KEBAKARAN hutan lahan (karhutla) di Sumatera dan Kalimantan masih belum teratasi. Kabut asap makin menjadi-jadi. Jarak pandang terbatas, sekolah diliburkan dan warga banyak yang terpapar infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Negara tetangga Malaysia pun menawarkan bantuan, namun ditolak Indonesia.
Alasan penolakan itu disampaikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) karena sumber daya yang ada masih cukup.
Plh Kapusdatin dan Humas BNPB, Agus Wibowo mengakui adanya tawaran bantuan dari pemerintah Malaysia untuk pemadaman dan pengendalian karhutla di Riau.
“Iya (ada tawaran bantuan-red). Namun karena sumber daya dan tenaga untuk pemadaman api di Riau dan daerah lainnya sudah cukup. Resource masih cukup,” ujarnya Agus Wibowo.
Sementara itu, pihak istana tidak bisa menjelaskan alasan pemerintah belum menerima tawaran Malaysia untuk pemadam api karhutla. Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Adita Irawati justru mengarahkan bertanya kepada BNPB. Dia menilai BNPB lebih paham teknisnya. “Coba ditanyakan ke Kepala BNPB,” ujarnya malam tadi.
Saat disinggung kewenangan menyetujui ada di Presiden, Adita mengaku belum mendapat informasi terkait hal tersebut. “Saya kurang tahu soal ini,” kata mantan Vice President Corporate Communications PT Telkomsel itu.
Perdana Menteri Tun Dr Mahathir Mohamad yang ditanya pada sidang akbar pun tidak bisa memberikan jawaban mengapa Pemerintah Indonesia tidak mau menerima tawaran baik dari Malaysia tersebut. “Saya tidak tahu kenapa,’’ ungkap Mahathir Mohammad sebagaimana dikutip Riau Pos dari laman malaysiaterkini.com.
Mahathir Mohamad pun mengaku belum sempat bertanya kepada Presiden Joko Widodo perihal Indonesia tidak mau menerima bantuan dari Malaysia tersebut.
“Bertanya (Jokowi) mengapa Anda tidak mahu menerima bantuan kami? Tetapi saya belum pernah melakukannya lagi. Kenapa Anda tidak bertanya (ke Jokowi),” katanya kepada wartawan usai sidang akbar selesai memimpin rapat komite Jawatankuasa Khas Kabinet Mengenai Anti Rasuah (JKKMAR), di Putrajaya kemarin.
Ketika ditanya bagaimana Malaysia akan mengatasi persoalan kabut asap tersebut, Mahathir mengaku akan berdoa agar diturunkan hujan.
“Kami berdoa agar hujan turun. Kita telah melakukan pembenihan awan dan meminta orang ramai memakai topeng muka (masker, red),’’ ungkapnya.
Di sisi lain Mahathir juga akan mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan-perusahaan Malaysia yang membuka perkebunan di Indonesia, yang terbukti ikut menyumbang kabut asap. Kerajaan Malaysia akan mengarahkan perusahaan untuk memadamkan kebakaran terlebih dahulu. Jika permintaan itu tidak diindahkan, maka kerajaan akan mengambil tindakan terhadap perusahaan tersebut.
“Mereka harus mempertanggungjawabkan atas kebakaran di perkebunan milik mereka. Walaupun terletak di luar Malaysia,” katanya.
Di Malaysia sendiri, kabut asap juga sangat tebal. Status sudah sampai tidak sehat. Bahkan sudah ratusan sekolah diliburkan. Pekerja yang rentan, seperti yang hamil boleh meliburkan diri. Salat minta hujanpun sudah banyak digelar di berbagai tempat.
Melihat peta sebaran asap tebal membumbung mulai dari Palembang, Jambi lalu memasuki Tembilahan dan Riau keseluruhan. Sementara di negara Malaysia asap tebal tampak di Kuala Lumpur, Negeri Sembilan, Malaka, Batu Pahat hingga Perak. Ini terlihat sebaran asap yang dihasilkan kebakaran hutan dan lahan dari Sumetara Selatan, Jambi dan Riau terlihat dari peta satelit di situs asmc.asean.org.