(RIAUPOS.CO) – Ada banyak cara untuk menghasilkan uang dengan tetap memberikan dampak positif untuk lingkungan. Tak hanya keuntungan yang didapat, tetapi membuat lingkungan menjadi lebih bersih juga dapat dilakukan secara bersamaan.
Seperti yang dilakukan oleh warga Jalan Tanjung Datuk Ujung, Sei Duku, Kecamatan Limapuluh, Pekanbaru, Mashudi. Ia memilih membudidayakan maggot black soldier fly (BSF), yaitu larva dari jenis lalat besar berwarna hitam yang terlihat seperti tawon.
Mashudi membudidayakan maggot BSF mulai dari telur, larva, prepupa, pupa, hingga lalat dewasa. Ia bercerita, beternak maggot BSF bisa dikatakan gampang-gampang susah, terlebih konsistensi untuk memberi makan maggot.
“Maggotnya banyak, pakannya juga harus banyak, bisa sampah buah, sampah dapur, atau sampah organik lainnya,” katanya, Sabtu (21/5).
Maggot BSF sendiri memiliki banyak manfaat, seperti untuk pakan ayam, ikan, burung, dan lain-lain, yaitu yang sudah berbentuk larva dewasa berwarna putih kecoklatan.
Proses budidaya maggot dimulai dari penetasan, telur-telur BSF dikumpulkan, sebelum diletakkan di bak penetasan, yang di atasnya sudah terdapat pelet ikan, dan dikeliling dedak agar setelah menetas, bayi larva tidak kabur. Pakan pelet juga harus dijaga agar tidak kering. Kemudian, setelah selama 1 pekan di dalam bak penetasan, kemudian dipindah ke bak pembesaran.
“Selama 12 hari di bak pembesaran itu, sudah bisa panen, yang besar berwarna putih, khususnya untuk pakan ikan, ayam, dan lain-lain,” ungkapnya.
Tidak semua larva dimanfaatkan untuk pakan ternak, harus ada yang disisakan atau dibiarkan agar bisa tumbuh menjadi pupa, yaitu larva yang sudah menghitam dan tidak bergerak untuk menjadi indukan lalat baru. Pasalnya, lalat BSF dewasa jantan akan mati setelah kawin, dan lalat BSF betina akan mati setelah bertelur, sehingga siklus harus dijaga.
“Ada siklus yang harus dijaga, yaitu dari telur, penetasan, pembesaran, jadi prepupa, pupa, hingga lalat dewasa yang kemudian bertelur,” ujarnya.
Untuk 10 gram telur BSF akan memerlukan pakan pelet ikan sekitar 1 kilogram. Setelah lalat bertelur, kemudian telur dipindah ke bak penetasan, telur akan menetas di hari ke 3 atau ke-4, lalu tetap ditempatkan di bak penetasan hingga 7 hari. Setelah itu, pindah bayi larva ke bak pembesaran agar tumbuh menjadi larva dewasa.
Siklus maggot BSF ini kurang lebih 1 bulan 2 pekan, dari telur hingga lalat dewasa mati. Larva menjadi pupa biasanya memerlukan waktu satu bulan hingga 40 hari tergantung pakan yang diberikan.
“Cepat tidaknya jadi pupa tergantung pakan, kalau dikasih buah-buahan terus-menerus bisa sampai 40 hari, tapi kalau roti campur sampah dapur, 1 bulan sudah jadi pupa, apalagi kalau dikasih bungkil,” jelasnya.
Khusus untuk yang dijadikan indukan baru, larva dewasa lama-lama akan menjadi prepupa hingga lahirnya tidak bergerak atau menjadi pupa. Jika sudah demikian, maka pupa dipindahkan ke dalam baskom lalu ditutupi seng, dan dimasukkan ke dalam kandang lalat dewasa.
“Setelah menjadi lalat, masuk hari ke-3 atau ke-4 lalat akan kawin, kemudian di hari ke-5, 6, dan 7 bertelur, kemudian mati. Usia lalat BSF ini hanya 7 hingga 8 hari,” ungkap Mashudi.
Budidaya maggot BSF juga bergantung pada cuaca. Saat mendung lalat dewasa tidak aktif bergerak, baik untuk kawin maupun bertelur, sehingga telur yang dihasilkan sedikit. Mashudi mengatakan, saat cuaca sedang bagus ia bisa memanen 70 – 100 gram telur per hari. Namun, saat cuaca mendung, ia hanya mendapatkan sekita 20 gram telur perhari.
Perawatan selama di bak pembesaran juga cukup mudah, maggot BSF bisa diberi makan sampah organik seperti sisa sayur, buah, sampah dapur, bungkil, sawit, hingga ampas kelapa.
Mashudi menuturkan, mula-mula sampah organik yang sudah dikumpulkan digiling dengan mesin, setelah itu dicampur dengan E4 dan molase dan difermentasikan selama dua hingga tiga hari. “Bisa tanpa fermentasi, tapi lebih bagus kalau difermentasikan lebih dulu,” jelasnya.
Mashudi memaparkan 1 kg pupa jika menjadi lalat dewasa dapat memberikan telur sebanyak 40 – 50 gram. Jika ditetaskan bisa menjadi 100 kg larva dewasa. Lalu jika dijadikan pupa atau calon indukan maka akan mendapat lalat BSF dewasa yang melimpah.
Pakan menjadi hal penting untuk dipikirakan. Dalam 1 kg larva memerlukan 5 kg pakan dari sampah organik selama satu hari. “Satu bak itu bisa 10 kg, paling tidak perlu pakan 40- 50 kg,” katanya.
Karena menggunakan pakan dari sampah rumah tangga, Mashudi mengaku di rumahnya sudah tidak ada sampah yang terbuang sia-sia. Ia memilih menjadikan sampah rumah tangganya untuk pakan maggot. Bahkan, karena jumlah yang diperlukan cukup banyak, ia harus rajin mendatangi tempat penampunan sampah untuk mencari sampah organik.
Sementara itu, untuk yang sudah menjadi lalat, tidak perlu diberikan pakan lagi, cukup hanya dengan menyeprot air yang dicampur dengan gula.
Budidaya maggot BSF ini sangat banyak manfaatnya
Menurut Mashudi, tidak ada yang terbuang dalam budidaya ini. bahkan, sisa-sisa makanan maggot dapat dijadikan kompos yang jika dijual dapat menjadi pundi-pundi rupiah.
“Tanah yang hitam di bawah maggot itu adalah pakan yang sudah dimakan oleh maggot, itu lah komposnya. Kalau dijual, per kilogramnya bisa Rp1.000 hingga Rp1.500. Lalat yang sudah mati juga bisa buat pakan ayam dan pancingan untuk lalat baru agar bertelur. Tidak ada yang terbuang,” terangnya.
Dari budidaya maggot ini, Mashudi dapat menjual telur maggot BSF, larva dewasa untuk pakan, pupa, serta kompos. Ia memasarkannya melalui Facebook pribadinya (Mashudi) dan Whatsapp.
Tak tanggung-tanggung, ia telah menjual telur dan pupa hingga ke Jambi, Lampung, Siak, Benkalis, Medan, dan lain-lain. Sementara untuk larva dewasa dan kompos, ia menjualnya di dalam Kota Pekanbaru.
“Larva dewasa dan prepupa itu tidak kami jual di luar daerah, berat di ongkos karena hidup. Kompos, kami jual ke warga lingkungan di sini,” imbuhnya.
Untuk harga, telur maggot BSF dijual Rp6 ribu pergram, sementara larva dewasa dan prepupa Rp60 ribu perkilogram, dan pupa Rp8 ribu per gram. Dalam satu hari, Mashudi mengatakan ia bisa mendapatkan omzet Rp300 ribu hingga Rp400 ribu per hari, tergantung seberapa banyak telur yang diperoleh dalam satu hari.
“Maggot BSF ini memiliki peluang bisnis yang besar. Di Pekanbaru masih jarang. Selain bagus untuk pakan, budidaya ini juga dapat mengurangi sampah organik,” pungkasnya. (gus)
Laporan Mujawaroh Anafi, Pekanbaru