TEHERAN (RIAUPOS.CO) — Rakyat Iran baru saja melakukan aksi protes selama enam hari. Namun, pemerintahan Hassan Rouhani tak menunggu lama sebelum mengeluarkan reaksi keras. Selain menutup akses internet, mereka dikabarkan mengganjar para pengunjuk rasa dengan timah panas.
Rabu (20/11) Rouhani mengabarkan kemenangan pemerintah mengatasi kerusuhan. Menurut dia, demo yang terjadi beberapa hari terakhir merupakan skema musuh yang ingin memecah belah Iran. Semua sudah ditangani aparat yang terjun ke lapangan.
"Kami berhasil menggagalkan konspirasi musuh," ungkap dia dalam pidato televisi menurut Agence France-Presse. Rouhani mengatakan, kelompok anarkistis tersebut merupakan pion dari AS dan Israel.
Menurut Rouhani, korban jiwa dalam kerusuhan mencapai 12 jiwa. Di antaranya, 2 polisi dan 5 personel Islamic Revolutionary Guards Corps (IRGC). Mereka juga sudah menangkap 600 orang yang diduga terlibat dalam demo anti pemerintah.
Rouhani menekankan bahwa suara dari pengunjuk rasa itu tak mewakili suara rakyat. Pasalnya, beberapa hari belakangan kubu pro-Rouhani membuat demo tandingan. "Anda lihat saja massa spontan yang berkumpul di berbagai kota. Inilah kekuatan bangsa Iran," ungkapnya.
Klaim pemerintah berbeda dengan media dan lembaga kemanusiaan lainnya. Amnesty Internasional menyebut angka kematian dalam pertikaian demonstran dan aparat mencapai 106 jiwa dari 21 kota. Namun, angka tersebut bisa saja mencapai dua kali lipat lantaran sikap pemerintah selama ini.
"Menurut prediksi kami, korban sudah lebih dari 200 jiwa," ujar Direktur Riset dan Advokasi Wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara Amnesty International Philip Luther.
Sampai saat ini, kabar mengenai unjuk rasa yang memprotes kenaikan harga BBM di Iran masih simpang siur. Pemerintah memblokir hampir seluruh akses internet. Netblocks, situs pengawas pemblokiran internet global, menyatakan bahwa konektivitas tinggal 4 persen dari level normal.
Pemblokiran akses daring itu sampai membuat kinerja perusahaan terkendala. "Banyak pekerja dan bank yang mengalami masalah. Kami berusaha untuk mencari solusi," ujar Jubir Pemerintah Iran Ali Rabiei kepada ISNA.
Ali Vaez, direktur program Iran di International Crisis Group, menilai bahwa tindakan pemerintah merupakan bukti bahwa skala demo yang terjadi lebih hebat daripada biasanya. Karena itu, mereka memilih untuk bertindak cepat. Mereka takut demo tersebut bisa berkembang seperti di Hongkong, Iraq, dan negara lainnya.
Lembaga Kehakiman Iran sudah memperingatkan masyarakat agar tak menyebarkan video demo ke media sosial. Jubir Lembaga Kehakiman Iran Gholamhossein Esmaeili mengatakan, pihaknya sedang melacak oknum yang merekam video yang sudah telanjur tersebar.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Erizal