(RIAUPOS.CO) — Masyarakat awam umumnya mengetahui serangan jantung salah satunya adalah Penyakit Jantung Koroner (PJK). Beberapa faktor risikonya adalah diabetes, hipertensi, kolesterol, merokok, dan genetik. Namun ternyata ada beberapa tipe serangan jantung yang juga menimbulkan serangan kematian mendadak.
Selain penyakit jantung koroner, ada kemungkinan lain. Misalnya gangguan irama jantung. Atau ada lagi kondisi yang membuat aliran listrik pada jantung mengalami gangguan atau dikenal dengan Channelopathy. Atau dikenal dengan Long QT syndrome dan Brugada Syndrome.
Channelopathy atau Brugada itu kelainan di otot jantung. Yakni berhubungan dengan aliran mirip arus listrik pada pembuluh darah. Ada darah-darah chanel elektrolit keluar masuk mirip seperti arus listrik pada jantung. Dan itu harus dipertahankan alirannya supaya tetap ada.
"Kalau tak ada aliran listriknya tiba-tiba berhenti, atau enggak normal, ya jantungnya juga enggak jalan," kata Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari RSJP Harapan Kita Jakarta dr. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K) kepada wartawan di Jakarta, baru-baru ini.
Menurutnya, serangan jantung secara umum berimplikasi pada nyeri dada dan sesak napas hingga kematian mendadak. Harus diakui, masyarakat awam hanya tahu kalau serangan jantung adalah kondisi ST segment elevation myocardial infarction (STEMI) atau serangan jantung karena ada gangguan pada suplai darah.
"Orang melihatnya serangan jantung selama ini karena penyempitan pembuluh darah dan lainnya. penyakit koroner lah. Awam melihatnya sebagai Penyakit Jantung Koroner (PJK)," ungkapnya.
Padahal, kata dr. Ario, serangan jantung bisa terjadi macam-macam. Bisa karena PJK atau tidak ada hubungannya sama sekali, yakni Brugada Sindrom.
"Macamnya banyak. Bisa kelainan otot jantung tebal dan lainnya. Serangan jantung bukan melulu punyanya STEMI atau PJK," tegasnya.
Gejala Channelopathy atau Bruguda
Gejalanya bisa sama atau bisa juga berbeda. Misalnya sakit dada atau sesak napas.
"Bisa juga sakit dada, bisa napas juga sesak. Yang serangan jantung lainnya dan PJK juga bisa sama, bisa juga beda," tututnya.
Meski begitu, menurut dr. Ario, kasus Brugada atau Channelopathy sebetulnya bukan kasus yang tergolong sering ditemukan. Paling sering terjadi adalah PJK dan gangguan irama jantung.
"Brugada termasuk hal yang jarang. Dan enggak mudah juga diagnosisnya kadang. Paling bisa ditentukan tentunya dengan konsultasi dokter ya atau dari pemeriksaan EKG itu," jelasnya.
"Memang paling umum terjadi adalah PJK. Paling banyak. Dan masyarakat menganggap semua serangan jantung adalah PJK," katanya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal