Kamis, 19 September 2024

Susur Sungai Berakhir Petaka, Satu Pembina Pramuka Jadi Tersangka

SLEMAN (RIAUPOS.CO) – Penyisiran siswa hilang karena susur sungai di Sleman diperluas menjadi 27 kilometer dari titik kejadian. Wilayah terbagi menjadi empat bagian sampai ke wilayah aliran Sungai Sempor Bedog di sekitar ring road selatan.

Humas Basarnas DIJ Pipit Eriyanto menuturkan, seksi I mulai dari lokasi kejadian sampai Tempuran Bedog–Sempor yang berjarak 6,71 kilometer.

Seksi II berjarak 5,59 kilometer sampai ke Pertemuan Bedog–Selokan Mataram. Dilanjutkan seksi III yang menuju Gereja Gamping dengan jarak 7,91 kilometer. Seksi terakhir sampai di aliran Sungai Sempor–Bedog di wilayah ring road selatan dengan jarak 4,98 kilometer. ”Setiap section dikerahkan dua tim search and rescue unit (SRU). Setiap SRU terdiri atas lebih dari 50 relawan,” jelas Pipit kepada Jawa Pos Radar Jogja kemarin (22/2).

Sampai pukul 19.05 tadi malam, korban yang ditemukan dalam keadaan meninggal dunia delapan orang. Dua lainnya, yakni Yasinta Bunga dan Zahra Imelda, masih dicari. Sebelumnya, Nadin Fadhila telah ditemukan tak bernyawa pada Sabtu (22/2) pukul 10.15 di Dam Lengkong.

- Advertisement -

Menurut Pipit, tim gabungan telah melakukan penyusuran sampai seksi IV dan masih nihil. Kondisi sungai yang berbatu dan berongga membuat korban bisa tersangkut. Normalnya, dalam waktu tiga hari, jasad naik ke permukaan dengan sendirinya. ”Namun, karena berongga, dikhawatirkan masih tersangkut,” ungkap Pipit. Untuk mendukung pencarian, Basarnas menambah pemasangan jaring di aliran dekat Gereja Gamping. Sebelumnya, jaring dipasang di aliran Sempir yang ada di Dusun Balong.

Sementara itu, 13 orang yang diduga mengetahui tragedi susur sungai SMPN 1 Turi diperiksa Polda DIJ. Dari hasil pemeriksaan, satu pembina Pramuka ditetapkan sebagai tersangka.

- Advertisement -

Kabidhumas Polda DIJ Kombespol Yuliyanto menjelaskan, 13 orang yang diperiksa itu terdiri atas 7 pembina Pramuka, 3 warga Turi, dan 3 orang dari Pramuka Kwarcab Sleman. Berdasar hasil pemeriksaan sementara diketahui, di antara tujuh pembina Pramuka, enam orang mengantar para siswa ke sungai. ”Dan satu orang berada di sekolah,” ungkapnya.

Baca Juga:  Belum Waktunya

Dari enam orang yang ikut berangkat ke sungai, empat orang turun ke sungai dan satu orang menunggu di garis finis. Sedangkan satu pembina lainnya pergi karena urusan tertentu setelah mengantarkan para siswa. Enam pembina berstatus PNS dan satu lainnya adalah pihak luar yang menjadi pembina Pramuka. ”Dirreskrimsus Polda DIJ telah melakukan gelar perkara di Mapolres Sleman dan menyatakan meningkatkan status penyelidikan menjadi penyidikan,” tambah Yuli, sapaan Yuliyanto.

Satu orang yang sudah diperiksa, yakni IYA, naik status dari saksi menjadi tersangka. Dia adalah pembina Pramuka yang juga guru olahraga di SMPN 1 Turi. IYA adalah orang yang meninggalkan para siswa di sungai dengan alasan masih ada keperluan tertentu.

Yuli menambahkan, sangat mungkin ada penambahan tersangka. Namun, hal itu bergantung pada hasil pemeriksaan. Polisi juga akan meminta keterangan para siswa yang selamat.

Untuk sementara, tersangka diancam pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia. Juga pasal 360 KUHP karena kelalaiannya mengakibatkan orang lain terluka. Ancaman maksimalnya adalah penjara lima tahun. Saat ini tersangka masih diperiksa intensif di Mapolres Sleman dan belum ada penahanan.

Yuli menambahkan, tiga warga yang ikut diperiksa adalah penggerak wisata di kawasan tersebut. Selain itu, tiga orang lainnya adalah perwakilan Kwarcab Sleman yang diperiksa untuk lebih mengetahui SOP dalam Pramuka. Termasuk standar keamanan pelaksanaan kegiatan Pramuka seperti susur sungai tersebut.

Sebagaimana diberitakan, kegiatan susur sungai siswa SMPN 1 Turi berakhir petaka. Para siswa hanyut diterjang arus sungai yang tiba-tiba membesar. Berdasar data Pusdalops BPBD DIJ, total murid yang terlibat susur sungai 249 orang. Perinciannya, siswa kelas VII berjumlah 124 orang dan kelas VIII sebanyak 125 orang.

Baca Juga:  Hasil SKD CPNS Pemprov Diumumkan Hari Ini

Kasek Tak Tahu Ada Susur Sungai

Kepala SMPN 1 Turi Tutik Nurdiana menjelaskan, program susur sungai yang dilakukan gugus depan (gudep) sekolahnya adalah program rutin. Namun, dia mengaku tidak tahu bahwa program tersebut diadakan pada Jumat (21/2). Menurut Tutik, susur sungai adalah kegiatan biasa bagi masyarakat Turi. ”Saya kira itu biasa untuk mereka, bukan sesuatu yang khas. Hal itu terjadi di luar dugaan kami,” ungkap Tutik di SMPN 1 Turi kemarin.

Tutik menjelaskan, acara tersebut didampingi tujuh pembina Pramuka yang semuanya adalah guru SMPN 1 Turi. Program susur sungai, jelas dia, sudah ada sejak dirinya belum menjabat kepala sekolah. ”Itu murni kegiatan sekolah,” tambah Tutik yang mengaku baru 1,5 bulan menjadi kepala SMPN 1 Turi.

Sementara itu, Menteri Sosial (Mensos) Juliari Peter Batubara mengunjungi para korban yang dirawat di Puskesmas Turi kemarin (22/2). ”Saya hadir mewakili pemerintah untuk melihat langsung bagaimana penanganan bencana tersebut. Saya juga menemui keluarga korban,” kata Juliari setelah menyambangi pasien dan keluarga korban.

Dia menjelaskan, Kemensos akan memberikan santunan untuk keluarga korban meninggal dunia. Setiap korban meninggal dunia akan disantuni Rp 15 juta. ”Kalau yang luka ditanggung pemda sepenuhnya sampai benar-benar dinyatakan bisa pulang,” tuturnya. Dia juga mendesak dilakukan investigasi menyeluruh terhadap insiden tersebut. Kemensos juga akan menurunkan tim untuk melakukan terapi trauma healing kepada para korban maupun keluarga.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

SLEMAN (RIAUPOS.CO) – Penyisiran siswa hilang karena susur sungai di Sleman diperluas menjadi 27 kilometer dari titik kejadian. Wilayah terbagi menjadi empat bagian sampai ke wilayah aliran Sungai Sempor Bedog di sekitar ring road selatan.

Humas Basarnas DIJ Pipit Eriyanto menuturkan, seksi I mulai dari lokasi kejadian sampai Tempuran Bedog–Sempor yang berjarak 6,71 kilometer.

Seksi II berjarak 5,59 kilometer sampai ke Pertemuan Bedog–Selokan Mataram. Dilanjutkan seksi III yang menuju Gereja Gamping dengan jarak 7,91 kilometer. Seksi terakhir sampai di aliran Sungai Sempor–Bedog di wilayah ring road selatan dengan jarak 4,98 kilometer. ”Setiap section dikerahkan dua tim search and rescue unit (SRU). Setiap SRU terdiri atas lebih dari 50 relawan,” jelas Pipit kepada Jawa Pos Radar Jogja kemarin (22/2).

Sampai pukul 19.05 tadi malam, korban yang ditemukan dalam keadaan meninggal dunia delapan orang. Dua lainnya, yakni Yasinta Bunga dan Zahra Imelda, masih dicari. Sebelumnya, Nadin Fadhila telah ditemukan tak bernyawa pada Sabtu (22/2) pukul 10.15 di Dam Lengkong.

Menurut Pipit, tim gabungan telah melakukan penyusuran sampai seksi IV dan masih nihil. Kondisi sungai yang berbatu dan berongga membuat korban bisa tersangkut. Normalnya, dalam waktu tiga hari, jasad naik ke permukaan dengan sendirinya. ”Namun, karena berongga, dikhawatirkan masih tersangkut,” ungkap Pipit. Untuk mendukung pencarian, Basarnas menambah pemasangan jaring di aliran dekat Gereja Gamping. Sebelumnya, jaring dipasang di aliran Sempir yang ada di Dusun Balong.

Sementara itu, 13 orang yang diduga mengetahui tragedi susur sungai SMPN 1 Turi diperiksa Polda DIJ. Dari hasil pemeriksaan, satu pembina Pramuka ditetapkan sebagai tersangka.

Kabidhumas Polda DIJ Kombespol Yuliyanto menjelaskan, 13 orang yang diperiksa itu terdiri atas 7 pembina Pramuka, 3 warga Turi, dan 3 orang dari Pramuka Kwarcab Sleman. Berdasar hasil pemeriksaan sementara diketahui, di antara tujuh pembina Pramuka, enam orang mengantar para siswa ke sungai. ”Dan satu orang berada di sekolah,” ungkapnya.

Baca Juga:  Para Menteri Tak Mau Berkomentar soal Kementerian Baru

Dari enam orang yang ikut berangkat ke sungai, empat orang turun ke sungai dan satu orang menunggu di garis finis. Sedangkan satu pembina lainnya pergi karena urusan tertentu setelah mengantarkan para siswa. Enam pembina berstatus PNS dan satu lainnya adalah pihak luar yang menjadi pembina Pramuka. ”Dirreskrimsus Polda DIJ telah melakukan gelar perkara di Mapolres Sleman dan menyatakan meningkatkan status penyelidikan menjadi penyidikan,” tambah Yuli, sapaan Yuliyanto.

Satu orang yang sudah diperiksa, yakni IYA, naik status dari saksi menjadi tersangka. Dia adalah pembina Pramuka yang juga guru olahraga di SMPN 1 Turi. IYA adalah orang yang meninggalkan para siswa di sungai dengan alasan masih ada keperluan tertentu.

Yuli menambahkan, sangat mungkin ada penambahan tersangka. Namun, hal itu bergantung pada hasil pemeriksaan. Polisi juga akan meminta keterangan para siswa yang selamat.

Untuk sementara, tersangka diancam pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia. Juga pasal 360 KUHP karena kelalaiannya mengakibatkan orang lain terluka. Ancaman maksimalnya adalah penjara lima tahun. Saat ini tersangka masih diperiksa intensif di Mapolres Sleman dan belum ada penahanan.

Yuli menambahkan, tiga warga yang ikut diperiksa adalah penggerak wisata di kawasan tersebut. Selain itu, tiga orang lainnya adalah perwakilan Kwarcab Sleman yang diperiksa untuk lebih mengetahui SOP dalam Pramuka. Termasuk standar keamanan pelaksanaan kegiatan Pramuka seperti susur sungai tersebut.

Sebagaimana diberitakan, kegiatan susur sungai siswa SMPN 1 Turi berakhir petaka. Para siswa hanyut diterjang arus sungai yang tiba-tiba membesar. Berdasar data Pusdalops BPBD DIJ, total murid yang terlibat susur sungai 249 orang. Perinciannya, siswa kelas VII berjumlah 124 orang dan kelas VIII sebanyak 125 orang.

Baca Juga:  Belum Waktunya

Kasek Tak Tahu Ada Susur Sungai

Kepala SMPN 1 Turi Tutik Nurdiana menjelaskan, program susur sungai yang dilakukan gugus depan (gudep) sekolahnya adalah program rutin. Namun, dia mengaku tidak tahu bahwa program tersebut diadakan pada Jumat (21/2). Menurut Tutik, susur sungai adalah kegiatan biasa bagi masyarakat Turi. ”Saya kira itu biasa untuk mereka, bukan sesuatu yang khas. Hal itu terjadi di luar dugaan kami,” ungkap Tutik di SMPN 1 Turi kemarin.

Tutik menjelaskan, acara tersebut didampingi tujuh pembina Pramuka yang semuanya adalah guru SMPN 1 Turi. Program susur sungai, jelas dia, sudah ada sejak dirinya belum menjabat kepala sekolah. ”Itu murni kegiatan sekolah,” tambah Tutik yang mengaku baru 1,5 bulan menjadi kepala SMPN 1 Turi.

Sementara itu, Menteri Sosial (Mensos) Juliari Peter Batubara mengunjungi para korban yang dirawat di Puskesmas Turi kemarin (22/2). ”Saya hadir mewakili pemerintah untuk melihat langsung bagaimana penanganan bencana tersebut. Saya juga menemui keluarga korban,” kata Juliari setelah menyambangi pasien dan keluarga korban.

Dia menjelaskan, Kemensos akan memberikan santunan untuk keluarga korban meninggal dunia. Setiap korban meninggal dunia akan disantuni Rp 15 juta. ”Kalau yang luka ditanggung pemda sepenuhnya sampai benar-benar dinyatakan bisa pulang,” tuturnya. Dia juga mendesak dilakukan investigasi menyeluruh terhadap insiden tersebut. Kemensos juga akan menurunkan tim untuk melakukan terapi trauma healing kepada para korban maupun keluarga.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari