SINGAPURA (RIAUPOS.CO) – Singapura dengan tegas dan berani menghadapi kemarahan pendukung Ustaz Abdul Somad (UAS) di media sosial. Singapura dituntut minta maaf dalam 2×24 jam karena sudah menolak kedatangan UAS. Bagi Singapura, sikap mereka sudah jelas menolak UAS karena ajarannya dikaitkan dengan ekstremis sehingga tak ada kepentingan bagi Singapura untuk meminta maaf.
Menteri Dalam Negeri dan Hukum Singapura, K Shanmugam, membacakan untuk wartawan beberapa komentar dari pendukung UAS di media sosial. Salah satunya berupa ancaman dan hendak menyerang Singapura.
“Dear You, para pemimpin Singapura, negara-negara Islamofobia, kami menunggu 2×24 jam untuk meminta maaf kepada rakyat Indonesia dan umat Islam,” kata K Shanmugam membacakan isi pesan itu seperti dilansir TODAY.
“Jika Anda mengabaikan peringatan kami, maka kami tidak akan ragu untuk mengusir duta besar negara Anda. Kami akan mengirimkan Pasukan Pembela Islam, Pasukan Keadilan Sejahtera dan Pasukan Pembela Ulama untuk menyerang negara Anda seperti 11 September 2001 di New York, dan kami juga akan mengusir warga Singapura yang berpura-pura transit dan tinggal di Indonesia,” kata K Shanmugam membacakan ancaman itu.
Komentar lain menyerukan agar Singapura dihancurkan dan dibom. Seorang pengguna media sosial menyatakan Singapura negara kecil, namun sangat arogan.
“Hanya dengan satu rudal dan Anda selesai,” ancam para pendukung UAS di media sosial.
Shanmugam mencatat bahwa yurisdiksi lain telah menolak masuknya UAS, termasuk Hongkong pada Desember 2017. Shanmugam menambahkan bahwa UAS juga dilaporkan telah ditolak masuk di masa lalu ke Timor Leste, Inggris, Jerman, dan Swiss.
“Saya menemukan ini sangat menarik bahwa kami bukan satu-satunya negara yang menolak masuknya UAS,” kata Shanmugam.
“Saya ingin tahu apakah pendukung UAS juga mengancam Cina karena dia ditolak masuk ke Hongkong dan mengancam negara-negara Eropa lainnya? Atau hanya Singapura yang mendapat perhatian khusus dan mereka cukup berani untuk mengancam Singapura tetapi tidak yang lain?” katanya.
“Tanggapan pemerintah Indonesia terhadap keputusan Singapura untuk menolak masuknya Somad adalah sangat tepat dan benar. Bahwa ini adalah aspek dasar kedaulatan. (Indonesia) menerima bahwa Singapura yang memutuskan siapa yang dapat masuk ke Singapura. Itu benar sekali, sama seperti Indonesia yang memutuskan siapa yang bisa masuk ke Indonesia,” tegasnya.
Channel News Asia sebelumnya melaporkan, tanpa mengutip sumber, bahwa pemerintah Indonesia telah menegaskan kembali hak kedaulatan Singapura untuk memutuskan siapa yang akan diizinkan masuk. Outlet berita menambahkan bahwa Duta Besar Indonesia untuk Singapura Suryopratomo mengatakan bahwa pemerintah Indonesia tidak dapat campur tangan sehubungan dengan keputusan Singapura.
Shanmugam mencatat popularitas UAS di Indonesia dan pengikut di media sosial yang besar. Yakni 6,5 juta pengikut di Instagram, 2,7 juta subscriber di YouTube, dan lebih dari 700.000 pengikut di Facebook.
“Ini dalam perspektif saya sendiri penolakan telah memberinya publisitas. Jadi dia memanfaatkan publisitas secara maksimal dan dia sekarang, dalam pandangan saya, terlibat dalam aksi publisitas lebih banyak. Dia mengatakan bahwa dia akan mencoba memasuki Singapura lagi,” pungkas Shanmugam.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman