CO) – Tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) menciptakan inovasi baru untuk deteksi Covid-19. Alat yang diberi nama GeNose ini diklaim mampu deteksi Covid-19 dalam waktu singkat. Menariknya, deteksi cukup dilakukan melalui hembusan nafas.

Anggota peneliti GeNose, dr Dian Kesumapramudya Nurputra menuturkan, saat ini, alat deteksi Covid-19 memang sudah tersedia dalam bentuk rapid test maupun swab PCR. Sayangnya, keduanya memiliki masalah yang sama soal timing. Di mana, rapid test hanya bisa mendeteksi infeksi 5-7 hari sebelumnya. Kemudian, PCR perlu waktu berjam-jam hingga berhari-hari untuk mengetahui hasil swab. Di jedah waktu tersebut, tak bisa menjamin orang bakal diam di rumah untuk isolasi.

Padahal, lanjut dia, kuncinya saat ini ialah fast tracing, fast tracking, face isolation, dan treatment," ujarnya dalam acara serah terima GeNose pada Menteri Riset dan Teknologi (menristek) Bambang Brodjonegoro di Jakarta, kemarin (24/9).

Atas keperluan tersebut, ia bersama tim dari UGM yang diketuai oleh Kuwat Triyana melakukan penelitian mengenai alat deteksi yang bisa lebih cepat dan akurat. Dia menjelaskan, cara kerja alat ini sederhana. Cukup menggunakan hembusan nafas dari orang yang diperiksa. Hasil keluar dalam waktu tiga menit. "Dulunya 10 menit, alhamdulillah sekarang 3 menit," katanya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Cap Lensa Kamera Ini Dibekali Fitur Penunjuk Suhu dan Kelembapan

Dian memaparkan, pembuatan alat ini sudah disesuaikan dengan prosedur baku kesehatan. Kemudian, kaedah etika juga telah dipenuhi. Karenanya, uji klinis tahap I sudah digelar di Rs Bhayangkara Jogjakarta dan Rs Bambanglipuro, Bantul. Dari 615 sample napas dari 83 pasien positif dan 40 negatif. Padahal, pasien positif diketahui asimtomatik atau tak bergejala.

"Artinya, alat ini bisa membedakan asimtomatik," ungkap dokter spesialis anak tersebut.

- Advertisement -

Dian menyebut akurasi GeNose di atas 90 persen. Hal ini terlihat dari hasil analisa profiling dengan metode sederhana Multi Layer Perceptron (MLP) dan Support Vector Machine (SVM) menunjukkan bahwa akurasi GeNose bisa lebih dari 97 persen. "Di sini hasil profiling yang paling stabil dengan menggunakan Deep Neural Networks dengan akurasinya 96 persen," paparnya.

Baca Juga:  Saksi Sebut Pernah Serahkan Uang Rp400 Juta ke Yan Prana 

Kendati begitu, GeNose perlu dilakukan uji klinis tahap II untuk mengetahui validasi lebih lanjut. Rencananya, dalam uji klinis ini akan melibatkan 9 rumah sakit. Diantaranya, Rs Sardjito, Rs Bhayangkara Polda Jogjakarta dan lainnya. Ditargetkan, ada 2 ribu orang yang dites menggunakan alat ini.

"Nanti tes akan dilakukan blind sebanyak tiga kali. Di mana pihak yang melakukan tes tidak mengetahui yang pasien positif atau tidak," katanya.

Ketua Tim Peneliti GeNose Kuwat menambahkan, dalam penelitian ini pihaknya menggandeng da membangun jejaring dengan lima perusahaan. Di mana, masing-masing memiliki tugas masing-masing. Seperti, membuat mesin. Menurutnya, hal ini yang cukup sulit dilakukan dan membutuhkan waktu. Kendati begitu, perusahaan tersebut berkomitmen bisa menghasilkan 50 ribu alat per bulan. "Ini yang susah. Kalau sinkron dengan Artificial Intelligence (AI) itu lebih mudah," papar doktor bidang organik electronik itu.(mia/jpg)

 

JAKARTA, (RIAUPOS.CO) – Tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) menciptakan inovasi baru untuk deteksi Covid-19. Alat yang diberi nama GeNose ini diklaim mampu deteksi Covid-19 dalam waktu singkat. Menariknya, deteksi cukup dilakukan melalui hembusan nafas.

Anggota peneliti GeNose, dr Dian Kesumapramudya Nurputra menuturkan, saat ini, alat deteksi Covid-19 memang sudah tersedia dalam bentuk rapid test maupun swab PCR. Sayangnya, keduanya memiliki masalah yang sama soal timing. Di mana, rapid test hanya bisa mendeteksi infeksi 5-7 hari sebelumnya. Kemudian, PCR perlu waktu berjam-jam hingga berhari-hari untuk mengetahui hasil swab. Di jedah waktu tersebut, tak bisa menjamin orang bakal diam di rumah untuk isolasi.

Padahal, lanjut dia, kuncinya saat ini ialah fast tracing, fast tracking, face isolation, dan treatment," ujarnya dalam acara serah terima GeNose pada Menteri Riset dan Teknologi (menristek) Bambang Brodjonegoro di Jakarta, kemarin (24/9).

Atas keperluan tersebut, ia bersama tim dari UGM yang diketuai oleh Kuwat Triyana melakukan penelitian mengenai alat deteksi yang bisa lebih cepat dan akurat. Dia menjelaskan, cara kerja alat ini sederhana. Cukup menggunakan hembusan nafas dari orang yang diperiksa. Hasil keluar dalam waktu tiga menit. "Dulunya 10 menit, alhamdulillah sekarang 3 menit," katanya.

Baca Juga:  PLN Buka Informasi Perkiraan Kompensasi Blackout

Dian memaparkan, pembuatan alat ini sudah disesuaikan dengan prosedur baku kesehatan. Kemudian, kaedah etika juga telah dipenuhi. Karenanya, uji klinis tahap I sudah digelar di Rs Bhayangkara Jogjakarta dan Rs Bambanglipuro, Bantul. Dari 615 sample napas dari 83 pasien positif dan 40 negatif. Padahal, pasien positif diketahui asimtomatik atau tak bergejala.

"Artinya, alat ini bisa membedakan asimtomatik," ungkap dokter spesialis anak tersebut.

Dian menyebut akurasi GeNose di atas 90 persen. Hal ini terlihat dari hasil analisa profiling dengan metode sederhana Multi Layer Perceptron (MLP) dan Support Vector Machine (SVM) menunjukkan bahwa akurasi GeNose bisa lebih dari 97 persen. "Di sini hasil profiling yang paling stabil dengan menggunakan Deep Neural Networks dengan akurasinya 96 persen," paparnya.

Baca Juga:  Bos Fahrenheit Ditahan, Nilai Kerugian Rp5 Triliun

Kendati begitu, GeNose perlu dilakukan uji klinis tahap II untuk mengetahui validasi lebih lanjut. Rencananya, dalam uji klinis ini akan melibatkan 9 rumah sakit. Diantaranya, Rs Sardjito, Rs Bhayangkara Polda Jogjakarta dan lainnya. Ditargetkan, ada 2 ribu orang yang dites menggunakan alat ini.

"Nanti tes akan dilakukan blind sebanyak tiga kali. Di mana pihak yang melakukan tes tidak mengetahui yang pasien positif atau tidak," katanya.

Ketua Tim Peneliti GeNose Kuwat menambahkan, dalam penelitian ini pihaknya menggandeng da membangun jejaring dengan lima perusahaan. Di mana, masing-masing memiliki tugas masing-masing. Seperti, membuat mesin. Menurutnya, hal ini yang cukup sulit dilakukan dan membutuhkan waktu. Kendati begitu, perusahaan tersebut berkomitmen bisa menghasilkan 50 ribu alat per bulan. "Ini yang susah. Kalau sinkron dengan Artificial Intelligence (AI) itu lebih mudah," papar doktor bidang organik electronik itu.(mia/jpg)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari