TOKYO (RIAUPOS.CO) — Di luar Cina, dampak mewabahnya virus corona juga dirasakan di Jepang dan Korea Selatan. Di Negeri Matahari Terbit, situasinya menjadi sangat mengkhawatirkan karena Tokyo akan menjadi tuan rumah Olimpiade 2020.
Demi meyakinkan dunia bahwa Jepang masih kondusif, Presiden Olimpiade Tokyo 2020 Yoshiro Mori menyatakan menolak mengenakan masker.
"Saya berdoa kepada Tuhan setiap hari agar virus corona segera lenyap," kata mantan perdana menteri Jepang itu kepada Sponichi Annex sebagaimana dikutip National Post.
Wabah Covid-19, nama resmi virus korona, telah menewaskan lebih dari 2 ribu orang di seluruh dunia. Mayoritas terjadi di Tiongkok. Sekitar 76 ribu kasus tercatat menyebar di seluruh dunia.
Sebagaimana diketahui, masker memang menjadi penangkal awal virus korona. Di Jepang, penggunaan masker juga direkomendasikan agar terhindar dari virus yang mematikan tersebut.
Upaya Mori itu cukup jelas. Yakni, demi kelangsungan penyelenggaraan Olimpiade di Tokyo Juli mendatang. Terlebih, banyak pihak yang meragukan kesiapan Jepang, apalagi dengan masalah virus yang mewabah di Asia dalam dua bulan terakhir tersebut.
Merujuk data Worldometer, tercatat 107 kasus Covid-19 di Jepang. Seorang korban di antaranya meninggal dan 22 lainnya sembuh. Meskipun demikian, pemerintah Tokyo bersikeras siap menjadi tuan rumah pesta akbar olahraga sedunia tersebut. Upaya pemindahan ataupun pembatalan multievent empat tahunan itu bukanlah opsi terbaik menurut Mori.
Sementara itu, Shaun Bailey, salah seorang kandidat wali kota London, meminta IOC (Komite Olimpiade Internasional) untuk mempertimbangkan ibu kota Inggris tersebut menggantikan Tokyo sebagai tuan rumah Olimpiade.
"Kami memiliki infrastruktur dan pengalaman. Dan jika aku terpilih, aku akan memastikan London siap menjadi tuan rumah perayaan olahraga terbesar," bebernya sebagaimana dikutip The Telegraph.
Wacana yang Bailey lontarkan itu disayangkan oleh Gubernur Tokyo Yuriko Koike. Dia menyebut pernyataan itu tidak pantas, apalagi digunakan sebagai bahan kampanye dalam pemilihan wali kota.
Koike mengatakan bahwa Tokyo dan Jepang sudah mempersiapkan segalanya, bahkan sejak tujuh tahun lalu. "Itu adalah pernyataan yang tidak pantas. Apalagi datang dari seorang calon wali kota (London, Red)," tegas Koike seperti dilansir Japan Times.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal