Meski dalam kondisi pandemi Covid-19, namun tidak menyurutkan semangat masyarakat. Khususnya para pemuda di Pulau Bengkalis untuk turut memeriahkan malam tuju likur atau 27 Ramadan 1433 Hijriah di Kabupaten Bengkalis.
Laporan: Abu Kasim, Bengkalis
SEJAK 10 hari terakhir Ramadan, para pemuda dan remaja disibukkan dengan pembuatan lampu colok. Bahkan, bangunan menara lampu colok yang didesain berbagai bentuk replika banguna masjid, terlihat hampir di sudut persimpangan jalan dan titik-titik lokasi strategis di setiap desa di Pulau Bengkalis.
Mengenal tradisi lampu colok Bengkalis, tentu banyak cerita yang tersimpan di dalamnya dari zaman ke zaman. Bahkan di era digital saat ini, konon masih banyak terkenang dan rindu masa lalu yang selalu mengalir dan banyak rindu yang hadir untuk sebuah tradisi leluhur.
Ditambah lagi, pada tahun 1443 bersamaan tahun 2022 ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkalis melalui Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) kembali menaja Festival Lampu Colok Bengkalis yang sempat terhenti selama beberapa tahun terakhir akibat pandemi dan krisis ekonomi.
Seperti semangat yang membara. Membuat bangunan megah dan kokoh dari sebuah cerita proses pengerjaan menara lampu colok Bengkalis yang telah ditetapkan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI pada Desember 2021, sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) setelah melalui proses penilaian Tim Ahli Kemendikbud RI.
Setelah Covid-19 dinyatakan mulai menurun, geliat warga di kabupaten berjuluk Negeri Junjungan untuk ikut dalam event ini semakin memuncak. Tidak hanya mendirikan menara lampu colok yang megah dan indah, di sudut kampung juga dibangun spot foto.
Seperti di Kelurahan Kelapapati Tengah, Desa Pedekik, Desa Selatbaru, meskipun tidak mengikuti fertival namun terlihat titik-titik spot foto disiapkan warga. Insan penuh kreativitas sebagai sumbangan bagi pengunjung yang ingin menerima sedekah tempat mengabadikan bahagia di bulan puasa kali ini.
Begitu juga, Dusun Pelimau, Desa Sebauk melakukan hal yang sama. Satu spot foto terlihat beberapa hari lalu telah hampir 99 persen siap mereka bangun dengan rupa nan anggun. Kelak pengunjung akan memanfaatkannya untuk foto bersama keluarga, sahabat karib dan lainnya.
Di Desa Pangkalan Batang Barat dan Desa Pangkalan Batang ada dua menara lampu colok yang akan ikut berkompetisi yang hingga saat ini masih dalam proses pengerjaan.
Proses pengerjaan menara Dusun Kampung Parit Desa Pangkalan Batang, selain mendapatkan suplai dana dari desa sebesar Rp15 juta, juga terkumpul sumbangan donatur warga dusun ini yang berada di luar daerah sekitar lebih Rp3 jutaan. Dana dari donatur terus bertambah sebab kondisi ekonomi pemberi sumbangan yang belum mengizinkan untuk mentransfer lebih awal.
Dalam pengerjaan menara, diawali dengan mencari kayu steling ke hutan sekitar dusun yang dipimpin Rusli ini beberapa hari sebelum memasuki bulan Ramadan kemarin. Selanjutnya, bakda Asar di petang hari menjelang waktu berbuka, para pahlawan pejuang tradisi lampu colok dusun ini kembali melakukan kerja tanpa gaji dengan satu niat suci.
Pengerjaan menara dilanjutkan pada malam hari bakda Tarawih. Terlihat Mesri, Ketua RT bersama dua anaknya bekerja, ada Julhim seorang bapak bersama Dimas anaknya pula. Yang jelas, semua pekerjaan dilakukan sesuai kemampuan masing-masing. Ada yang memasang mal titiik api, membuat piting, memasang sumbu, memotong kaleng, mencari kayu, meminjam papan untuk lantai di dua tingkat menara atau menyiapkan kopi hangat maupun konsumsi ringan lainnya.
Terlihat, 50 orang anggota kerja tergabung dalam WhatsApp Group (WAG) CKP, Colok Kampung Parit tempat komando dan arahan diberikan Ade Desry Kurniawan, seorang anggota BPD memberikan arahan.
Di kelompok kerja dusun ini, juga ada cerita lain. Beberapa pekerja juga membantu kerja gotong royong memasang keramik Masjid Al Muhsinin. Selain itu, pernah siap Tarawih dilanjutkan membaca Yasin untuk obat Siti berusia 82 tahun seorang tetangga yang sakit karena usianya yang telah uzur. Siap membaca Yasin, pekerja tadi rapat di rumah Hidayat yang pernah mendampingi tim KPK, membahas kerja menyiapkan enara lampu colok dan segala sesuatunya.
Bukan itu saja, beberapa anak muda usia sekolah dan mahasiswa, kala menjelang sahur, menaiki gerobak yang ditarik sepeda motor, memukul botol galon air mineral sambil mengucapkan kata “sahur, sahur…sahur sahur” berulang-ulang, terdengar menggema di pagi buta.
Kini, selain keramik yang telah siap dipasang, jalan masuk berukuran lebih 4 meter panjang sekitar 20 meter pun telah selesai dikerjakan. Sementara kerja menegakkan steling colok yang akan dipaku ke tapak menara pula telah didirikan pada Ahad pagi tadi.
Wajah ceria para pejuang hadir mengambang, tapi hanya seketika sebab keinginan menjadi juara pertama Festival Lampu Colok 2022 perlu mereka gesa mengingat waktu menyalakan 5.000-an colok hanya tinggal lima hari.
Pada satu kesempatan di lokasi menara ini, wajah Roslan yang menangani gambar dan titik api steling menara yang masih berada di tanah, terlihat berat menanggung beban. Memikirkan titik api di menara Colok Dusun Kampung karena dirinya dipercaya juga untuk melakukan kerja ini di Menara Colok Dusun Kematang/ Dusun Karya Bakti di desanya.
Bukan tanpa alasan kegelisahan Roslan maupun para pejuang lainnya. Waktu semakin dekat, kerja masih banyak sedangkan cuaca terkadang hujan menghambat perjuangan mereka. Untuk sebuah prestasi gemilang, jembatan di depan menara colok Dusun Kematang/Karya Bakti mengalami perubahan berulang-ulang demi hasil maksimal dan sinkron dengan menara yang tinggi menjulang.
Menyaksikan menara lampu colok ini, mulai dari steling, gambar, jembatan spot foto, kolam air mancur, dan sebuah menara mini Ikatan Keluarga Besar Keturunan Datuk 50 Kesultanan Siak Sri Indrapura (IKBKD 50 KSSI) juga dibangun di sisi kanan menara induk sangat apik dan asri.
Di belakang menara ini, beberapa pohon kelapa menjulang tinggi menjadi background sehingga makin berseri. Seri ini semakin lengkap, kala melewati desa ini, akan berhiaskan masing-masing 3 colok pada satu titik yang disusun bertingkat.
Keistimewaan menara lampu colok dusun ini adalah Taman Air Mancur yang didesain Amarullah yang mahir di bidang interior dan menjadi editing film Kompang Kampong yang dilombakan dalam Indonesian Short Film Festival (ISFF) tajaan SCTV pada 2015 silam.
Sayangnya, andai saja kolam air di depan menara lebih lebar dan panjang dari ukuran menara, maka rangkaian api dari lima ribuan colok tadi membias di kolam tersebut, menjadi menara lampu colok terbaik, target fotografer maupun media TV untuk diliput.
Meskipun demikian, potensi dan kekuatan akan terus mereka lakukan atas sebuah keinginan tampil terbaik dalam lomba yang tahun ini juga diikuti warga Damon, warga Jalan Hang Tuah yang telah lama absen, salah satunya menyiapkan spot foto menggunakan akar kayu berbentuk lingkaran.
Peraih juara 2 Festival Lampu Colok 2019 dan juara 3 pada 2021, pemuda Dusun Pahlawan dengan kekuatan anggota 23 orang akan menegakkan steling colok ke menaranya pada bakda Asar petang ini.
Kendala yang dihadapi Johandi, Ketua Menara Lampu Colok ini sama dengan kendala 3 menara di atas yaitu kekurangan dana. Di saat uang kas mereka nol rupiah, seorang utusan Bupati Bengkalis menyampaikan titipan sejuta rupiah diminta Usman honorer Dinas Perhubungan untuk diantar langsung ke lokasi menara agar bisa melihat kondisi di lapangan.
Laporan: Abu Kasim (Bengkalis)
Editor: E Sulaiman