JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Klaim temuan obat Covid-19 oleh Universitas Airlangga (Unair) Surabaya sempat membuat heboh masyarakat. Sampai akhirnya Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) meminta laporan pengajuan izin edar dari Unair untuk diperbaiki. Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla meminta semua pihak menunggu keputusan resmi dari BPOM.
Pria yang akrab disapa JK itu menjelaskan terkait izin edar dan produksi kombinasi obat Covid-19 yang dikembangkan Unair bersama TNI-AD dan BIN, harus menunggu keputusan dari BPOM. "Yang menentukan layak edar atau tidaknya suatu produksi obat adalah instansi berwenang, dalam hal ini BPOM. Karena itu obat," tegasnya di acara Donor Darah Ikatan Alumni Universitas Brawijaya di Jakarta, Ahad (23/8).
Seperti diketahui riset obat Covid-19 oleh Unair itu adalah mengkombinasikan sejumlah obat pasaran yang sudah ada selama ini. Ada tiga kombinasi yang sudah dilakukan uji klinis. Yaitu Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycylin, serta Hydrochloroquine dan Azithormycin.
Sebelumnya pada 15 Agustus lalu Rektor Unair Mohammad Nasir menyampaikan langsung temuan obat Covid-19 di Markas Besar TNI AD. Dia mengatakan tiga dari lima kombinasi obat sudah tuntas menjalani uji klinis. Tahap berikutnya di masukkan datanya ke BPOM guna proses mendapatkan izin edar dan produksi.
Tapi ternyata setelah menerima dokumen dari Unair tersebut, BPOM meminta ada revisi. Diantara yang disoroti BPOM adalah unsur pemilihan pasien untuk uji klinis tidak mewakili derajat keparahan secara acak atau randomization. Kemudian BPOM juga menemukan adanya orang tanpa gejala (OTG) yang diberikan terapi obat itu. Padahal protokolnya, OTG tidak perlu diberi obat.
Lebih lanjut JK juga mengomentari soal proses uji klinis untuk vaksin Covid-19. Dia menjelaskan Indonesia membutuhkan kerja sama dengan banyak pihak. Sebab biaya untuk memproduksi sebuah vaksin tidak murah. Berbeda dengan obat, JK mengatakan hasil riset vaksin ditentukan oleh laboratorium yang mengerjakannya.
Dalam kesempatan itu JK juga berpesan kepada masyarakat untuk tidak perlu takut untuk donor darah di masa pandemi. Selama protokol kesehatan dijaga dengan ketat, kegiatan donor darah di masa pandemi bisa berlangsung dengan aman. Menurut dia donor darah di masa pandemi penting untuk menjaga ketersediaan stok darah PMI. Di tengah pandemi seperti saat ini, JK mengatakan ada peningkatan kebutuhan darah.(wan/jpg)
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Klaim temuan obat Covid-19 oleh Universitas Airlangga (Unair) Surabaya sempat membuat heboh masyarakat. Sampai akhirnya Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) meminta laporan pengajuan izin edar dari Unair untuk diperbaiki. Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla meminta semua pihak menunggu keputusan resmi dari BPOM.
Pria yang akrab disapa JK itu menjelaskan terkait izin edar dan produksi kombinasi obat Covid-19 yang dikembangkan Unair bersama TNI-AD dan BIN, harus menunggu keputusan dari BPOM. "Yang menentukan layak edar atau tidaknya suatu produksi obat adalah instansi berwenang, dalam hal ini BPOM. Karena itu obat," tegasnya di acara Donor Darah Ikatan Alumni Universitas Brawijaya di Jakarta, Ahad (23/8).
- Advertisement -
Seperti diketahui riset obat Covid-19 oleh Unair itu adalah mengkombinasikan sejumlah obat pasaran yang sudah ada selama ini. Ada tiga kombinasi yang sudah dilakukan uji klinis. Yaitu Lopinavir/Ritonavir dan Azithromycin, Lopinavir/Ritonavir dan Doxycylin, serta Hydrochloroquine dan Azithormycin.
Sebelumnya pada 15 Agustus lalu Rektor Unair Mohammad Nasir menyampaikan langsung temuan obat Covid-19 di Markas Besar TNI AD. Dia mengatakan tiga dari lima kombinasi obat sudah tuntas menjalani uji klinis. Tahap berikutnya di masukkan datanya ke BPOM guna proses mendapatkan izin edar dan produksi.
- Advertisement -
Tapi ternyata setelah menerima dokumen dari Unair tersebut, BPOM meminta ada revisi. Diantara yang disoroti BPOM adalah unsur pemilihan pasien untuk uji klinis tidak mewakili derajat keparahan secara acak atau randomization. Kemudian BPOM juga menemukan adanya orang tanpa gejala (OTG) yang diberikan terapi obat itu. Padahal protokolnya, OTG tidak perlu diberi obat.
Lebih lanjut JK juga mengomentari soal proses uji klinis untuk vaksin Covid-19. Dia menjelaskan Indonesia membutuhkan kerja sama dengan banyak pihak. Sebab biaya untuk memproduksi sebuah vaksin tidak murah. Berbeda dengan obat, JK mengatakan hasil riset vaksin ditentukan oleh laboratorium yang mengerjakannya.
Dalam kesempatan itu JK juga berpesan kepada masyarakat untuk tidak perlu takut untuk donor darah di masa pandemi. Selama protokol kesehatan dijaga dengan ketat, kegiatan donor darah di masa pandemi bisa berlangsung dengan aman. Menurut dia donor darah di masa pandemi penting untuk menjaga ketersediaan stok darah PMI. Di tengah pandemi seperti saat ini, JK mengatakan ada peningkatan kebutuhan darah.(wan/jpg)