JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Aplikasi komunikasi chatting, WhatSapp (WA), menjadi buah bibir netizen di awal 2021 karena rencana aturan privasi baru aplikasi pertukaran pesan itu untuk para penggunanya di dunia.
Sedianya kebijakan privasi itu yang mendesak pengguna menyetujui pemberian data kepada Facebook itu berlaku 8 Februari, namun WA menyatakan menunda pelaksanaannya. Dalihnya, pada 15 Januari lalu, penundaan itu untuk menjernihkan misinformasi seputar cara kerja privasi dan keamanan aplikasi.
Meskipun demikian, di dunia maya –utama Twitter– telah ramai gerakan seruan dengan menggunakan tanda pagar (tagar/#) UninstallWhatsapp.
Lewat tagar tersebut, mereka melawan langkah WA yang memaksa pengguna untuk setuju membagi data mereka dengan Facebook jika ingin tetap menggunakan layanannya.
Pemberitahuan muncul saat pengguna membuka Aplikasi. Jika tak setuju dengan pembaruan, pengguna bisa menghapus akun.
Berdasarkan pantauan pada Ahad (24/1), ragam kicauan dari netizen di Twitter lewat #UninstallWhatsapp. Beberapa di antaranya ada yang membagikan dengan aplikasi pertukaran pesan lain yang kalah populer dibandingkan WA, misalnya Telegram, Signal, dan BiP.
Salah satunya seperti yang dikicaukan @autumnsair yang meminta para profesor untuk bermigrasi ke Telegram atau Line. Atau, @cheezedjk yang menyatakan sudah bermigrasi ke Signal.
Dan, ada pula yang menyebut WA akan serupa nasibnya dengan Blackberry Messenger (BBM). Diketahui, BBM yang pernah merajai pertukaran pesan ponsel hingga awal dekade 2010-an, keberadaannya kemudian terdepak oleh WA.
Salah satunya seperti yang diungkap @thomsar6 dengan mempersonifikasi BBM yang memberikan sambutan kepada WA karena akan memiliki nasib sama seperti dirinya. Atau, @nurudinwriter yang menyindir seruan #UninstallWhatsapp dengan pertanyaan apakah mau kembali ke BBM saja.
Namun, ada pula yang memberikan edukasi soal penggunaan aplikasi pada kicauan bertanda #UninstallWhatsapp. Salah satunya Direktur Eksekutif SAFEnet, Damar Juniarto yang merilis lagi edukasi. Damar juga berpesan agar utamakan ubah perilaku (keamanan digital) dulu, baru kemudian migrasi ke platform komunikasi yang menghargai privasi.
"Hati-hati pilih platform pengganti ya," kicau dia.
Atau, @Santosh00685 yang mempertanyakan dalih WA soal rencana membagikan informasi dengan Facebook.
Sementara itu, setelah memutuskan menunda pelaksanaan kebijakan privasi baru jadi 15 Mei 2021, WA menyatakan secara bertahap akan berusaha lebih lagi untuk menjernihkan misinformasi seputar cara kerja privasi dan keamanan aplikasi.
WA mengaku telah menerima masukan dan pertanyaan dari banyak pengguna bahwa pembaruan kebijakan privasi kurang jelas. Perusahaan juga menemukan banyak misinformasi beredar yang menyebabkan kekhawatiran.
Global Head WhatsApp, Will Cathcart, menegaskan, pihaknya sangat serius terhadap privasi dan keamanan obrolan. Pembaruan itu diklaim tidak mempengaruhi privasi pesan pribadi pengguna dengan teman dan keluarga dengan cara apa pun.
Cathcart menyadari pembaruan telah menyebabkan kebingungan. Namun, pihaknya telah melakukan segala cara untuk meyakinkan pengguna bahwa data mereka tidak disalahgunakan.
Yang menarik lagi, banyaknya kasus peretasan atau pembajakan di akun WA selama ini, dianggap sistem keamanan WA sudah tidak kuat. Mereka menghubungkan dengan afiliasi data antara dengan WA dan Facebook yang membuat enskripsi data WA mudah ditembus peretas.
Sumber: Teckno/News/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun