Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Jaga Inflasi Tidak Terlalu Rendah

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pemerintah jungkir balik untuk menjaga daya beli masyarakat dan sasaran inflasi. Sebab, pascapandemi Covid-19, konsumsi masyarakat tertekan dan membuat inflasi berada di tren yang sangat rendah. Presiden Joko Widodo mengimbau agar inflasi tidak terlalu rendah. "Kali ini kita dituntut mampu mempertahankan tingkat inflasi agar tidak terlalu rendah," ujarnya pada Rakornas Pengendalian Inflasi, kemarin (22/10). 

Hal itu tentu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana inflasi tidak serendah seperti saat ini. Dengan menjaga inflasi agar tetap ada di titik keseimbangan, Jokowi yakin hal itu bisa menjadi stimulus agar produsen tetap melakukan produksi. Dengan target itu, maka keseimbangan pasokan dan permintaan menjadi sangat penting. 

"Agar saat perekonomian mulai pulih dan daya beli masyarakat telah kembali normal tidak terjadi tekanan signifikan pada harga-harga," imbuh mantan Wali Kota Solo itu. 

Baca Juga:  Nekat Bawa Sabu 1 Kg, Penumpang Garuda Diamankan

Jokowi melanjutkan, dengan kondisi saat ini, pengendalian inflasi tidak melulu soal mengendalikan harga saja. Tetapi juga menjaga daya beli masyarakat dengan berbagai kebijakan. 

Kebijakan-kebijakan itu berupa penyaluran berbagai stimulus dan bansos yang sifatnya transfer tunai. Di antaranya yakni Program Keluarga Harapan, BLT Tunai, BLT dana desa, kartu prakerja, subsidi gaji, serta bansos produktif untuk bantuan modal UMKM.

Dengan adanya pencairan berbagai stimulus itu, diharapkan masyarakat bisa memiliki alokasi anggaran yang bisa dibelanjakan. Dengan begitu, daya beli pun perlahan pulih dan pasokan bisa bertumbuh. 

Dia juga mendorong agar seluruh kementerian/lembaga (K/L) maupun pemerintah daerah (pemda) bisa segera mengakselerasi anggaran belanjanya. Jokowi ingin, belanja K/L dan pemda bisa mengutamakan penerapan produk dalam negeri, baik produk pertanian maupun UMKM.  "Terutama melalui belanja bantuan sosial dan belanja modal yang mendukung pemulihan ekonomi terutama sektor UMKM," kata dia. 

Baca Juga:  Bupati Sempurnakan Program DMIJ

Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan agar pemda bisa lebih giat mengakselerasi belanja APBD-nya. Dia menyoroti kinerja pemda dalam serapan anggaran PEN di daerah yang masih rendah.

"Saya ingin garisbawahi bahwa saat pemerintah pusat melakukan dan terus menerus mencoba melihat alokasi dan distribusi serta penyerapan dari program-program PEN, kita lihat di tingkat daerah penyerapan masih perlu ditingkatkan," jelasnya. (dee/jpg)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Pemerintah jungkir balik untuk menjaga daya beli masyarakat dan sasaran inflasi. Sebab, pascapandemi Covid-19, konsumsi masyarakat tertekan dan membuat inflasi berada di tren yang sangat rendah. Presiden Joko Widodo mengimbau agar inflasi tidak terlalu rendah. "Kali ini kita dituntut mampu mempertahankan tingkat inflasi agar tidak terlalu rendah," ujarnya pada Rakornas Pengendalian Inflasi, kemarin (22/10). 

Hal itu tentu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya di mana inflasi tidak serendah seperti saat ini. Dengan menjaga inflasi agar tetap ada di titik keseimbangan, Jokowi yakin hal itu bisa menjadi stimulus agar produsen tetap melakukan produksi. Dengan target itu, maka keseimbangan pasokan dan permintaan menjadi sangat penting. 

- Advertisement -

"Agar saat perekonomian mulai pulih dan daya beli masyarakat telah kembali normal tidak terjadi tekanan signifikan pada harga-harga," imbuh mantan Wali Kota Solo itu. 

Baca Juga:  Dewas Akan Evaluasi Pimpinan KPK

Jokowi melanjutkan, dengan kondisi saat ini, pengendalian inflasi tidak melulu soal mengendalikan harga saja. Tetapi juga menjaga daya beli masyarakat dengan berbagai kebijakan. 

- Advertisement -

Kebijakan-kebijakan itu berupa penyaluran berbagai stimulus dan bansos yang sifatnya transfer tunai. Di antaranya yakni Program Keluarga Harapan, BLT Tunai, BLT dana desa, kartu prakerja, subsidi gaji, serta bansos produktif untuk bantuan modal UMKM.

Dengan adanya pencairan berbagai stimulus itu, diharapkan masyarakat bisa memiliki alokasi anggaran yang bisa dibelanjakan. Dengan begitu, daya beli pun perlahan pulih dan pasokan bisa bertumbuh. 

Dia juga mendorong agar seluruh kementerian/lembaga (K/L) maupun pemerintah daerah (pemda) bisa segera mengakselerasi anggaran belanjanya. Jokowi ingin, belanja K/L dan pemda bisa mengutamakan penerapan produk dalam negeri, baik produk pertanian maupun UMKM.  "Terutama melalui belanja bantuan sosial dan belanja modal yang mendukung pemulihan ekonomi terutama sektor UMKM," kata dia. 

Baca Juga:  Delapan Nama Lulus Seleksi Tiga Jabatan PTP

Pada kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan agar pemda bisa lebih giat mengakselerasi belanja APBD-nya. Dia menyoroti kinerja pemda dalam serapan anggaran PEN di daerah yang masih rendah.

"Saya ingin garisbawahi bahwa saat pemerintah pusat melakukan dan terus menerus mencoba melihat alokasi dan distribusi serta penyerapan dari program-program PEN, kita lihat di tingkat daerah penyerapan masih perlu ditingkatkan," jelasnya. (dee/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari