Indonesia resmi menjadi tuan rumah pertemuan Group of Twenty (G20). Salah satu isu yang diangkat adalah pengendalian iklim lewat konversi kerusakan lahan gambut. Jauh sebelumnya, Indonesia melalui kebijakan Presiden RI Ir Joko Widodo telah mulai melakukan restorasi terhadap lahan gambut, maupun mangrove, yang rusak akibat kebakaran hutan maupun akibat peristiwa alam.
Laporan AFIAT ANANDA, Dumai
Ketua Kelompok Masyarakat (Pokmas) Mundam Jaya Makmur, Idam Jarot, tampak hilir mudik di lokasi tambak udang yang ia kelola bersama 15 orang masyarakat lainnya, Kamis (19/5) pagi. Beberapa ibu-ibu diaturnya untuk menyiapkan hidangan untuk tamu yang datang. Beberapa masyarakat juga tampak sibuk menyusun bangku hingga memeriksa sound system. Iya. Hari itu memang seorang tamu spesial akan datang berkunjung ke tambak udang Pokmas Mundam Jaya Makmur.
Tambak udang yang sudah berdiri sejak tahun 2019 lalu ini telah menghasilkan berton-ton udang. Lokasinya terletak di Desa Mundam, Kecamatan Medang Kampai, Kota Dumai. Bila dari pusat Kota Dumai, tambak ini berada beberapa kilometer saja ke arah timur. Atau berada dekat Pantai Pulai Bungkuk dan Pantai Koneng. Sebetulnya ada satu lagi tambak yang dikelola Pokmas Mundam Jaya Makmur. Letaknya juga berada di arah barat, beberapa kilometer dari tambak yang Riau Pos datangi.
Kedua tambak tersebut merupakan binaan dari Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), Kedeputian Bidang Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan Kelompok Kerja Wilayah Sumatera, Sub Kelompok Kerja Riau. Selain restorasi gambut di Dumai, BRGM juga berfokus menghidupkan pemeliharaan revegetasi, serta melaksanakan kegiatan revitalisasi ekonomi masyarakat di kawasan konservasi Taman Wisata Alam (TWA) Sungai Dumai, seperti tambak udang.
Tujuannya adalah untuk menjaga kelestarian ekosistem gambut. Di mana, sebelum program ini dicanangkan, kebakaran lahan kerap terjadi di lahan gambut. Asap yang dihasilkan kerap mendapat protes dari negara tetangga seperti Malaysia dan juga Singapura. Di seluruh Indonesia, kerusakan lahan gambut dan mangrove sudah mencapai 15 juta hektare. Dengan program yang digulirkan, hingga hari ini revegetasi lahan yang rusak sudah menembus angka 40-50 persen.
Kembali ke kesibukan anggota Pokmas Mundam Jaya Makmur, pagi itu mereka akan didatangi Wakil Menteri Lingkungan Hidup Alue Dohong PhD. Dari jadwal, pria yang pernah menjabat sebagai Deputi Bidang Konstruksi, Operasi, dan Pemeliharaan Badan Restorasi Gambut (BRG) itu, datang bersama staf ahli Menteri LHK dan juga Wali Kota Dumai Paisal. Mereka akan meninjau program revitalisasi sumber mata pencarian masyarakat yang berada di sekitar lahan gambut.
Sekitar pukul 10.00 WIB, Alue bersama rombongan datang. Hidangan yang disiapkan ibu-ibu tadi diletakan di atas meja tamu spesial tersebut. Beberapa perangkat kecamatan hingga desa, duduk berbaris di hadapan mejanya. Ada beberapa arahan yang disampaikan Alue Dohong. Baik kepada masyarakat, perangkat desa hingga Wali Kota Dumai, Paisal. Kata dia, betapa pentingnya menjaga ekosistem gambut dan mangrove untuk pengendalian iklim.
"Kita kan tuan rumah presidensi G20. Isu lingkungan yang paling utama bagaimana kita memulihkan lingkungan hidup lewat pemulihan gambut dan mangrove dalam rangka pengendalian iklim. Bagaimana Indonesia memberikan contoh kegiatan penenganan iklim lewat pencegahan degradasi gambut itu sendiri. Baik oleh kebakaran hutan dan lainnya," ucapnya.
Menyinggung soal Kota Dumai, Kata Alue beberapa tahun lalu Dumai masih identik dengan kebakaran gambut. Namun berkat kerja sama semua pihak, termasuk TNI-Polri, tren karhutla di Dumai perlahan-lahan menurun. Kini tugas lain selain melakukan antisipasi karhutla adalah menjaga ekosistem gambut yang dimiliki Kota Dumai. Karena lahan gambut sendiri merupakan harta karun yang menyimpan banyak kandungan karbon.
"Kita punya gambut 15 juta hektare. Gambut ini menyimpan karbon yang luar biasa. Karbon terbentuk dari seresah hutan dan dahan kayu tropis, kemudian membentuk gambut," terang Alue.
Usai memberikan pemaparan, ia bersama rombongan kemudian berkesempatan memanen udang dari tambak binaan BRGM. Dengan jaring yang telah disediakan, Alue mencoba mengambil udang-udang yang siap dipanen dari dalam tambak. Sekali lempar jala, ia berhasil menarik berkilo-kilo udang. Ada beberapa kali ia lemparkan jala ke arah tambak. Hasilnya sangat memuaskan.
Usai hingar bingar pertemuan dengan Wamen LHK, Ketua Pokmas Mundam Jaya Makmur, Idam Jarot sempat berbincang dengan Riau Pos. Kata dia, sebelumnya areal tambak udang ini hanya semak belukar biasa yang di sekitarnya ada vegetasi lahan gambut maupun mangrove. Namun sejak BRGM masuk, lahan lebih kurang seluas 1 hektare tersebut disulap menjadi tambak udang. Ada dua tambak di satu lokasi ini. Luasnya mencapai 500 meter persegi.
"Sekali panen bisa sampai 1,7-1,8 ton udang untuk satu kolam. Namun ada juga gagalnya. Kami pernah panen hanya dapat 200 kilogram udang saja," sebut Idam Jarot.
Meski begitu, keberadaan tambak tersebut diakui dia sangat membantu masyarakat dari sisi ekonomi. Bayangkan saja, satu lokasi tambak di kelola 15 orang. Bila ada dua lokasi tambak, maka ada sebanyak 30 orang yang bisa bekerja dan mendapat penghasilan. Ini belum lagi masyarakat yang bekerja pada program lainnya yang merupakan binaan BRGM. Seperti pengelolaan lahan gambut menjadi kebun nenas.
"Dampaknya bagus betul. Masyarakat yang belum ada pekerjaan dapat bantuan dari BRGM bisa berkembang. Ini (satu tambak, red) 15 orang. Jadi kalau ada penghasilan kita akan tambah terus tambaknya. Dikembangkan," ujarnya.
Di tempat lain, program seperti ini juga banyak dikembangkan oleh BRGM. Seperti di Kepulauan Meranti. Di sana, masyarakat dibina untuk mengembangkan industri produk pakan ternak ayam dengan bahan dasar sagu parut kering (sapuring). Kegiatan tersebut juga merupakan bagian program revitalisasi ekonomi yang diusung lembaga tersebut.
Kepala Kelompok Kerja Kerja Sama, Hukum dan Hubungan Masyarakat BRGM Didy Wurjanto, mengatakan pihaknya menggandeng Badan Usaha Milik Desa Bersama (BUMDESMA) Rumbio Nusa Mandiri dan empat Kelompok Usaha Ternak (KUT) masing-masing di Desa Bagan Melibur, Desa Mayangsari, Desa Mekarsari dan Desa Sungai Anak Kamal, Kecamatan Merbau, Kepulauan Meranti.
"Agar para peternak nantinya lebih mandiri, BRGM tak hanya memproduksi pakan ternak sapuring dan membentuk kelompok ternak, melainkan juga memberikan pelatihan manajemen bisnis dan pemasaran," ujarnya.
Pelatihan manajemen bisnis, sambung dia, meliputi manajemen bisnis pakan ternak sapuring, manajemen pemeliharaan ternak ayam dengan pakan sapuring, manajemen kesehatan ternak ayam, pelatihan manajemen pemasaran pakan ternak sapuring hingga pelatihan manajemen pemasaran ternak ayam KUB.
Adapun pelatihan pemasaran diberikan untuk memastikan kegiatan yang BRGM berikan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat."Mereka tidak hanya bisa memproduksi tapi juga menemukan pasar dan mengelola keuangannya," tuturnya.(das)