Rabu, 18 September 2024

Predator Diburu Kolektor

(RIAUPOS.CO) – Siapa menyangka, ikan gabus yang dulu dijual nelayan kini berharga mahal. Itu semenjak trend memelihara ikan predator mulai digemari berbagai lapisan kalangan. Di Provinsi Riau, khususnya di beberapa sungai seperti di Kabupaten Pelalawan, Kampar terdapat  banyak jenis ikan predator yang kini tidak lagi dijual “kiloan". Sebut saja Channa Maru Riau.

Ikan dengan ciri berwarna dasar kuning, serta dihiasi motif berbintik hitam dan putih ini bahkan dicari kolektor predator di beberapa negara. Akhir pekan ini, Riau Pos sempat berkunjung ke rumah salah satu kolektor ikan predator yang cukup viral di media sosial, Giovandi Suhendi. Saat berkunjung Riau Pos sempat diajak melihat seluruh koleksi milik lelaki yang karib disapa Gio ini.

Pekarangan rumah yang cukup luas dimanfaatkan Gio untuk melepas hobinya memelihara ikan predator. Atau di kalangan kolektor disebut “Predator Keepers". Masuk ke area samping rumahnya yang terletak di Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru, Riau Pos sudah diperlihatkan dengan berbagai koleksi peliharaannya. Di dalam sebuah bak fiber berukuran sekitar 4×2 meter berwarna biru, ada beberapa jenis ikan yang ditempatkan di sana. Seperti Arapaima Gigas berukuran 1,5 meter. Ada juga ikan predator jenis lain serupa Red Tail Catfish serta beberapa jenis ikan asal Sungai Amazon lainnya.

Kata Gio, penempatan ikan di bak fiber tersebut hanya sementara. Karena tempat asli ikan yang ia pelihara masih dalam tahap renovasi. Yakni sebuah aquarium raksasa berukuran 9×3,5 meter. Dengan tinggi kurang lebih 3 meter. Aquarium yang ia sebut dengan supermega tank itu, terletak tepat di halaman belakang rumahnya.

- Advertisement -

"Jadi ini kan sementara karena proses renovasi masih belum selesai. Kurang lebih sudah sejak 8 bulan lalu direnovasi," tutur Gio.

Ia kemudian mengajak Riau Pos melihat langsung bagaimana rupa megatank tersebut. Bentuknya cukup megah. Serupa akuarium kebanyakan namun ini berukuran raksasa. Dinding-dindingnya dibangun dengan semen. Sedangkan kacanya, dipesan langsung dari pabrik kaca tempered glass di Jakarta. Diperkirakan kubikasi air untuk memenuhi akuarium raksasa itu seberat 150 ton. Seluruh koleksinya, sebanyak 70 ikan, nantinya akan ditempatkan di sana.

- Advertisement -
Baca Juga:  Satu Lagi Merek SUV Inggris Akan Bertarung di Indonesia

Di samping supermega tank milik Gio, terdapat rak besi memanjang. Nantinya, lanjut Gio, ia akan menempatkan beberapa akuarium berukuran 1,5 meter kali 60 cm sebagai tempat pembesaran ikan predator.

Karena ia sendiri, lebih suka memelihara ikan predator yang dibeli sejak berukuran kecil. Kemudian dipelihara hingga berukuran maksimal. Sebab, bila ikan kecil yang akan ia pelihara digabung dengan ikan yang sudah berukuran jumbo di megatank, maka akan berakibat fatal.

“Yang lebih kecil pasti akan dimakan sama yang sudah besar. Namanya saja predator. Makanya, saya sediakan tempat pembesaran di akuarium ini. Kalau ukurannya dirasa sudah bisa diletakkan di mega tank, baru dipindah," tuturnya.

Berbicara soal hobinya tersebut, memang sejak beberapa tahun silam, penyuka ikan predator sudah semakin banyak. Bahkan tidak hanya bagi kalangan tertentu. Sebab, semenjak menjadi trend baru, pemasok serta peternak ikan predator sudah semakin banyak. Sehingga harga jual jadi cukup terjangkau. Meski kebanyakan harga ikan predator cukup menguras kantong, Gio sendiri mengaku sudah mulai memelihara ikan predator sejak beberapa tahun lalu.

“Waktu itu beli ikan untuk anak. Saya beli salah satu ikan predator. Pas beri makan kok ngelihatnya enak ya. Dari situ saya mulai beli beberapa jenis lain. Sampai akhirnya sempat punya ratusan. Karena tempat tidak ada, saya jual-jual saja," ujarnya.

Lantas apa saja ikan predator yang sampai saat ini masih di koleksi? Pertanyaan Riau Pos dijawab Gio dengan lugas. Karena dia senang dengan ikan dengan ukuran jumbo, ia lebih fokus memelihara ikan yang memiliki ukuran maksimal di atas 1 meter. Sebut saja Arapaima Gigas, yang saat ini keberadaannya dilarang oleh pemerintah. Namun Gio menyebut bahwa semua koleksinya sudah memiliki izin resmi dari pemerintah. Sehingga ia berani mempublikasikan hewan kesayangan miliknya di berbagai media sosial.

Baca Juga:  Dalami Unsur Korporasi Kasus Mantan Wali Kota Jogjakarta

Selain Arapaima, Gio juga memiliki beberapa predator asal Sungai Amazon, Amerika Selatan. Seperti Red Tail Catfish, yang pada ukuran dewasanya bisa mencapai panjang 1 meter. Ia juga mengoleksi ikan berbentuk buaya yakni Albino Aligator Gar. Ikan tersebut juga dikenal sebagai salah satu hewan air tawar ganas dan buas. Gio juga mengkoleksi beberapa ikan pari air tawar dengan beberapa jenis. Seperti Pari Black Diamond, yang saat ini juga banyak diburu kolektor ikan predator.

“Yang agak banyak jumlahnya itu Peacock Bass atau Pbass. Ini sama, asalnya juga dari Amazon sana. Pbass sendiri ada beberapa jenis. Dia juga karnivora," paparnya.

Setelah melihat beberapa koleksi Gio, Riau Pos kemudian diperlihatkan dengan seekor ikan endemik Indonesia, yakni Channa Maru. Kata dia, bisa disebut Channa Maru yang ia miliki merupakan salah satu peliharaan kebanggaan. Kenapa tidak, sejak pertama ia beli, ikan yang sebelumnya hanya dikenal sebagai ikan gabus itu telah menjurai kontes Channa di tingkat nasional. Total ada enam piala yang berhasil ia bawa pulang. Terakhir, Channa milik Gio meraih predikat Grand Champion saat mengikuti sebuah kontes di Kota Medan.

Soal di mana ia bisa mendapat koleksi ikan predator sebanyak itu, Gio menyebut ia sudah memiliki beberapa pedagang langganan. Biasanya, ketika ada ikan jenis baru masuk, ia langsung ditawari oleh pedagang tersebut. Bila berkenan, Gio langsung memesan dan minta dikirimkan langsung ke rumahnya. Selain itu, ia juga kerap berburu ke sesama kolektor maupun toko ikan predator baik di Pekanbaru, maupun di luar Kota Pekanbaru.

Gio juga berpesan, memelihara ikan predator jangan untuk kesenangan sesaat.

“Yang terpenting kalau memelihara ikan predator harus tanggung jawab. Jangan ketika ukurannya sudah besar, lalu di buang ke sungai. Ingat, mereka adalah ikan yang invasif dan bisa merusak ekosistem,’’ujarnya.(das)

Laporan Afiat Ananda, Pekanbaru

(RIAUPOS.CO) – Siapa menyangka, ikan gabus yang dulu dijual nelayan kini berharga mahal. Itu semenjak trend memelihara ikan predator mulai digemari berbagai lapisan kalangan. Di Provinsi Riau, khususnya di beberapa sungai seperti di Kabupaten Pelalawan, Kampar terdapat  banyak jenis ikan predator yang kini tidak lagi dijual “kiloan". Sebut saja Channa Maru Riau.

Ikan dengan ciri berwarna dasar kuning, serta dihiasi motif berbintik hitam dan putih ini bahkan dicari kolektor predator di beberapa negara. Akhir pekan ini, Riau Pos sempat berkunjung ke rumah salah satu kolektor ikan predator yang cukup viral di media sosial, Giovandi Suhendi. Saat berkunjung Riau Pos sempat diajak melihat seluruh koleksi milik lelaki yang karib disapa Gio ini.

Pekarangan rumah yang cukup luas dimanfaatkan Gio untuk melepas hobinya memelihara ikan predator. Atau di kalangan kolektor disebut “Predator Keepers". Masuk ke area samping rumahnya yang terletak di Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru, Riau Pos sudah diperlihatkan dengan berbagai koleksi peliharaannya. Di dalam sebuah bak fiber berukuran sekitar 4×2 meter berwarna biru, ada beberapa jenis ikan yang ditempatkan di sana. Seperti Arapaima Gigas berukuran 1,5 meter. Ada juga ikan predator jenis lain serupa Red Tail Catfish serta beberapa jenis ikan asal Sungai Amazon lainnya.

Kata Gio, penempatan ikan di bak fiber tersebut hanya sementara. Karena tempat asli ikan yang ia pelihara masih dalam tahap renovasi. Yakni sebuah aquarium raksasa berukuran 9×3,5 meter. Dengan tinggi kurang lebih 3 meter. Aquarium yang ia sebut dengan supermega tank itu, terletak tepat di halaman belakang rumahnya.

"Jadi ini kan sementara karena proses renovasi masih belum selesai. Kurang lebih sudah sejak 8 bulan lalu direnovasi," tutur Gio.

Ia kemudian mengajak Riau Pos melihat langsung bagaimana rupa megatank tersebut. Bentuknya cukup megah. Serupa akuarium kebanyakan namun ini berukuran raksasa. Dinding-dindingnya dibangun dengan semen. Sedangkan kacanya, dipesan langsung dari pabrik kaca tempered glass di Jakarta. Diperkirakan kubikasi air untuk memenuhi akuarium raksasa itu seberat 150 ton. Seluruh koleksinya, sebanyak 70 ikan, nantinya akan ditempatkan di sana.

Baca Juga:  Spesialis Pencuri Rumah Kosong Ditangkap Usai Beraksi di Kantor Bapenda

Di samping supermega tank milik Gio, terdapat rak besi memanjang. Nantinya, lanjut Gio, ia akan menempatkan beberapa akuarium berukuran 1,5 meter kali 60 cm sebagai tempat pembesaran ikan predator.

Karena ia sendiri, lebih suka memelihara ikan predator yang dibeli sejak berukuran kecil. Kemudian dipelihara hingga berukuran maksimal. Sebab, bila ikan kecil yang akan ia pelihara digabung dengan ikan yang sudah berukuran jumbo di megatank, maka akan berakibat fatal.

“Yang lebih kecil pasti akan dimakan sama yang sudah besar. Namanya saja predator. Makanya, saya sediakan tempat pembesaran di akuarium ini. Kalau ukurannya dirasa sudah bisa diletakkan di mega tank, baru dipindah," tuturnya.

Berbicara soal hobinya tersebut, memang sejak beberapa tahun silam, penyuka ikan predator sudah semakin banyak. Bahkan tidak hanya bagi kalangan tertentu. Sebab, semenjak menjadi trend baru, pemasok serta peternak ikan predator sudah semakin banyak. Sehingga harga jual jadi cukup terjangkau. Meski kebanyakan harga ikan predator cukup menguras kantong, Gio sendiri mengaku sudah mulai memelihara ikan predator sejak beberapa tahun lalu.

“Waktu itu beli ikan untuk anak. Saya beli salah satu ikan predator. Pas beri makan kok ngelihatnya enak ya. Dari situ saya mulai beli beberapa jenis lain. Sampai akhirnya sempat punya ratusan. Karena tempat tidak ada, saya jual-jual saja," ujarnya.

Lantas apa saja ikan predator yang sampai saat ini masih di koleksi? Pertanyaan Riau Pos dijawab Gio dengan lugas. Karena dia senang dengan ikan dengan ukuran jumbo, ia lebih fokus memelihara ikan yang memiliki ukuran maksimal di atas 1 meter. Sebut saja Arapaima Gigas, yang saat ini keberadaannya dilarang oleh pemerintah. Namun Gio menyebut bahwa semua koleksinya sudah memiliki izin resmi dari pemerintah. Sehingga ia berani mempublikasikan hewan kesayangan miliknya di berbagai media sosial.

Baca Juga:  Desainer Samuel Wongso Tak Kuat Lihat Proses Persalinan Istri

Selain Arapaima, Gio juga memiliki beberapa predator asal Sungai Amazon, Amerika Selatan. Seperti Red Tail Catfish, yang pada ukuran dewasanya bisa mencapai panjang 1 meter. Ia juga mengoleksi ikan berbentuk buaya yakni Albino Aligator Gar. Ikan tersebut juga dikenal sebagai salah satu hewan air tawar ganas dan buas. Gio juga mengkoleksi beberapa ikan pari air tawar dengan beberapa jenis. Seperti Pari Black Diamond, yang saat ini juga banyak diburu kolektor ikan predator.

“Yang agak banyak jumlahnya itu Peacock Bass atau Pbass. Ini sama, asalnya juga dari Amazon sana. Pbass sendiri ada beberapa jenis. Dia juga karnivora," paparnya.

Setelah melihat beberapa koleksi Gio, Riau Pos kemudian diperlihatkan dengan seekor ikan endemik Indonesia, yakni Channa Maru. Kata dia, bisa disebut Channa Maru yang ia miliki merupakan salah satu peliharaan kebanggaan. Kenapa tidak, sejak pertama ia beli, ikan yang sebelumnya hanya dikenal sebagai ikan gabus itu telah menjurai kontes Channa di tingkat nasional. Total ada enam piala yang berhasil ia bawa pulang. Terakhir, Channa milik Gio meraih predikat Grand Champion saat mengikuti sebuah kontes di Kota Medan.

Soal di mana ia bisa mendapat koleksi ikan predator sebanyak itu, Gio menyebut ia sudah memiliki beberapa pedagang langganan. Biasanya, ketika ada ikan jenis baru masuk, ia langsung ditawari oleh pedagang tersebut. Bila berkenan, Gio langsung memesan dan minta dikirimkan langsung ke rumahnya. Selain itu, ia juga kerap berburu ke sesama kolektor maupun toko ikan predator baik di Pekanbaru, maupun di luar Kota Pekanbaru.

Gio juga berpesan, memelihara ikan predator jangan untuk kesenangan sesaat.

“Yang terpenting kalau memelihara ikan predator harus tanggung jawab. Jangan ketika ukurannya sudah besar, lalu di buang ke sungai. Ingat, mereka adalah ikan yang invasif dan bisa merusak ekosistem,’’ujarnya.(das)

Laporan Afiat Ananda, Pekanbaru

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari