Kamis, 19 September 2024

Serangan Masjid, Renggut 62 Nyawa Jamaah Jumat

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kekhusyukan jamaah Salat Jumat salah satu masjid di Distrik Haska Mena, Provinsi Nangarhar, Afghanistan, buyar, Jumat (18/10). Sebuah ledakan hebat mengguncang area masjid. Atap tempat ibadah yang sedang dipadati jamaah itu juga ambruk. Sedikitnya 62 orang meninggal dan tidak kurang dari 36 korban lainnya terluka akibat insiden tersebut.

"Anak-anak dan lelaki dewasa menjadi korban dalam insiden tersebut," kata Attahullah Khogyani, juru bicara kantor gubernur Nangarhar, kepada Associated Press. Itu terjadi karena salat Jumat merupakan ibadah wajib bagi laki-laki.

Penyelidikan awal menyebutkan, ledakan hebat tersebut disebabkan bom. Namun, jenis bahan peledaknya belum jelas. Terkait dengan metode serangan, menurut aparat, hampir pasti insiden itu dilancarkan oleh pelaku bom bunuh diri. Tapi, tidak tertutup kemungkinan jenis serangan lain. Yang jelas, serangan tersebut juga melibatkan bom.

Sejauh ini, belum ada kelompok atau individu yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan maut tersebut. Tapi, Nangarhar merupakan provinsi yang identik dengan ekstremis. Yakni, Taliban dan ISIS. Dua kelompok yang masuk daftar teroris versi Amerika Serikat (AS) itu bercokol di kawasan timur Nangarhar.

- Advertisement -
Baca Juga:  Wali Kota Tegal Lakukan Lockdown Wilayahnya

Zahir Adil, juru bicara dinas kesehatan umum provinsi, melaporkan bahwa 23 korban luka dilarikan ke rumah sakit di Jalalabad. Di ibu kota provinsi itu, rumah sakit punya peralatan medis yang lebih lengkap. Dokternya pun lebih banyak dan lebih mumpuni.

"Yang lukanya tidak terlalu parah dirawat di beberapa klinik di Haska Mena," katanya.

- Advertisement -

Kemarin Agence France-Presse melaporkan bahwa jumlah korban tewas merangkak naik. Awalnya, media itu menyebutkan bahwa 28 nyawa melayang dalam ledakan tunggal tersebut. Namun, jumlah korban tentu bisa bertambah. Sebab, saat itu banyak jamaah di dalam masjid.

"Saat itu ada sekitar 350 jamaah," ujar Omar Ghorzang, saksi mata.

Sebagian besar korban adalah jamaah yang tertimpa atap. Petugas medis pun harus bekerja sama dengan aparat dan warga setempat untuk mengevakuasi jamaah dari balik reruntuhan.

Baca Juga:  Kamala Harris Dampingi Joe Biden di Pilpres AS

Pada hari yang sama, enam warga sipil tewas akibat ledakan bom di Provinsi Herat. Bom yang menewaskan empat bocah itu, kabarnya, ditanam di pinggir jalan. Sehari sebelumnya, di Distrik Zawal kelompok ekstremis menyerang warga sipil. Lima orang terluka dalam insiden tersebut.

Ledakan bom di masjid Haska Mena itu terjadi selang sehari setelah PBB merilis laporan tentang prahara kemanusiaan di Afghanistan. Dalam laporan itu disebutkan, kematian terbanyak terjadi pada periode Juli–September.

"Sebanyak 2.563 warga sipil tewas dan 5.676 lainnya terluka selama sembilan bulan pertama tahun ini," terang Sekjen Khusus PBB untuk Afghanistan Tadamichi Yamamoto.

Selama sembilan bulan itu, menurut Yamamoto, 62 persen penyebab kematian adalah ekstremis. Pada rentang Juli–September, korban tewas mencapai 1.174 orang. Sedangkan 3.139 lainnya terluka. Jumlah korban meningkat 42 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Kekhusyukan jamaah Salat Jumat salah satu masjid di Distrik Haska Mena, Provinsi Nangarhar, Afghanistan, buyar, Jumat (18/10). Sebuah ledakan hebat mengguncang area masjid. Atap tempat ibadah yang sedang dipadati jamaah itu juga ambruk. Sedikitnya 62 orang meninggal dan tidak kurang dari 36 korban lainnya terluka akibat insiden tersebut.

"Anak-anak dan lelaki dewasa menjadi korban dalam insiden tersebut," kata Attahullah Khogyani, juru bicara kantor gubernur Nangarhar, kepada Associated Press. Itu terjadi karena salat Jumat merupakan ibadah wajib bagi laki-laki.

Penyelidikan awal menyebutkan, ledakan hebat tersebut disebabkan bom. Namun, jenis bahan peledaknya belum jelas. Terkait dengan metode serangan, menurut aparat, hampir pasti insiden itu dilancarkan oleh pelaku bom bunuh diri. Tapi, tidak tertutup kemungkinan jenis serangan lain. Yang jelas, serangan tersebut juga melibatkan bom.

Sejauh ini, belum ada kelompok atau individu yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan maut tersebut. Tapi, Nangarhar merupakan provinsi yang identik dengan ekstremis. Yakni, Taliban dan ISIS. Dua kelompok yang masuk daftar teroris versi Amerika Serikat (AS) itu bercokol di kawasan timur Nangarhar.

Baca Juga:  Khitan Massal Bentuk Abdurrab Berbagi dan Peduli di Desa Batas

Zahir Adil, juru bicara dinas kesehatan umum provinsi, melaporkan bahwa 23 korban luka dilarikan ke rumah sakit di Jalalabad. Di ibu kota provinsi itu, rumah sakit punya peralatan medis yang lebih lengkap. Dokternya pun lebih banyak dan lebih mumpuni.

"Yang lukanya tidak terlalu parah dirawat di beberapa klinik di Haska Mena," katanya.

Kemarin Agence France-Presse melaporkan bahwa jumlah korban tewas merangkak naik. Awalnya, media itu menyebutkan bahwa 28 nyawa melayang dalam ledakan tunggal tersebut. Namun, jumlah korban tentu bisa bertambah. Sebab, saat itu banyak jamaah di dalam masjid.

"Saat itu ada sekitar 350 jamaah," ujar Omar Ghorzang, saksi mata.

Sebagian besar korban adalah jamaah yang tertimpa atap. Petugas medis pun harus bekerja sama dengan aparat dan warga setempat untuk mengevakuasi jamaah dari balik reruntuhan.

Baca Juga:  Ukraina-Rusia Memanas, NATO Pertimbangkan Kerahkan Pasukan

Pada hari yang sama, enam warga sipil tewas akibat ledakan bom di Provinsi Herat. Bom yang menewaskan empat bocah itu, kabarnya, ditanam di pinggir jalan. Sehari sebelumnya, di Distrik Zawal kelompok ekstremis menyerang warga sipil. Lima orang terluka dalam insiden tersebut.

Ledakan bom di masjid Haska Mena itu terjadi selang sehari setelah PBB merilis laporan tentang prahara kemanusiaan di Afghanistan. Dalam laporan itu disebutkan, kematian terbanyak terjadi pada periode Juli–September.

"Sebanyak 2.563 warga sipil tewas dan 5.676 lainnya terluka selama sembilan bulan pertama tahun ini," terang Sekjen Khusus PBB untuk Afghanistan Tadamichi Yamamoto.

Selama sembilan bulan itu, menurut Yamamoto, 62 persen penyebab kematian adalah ekstremis. Pada rentang Juli–September, korban tewas mencapai 1.174 orang. Sedangkan 3.139 lainnya terluka. Jumlah korban meningkat 42 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari