JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Rumor yang beredar bahwa Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un telah jatuh sakit dan dalam kondisi kritis memicu kekhawatiran dan spekulasi. Jika Jong Un wafat, hal ini diprediksi bakal mengguncang Korea Utara dan memicu krisis di sana.
Kabar terbaru tentang kesehatan sang diktator sendiri masih tertutup. Jong Un bahkan tak hadir dalam peringatan ulang tahun ke-108 kakeknya, Kim Il Sung yang jatuh pada 15 April kemarin.
Dilansir dari New York Post, Jumat (24/4), jika Jong Un meninggal, kemungkinan berakhirnya rezim bakal menciptakan kekacauan. Prediksi itu disampaikan para ahli kepada Military Times.
Meskipun Jong Un tidak memiliki penerus atau pewaris langsung, adik perempuannya yakni Kim Yo Jong, yang notabene seorang pejabat senior partai berkuasa, tampaknya merupakan kandidat yang paling mungkin untuk mengambil alih tahta tertinggi. Namun, beberapa ahli percaya bahwa kepemimpinan kolektif, yang dapat mengakhiri aturan dinasti keluarga, juga bisa terjadi.
“Kurangnya ahli waris yang ditunjuk berarti akan ada kekacauan, penderitaan manusia, dan ketidakstabilan,” kata pensiunan kepala operasi khusus Korea Selatan Letjen Chun In-Bum kepada Military Times.
“Ini berita buruk bagi semua orang Korut,” tambahnya.
Pensiunan kolonel pasukan khusus dan rekan senior di Yayasan Pertahanan Demokrasi, David Maxwell mengatakan hingga kini belum diketahui Kim Jong Un telah menunjuk pengganti atau belum. “Kurangnya penerus yang jelas dapat menyebabkan keruntuhan rezim. AS dan Korea Selatan harus mengantisipasi hal ini,” kata Maxwell.
Maxwell bahkan sudah menganalisis bahwa bisa saja ada bencana kemanusiaan yang akan terungkap di Korea Utara. Apalagi dunia saat ini sedang menghadapi pandemi Coronavirus. “Korea Selatan, China dan Jepang harus berhadapan dengan potensi arus pengungsi skala besar, ”katanya.
“Unit Tentara Rakyat Korea Utara akan bersaing untuk mendapat sumber daya dan kelangsungan hidup. Ini akan menyebabkan konflik internal antar unit dan dapat meningkat menjadi perang saudara yang meluas,” lanjutnya lagi.
Tapi, Maxwell yakin bahwa meskipun ada kekacauan internal, militer Korea Utara akan terus berjuang untuk membela negaranya. Masalah rumitnya justru ada pada AS dan Korea Selatan yang harus siap untuk mengamankan program senjata pemusnah massal Pyongyang, yakni nuklir; senjata kimia; senjata biologi; berikut fasilitas manufaktur serta infrastruktur manusia.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman