Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Ditinggal Ibu Kandung, Tewas Disiksa Ibu Asuh

Meninggalnya balita yang berumur lebih kurang 4 tahun asal Kecamatan Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti, yang semula menjadi tanda tanya kini mulai terungkap. Korban berinisial ES yang di sekujur tubuhnya penuh luka dan dikebumikan pada 11 Agustus lalu, ternyata disiksa ibu asuhnya sendiri.

Laporan WIRA SAPUTRA, Pekanbaru

TERLAPOR RN (41) kini telah ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi. Sambil menangis terisak, RN pun menyesali perbuatannya. Pengakuan itu disampaikan ketika dihadirkan penyidik saat konferensi pers yang dilaksankan Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Andi Yul SIK MH di Mako Polres, Kamis (19/8) pagi.

"Saya menyesal Pak. Minta maaf. Minta ampun saya," ujarnya menjawab pertanyaan Riau Pos.

Tidak hanya tersangka sebagai ibu asuh korban, saat itu pihak kepolisian juga memajang sejumlah barang bukti. Seperti pakaian, hingga barang dapur yang digunakan tersangka sebagai alat untuk menyiksa korban. Di antaranya penyapu, wajan alumunium, dan drum plastik.

Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Andi Yul SIK MH mengungkapkan, tersangka telah mengakui perbuatannya. Akibatnya ia terpaksa disangkakan Pasal 76 C jo Pasal 80 Ayat (3) UU RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

"Ancaman pidana 15 tahun penjara dan atau denda Rp3 miliar," beber Andi Yul.

Cerita Yul, kronologis kejadian berlangsung 11 Agustus 2021 lalu, korban meninggal dunia dengan kondisi yang tak wajar.

Baca Juga:  Covid-19, Iven Bakar Tongkang Ditiadakan

"Dari rangkaian kegiatan penyelidikan hingga penyidikan, dilakukan berdasarkan laporan dari masyarakat dan P2TP2A jika korban meninggal tidak wajar setelah dilakukan proses pemakaman," ungkapnya.

Bahkan sehari setelah proses pemakaman, ahli Dokkes Polda Riau melakukan autopsi. Hasil dari autopsi sementara ia mengungkapkan telah terjadi pendarahan di otak koban akibatkan benturan benda tumpul.

"Pendarahan bagian otak. Selain itu juga terdapat luka di bagian kepala seperti pelipis, dan dagu korban. Sehingga kami menduga itu menjadi penyebab atas kematian korban beberapa waktu lalu," ujarnya.

Bahkan menurutnya, dari pengakuan tersangka sering menganiaya korban dan kerap memukul di bagian kepala. "Perilaku itu juga didukung oleh keterangan saksi. Hingga saat ini kami telah memeriksa 12 orang saksi termasuk suami tersangka," ungkapnya.

Tersangka merima hak asuh melalui nenek angkat korban yang saat ini masih bekerja di Malaysia pascaditinggal pergi oleh ibu kandungnya. Begitu juga untuk motif sementara disinyalir dipicu oleh soal ekonomi. Pasalnya, kata Kapolres, nenek angkat korban yang bekerja di Malaysia mengirim uang keperluan korban Rp300 ribu per bulan, dan berharap bantuan dari pemerintah.

Hidup tanpa Ayah
Kisah tragis balita yang ditinggal pergi oleh ibu kandung dan tewas di tangan ibu asuh. Kondisi ini diceritakan oleh pelapor atas kejanggalan meninggalnya ES kemarin. Pelapor adalah Kepala UPTD PPA Kepulauan Meranti, Suprapti.

Baca Juga:  Porkab Dimulai 16 Desember

Dari pengakuan sejumlah saksi kepadanya, ibu kandung ES yang berinisial Am ditemukan terlunta-lunta menangis di salah satu jalan besar Johor Baharu, Malaysia 2010 silam. Ia ditemukan oleh warga Rangsang bernama Ar yang sudah lama menetap di negeri tetangga tersebut. Ketika ditanyakan, Am yang masih berusia belasan tahun mengaku dirinya diusir oleh orang tua angkatnya.

Selanjutnya Am dibawa Ar ke rumahnya untuk tinggal bersamanya dan dijadikan anak angkat. Waktu itu diketahui Am belum menikah dan berkeluarga. Berselang enam tahun lamanya, pada 2016 Am yang sudah dewasa berkeinginan untuk bekerja dan mencari pendapatan sendiri. Dia pun kabur dari rumah, namun setelah dicari-cari tidak ditemukan.

Setelah dua tahun lamanya, Am kembali muncul dan mendatangi rumah orang tua angkatnya itu dengan membawa seorang anak yang waktu itu berumur satu tahun, tanpa tahu siapa bapak dari anak tersebut. Anak itu adalah ES korban penganiayaan ibu asuhnya RN yang kini ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi setempat."Melihat kondisi itu Ar pun terkejut dan Am hanya bisa menangis," ujar Suprapti.

Meninggalnya balita yang berumur lebih kurang 4 tahun asal Kecamatan Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti, yang semula menjadi tanda tanya kini mulai terungkap. Korban berinisial ES yang di sekujur tubuhnya penuh luka dan dikebumikan pada 11 Agustus lalu, ternyata disiksa ibu asuhnya sendiri.

Laporan WIRA SAPUTRA, Pekanbaru

- Advertisement -

TERLAPOR RN (41) kini telah ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi. Sambil menangis terisak, RN pun menyesali perbuatannya. Pengakuan itu disampaikan ketika dihadirkan penyidik saat konferensi pers yang dilaksankan Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Andi Yul SIK MH di Mako Polres, Kamis (19/8) pagi.

"Saya menyesal Pak. Minta maaf. Minta ampun saya," ujarnya menjawab pertanyaan Riau Pos.

- Advertisement -

Tidak hanya tersangka sebagai ibu asuh korban, saat itu pihak kepolisian juga memajang sejumlah barang bukti. Seperti pakaian, hingga barang dapur yang digunakan tersangka sebagai alat untuk menyiksa korban. Di antaranya penyapu, wajan alumunium, dan drum plastik.

Kapolres Kepulauan Meranti AKBP Andi Yul SIK MH mengungkapkan, tersangka telah mengakui perbuatannya. Akibatnya ia terpaksa disangkakan Pasal 76 C jo Pasal 80 Ayat (3) UU RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

"Ancaman pidana 15 tahun penjara dan atau denda Rp3 miliar," beber Andi Yul.

Cerita Yul, kronologis kejadian berlangsung 11 Agustus 2021 lalu, korban meninggal dunia dengan kondisi yang tak wajar.

Baca Juga:  Covid-19, Iven Bakar Tongkang Ditiadakan

"Dari rangkaian kegiatan penyelidikan hingga penyidikan, dilakukan berdasarkan laporan dari masyarakat dan P2TP2A jika korban meninggal tidak wajar setelah dilakukan proses pemakaman," ungkapnya.

Bahkan sehari setelah proses pemakaman, ahli Dokkes Polda Riau melakukan autopsi. Hasil dari autopsi sementara ia mengungkapkan telah terjadi pendarahan di otak koban akibatkan benturan benda tumpul.

"Pendarahan bagian otak. Selain itu juga terdapat luka di bagian kepala seperti pelipis, dan dagu korban. Sehingga kami menduga itu menjadi penyebab atas kematian korban beberapa waktu lalu," ujarnya.

Bahkan menurutnya, dari pengakuan tersangka sering menganiaya korban dan kerap memukul di bagian kepala. "Perilaku itu juga didukung oleh keterangan saksi. Hingga saat ini kami telah memeriksa 12 orang saksi termasuk suami tersangka," ungkapnya.

Tersangka merima hak asuh melalui nenek angkat korban yang saat ini masih bekerja di Malaysia pascaditinggal pergi oleh ibu kandungnya. Begitu juga untuk motif sementara disinyalir dipicu oleh soal ekonomi. Pasalnya, kata Kapolres, nenek angkat korban yang bekerja di Malaysia mengirim uang keperluan korban Rp300 ribu per bulan, dan berharap bantuan dari pemerintah.

Hidup tanpa Ayah
Kisah tragis balita yang ditinggal pergi oleh ibu kandung dan tewas di tangan ibu asuh. Kondisi ini diceritakan oleh pelapor atas kejanggalan meninggalnya ES kemarin. Pelapor adalah Kepala UPTD PPA Kepulauan Meranti, Suprapti.

Baca Juga:  Singapura Tawarkan Bantuan Atasi Kebakaran di Indonesia

Dari pengakuan sejumlah saksi kepadanya, ibu kandung ES yang berinisial Am ditemukan terlunta-lunta menangis di salah satu jalan besar Johor Baharu, Malaysia 2010 silam. Ia ditemukan oleh warga Rangsang bernama Ar yang sudah lama menetap di negeri tetangga tersebut. Ketika ditanyakan, Am yang masih berusia belasan tahun mengaku dirinya diusir oleh orang tua angkatnya.

Selanjutnya Am dibawa Ar ke rumahnya untuk tinggal bersamanya dan dijadikan anak angkat. Waktu itu diketahui Am belum menikah dan berkeluarga. Berselang enam tahun lamanya, pada 2016 Am yang sudah dewasa berkeinginan untuk bekerja dan mencari pendapatan sendiri. Dia pun kabur dari rumah, namun setelah dicari-cari tidak ditemukan.

Setelah dua tahun lamanya, Am kembali muncul dan mendatangi rumah orang tua angkatnya itu dengan membawa seorang anak yang waktu itu berumur satu tahun, tanpa tahu siapa bapak dari anak tersebut. Anak itu adalah ES korban penganiayaan ibu asuhnya RN yang kini ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi setempat."Melihat kondisi itu Ar pun terkejut dan Am hanya bisa menangis," ujar Suprapti.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari