PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Jemaah haji Provinsi Riau telah melaksanakan rangkaian ibadah haji dan bersiap untuk kembali ke Indonesia. Bahkan, sebagian jemaah haji Riau mulai melaksanakan tawaf wada bersama-sama dengan jemaah haji lainnya.
“Hari ini (kemarin, red) terakhir kegiatan melontar jumrah yang nafar sani setelah menyelesaikan tawaf ifadah sebagai salah dari rukun haji,” ujar Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Pekanbaru, Syahrul Mauludi, Rabu (19/6).
“Khusus untuk Kloter (Kelompok Terbang) 3 BTH akan mempersiapkan diri pulang ke Tanah Air pada tanggal 24 Juni, sebelumnya melakukan tawaf wada atau tawaf perpisahan sebagai penghormatan terakhir kepada baitullah,” tambahnya.
Syahrul Mauludi mendoakan agar para jemaah haji sehat selalu hingga kembali ke daerah asalnya masing-masing. Dilaporkan bahwa kondisi jemaah asal Kota Pekanbaru dalam kondisi sehat dan dalam pantauan petugas haji masing-masing.
Heatstroke, 577 Jemaah Meninggal
Selama dua hari terakhir, penyelenggaraan ibadah haji 2024 dihebohkan dengan kabar banyaknya jemaah haji yang meninggal akibat cuaca panas yang ekstrem.
Dilansir dari sejumlah kantor berita internasional, ratusan jemaah dari sejumlah negara wafat selama pelaksanaan puncak ibadah haji di Mina, yakni saat mabit (menginap) dan lontar jumrah di jamarat, pada hari tasyrik 10–13 Zulhijah. Mereka meninggal akibat cuaca ekstrem yang melanda selama beberapa hari terakhir. Menurut laporan AFP, 577 jemaah dari beberapa negara meninggal akibat heatstroke atau serangan panas berlebihan.
Lantas, bagaimana dengan jemaah haji Indonesia? Mengacu data Siskohat Kemenag, total 183 jemaah tanah air meninggal selama musim haji. Mulai di Madinah, Makkah, hingga fase puncak haji Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina).
Khusus di Mina, berdasar data laporan tim misi kesehatan PPIH Arab Saudi, tercatat ada 184 jemaah tanah air yang menjalani perawatan di tenda misi kesehatan haji di Mina. Dari jumlah itu, 12 orang mengalami heatstroke. Dua di antaranya akhirnya meninggal. ”Dua jemaah ini memiliki riwayat penyakit berat. Akibat heatstroke, penyakit mereka kembali kambuh. Kami sudah berusaha menangani, tapi mereka tak tertolong,” kata Kasi Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daker Madinah Karmijono.
Soal kabar banyaknya jemaah haji dari sejumlah negara yang meninggal imbas cuaca ekstrem, Karmijono telah mendengarnya. Hanya, dia tidak berani memastikan kebenarannya. Namun, dia menyebutkan bahwa selama beberapa hari terakhir cuaca di kawasan Mina, termasuk Makkah, meningkat signifikan. Selama 10–13 Zulhijah, suhu di atas 45 derajat Celsius. Kondisi itu membuat jemaah yang menginap di tenda-tenda pemondokan di Mina kepanasan.
Bukan hanya itu, dari pantauannya, cukup banyak jemaah haji dari berbagai negara yang melaksanakan lempar jumrah pada jam-jam rawan, yakni pukul 10.00–15.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Padahal, waktu-waktu itu adalah puncak panas. ”Karena itu, cukup wajar jika jemaah mengalami gangguan kesehatan akibat cuaca ekstrem ini. Terutama heatstroke,” katanya.
Selain dua di Mina, tiga jemaah Indonesia meninggal saat melaksanakan wukuf di Arafah. Jumlah jemaah meninggal tahun ini menurun jika dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir. Pada 2023, misalnya, tercatat ada 773 jemaah yang wafat. Atau pada 2019 yang mencapai 473 jemaah.
Pelototi Tambahan Kuota Haji Khusus
Polemik alokasi tambahan kuota haji khusus sebanyak 10 ribu, bakal berbuntut panjang. Usai pelaksanaan haji nanti, mereka akan memperdalam masalah tersebut. Termasuk bakal memastikan apakah kuota tambahan tersebut dialokasikan dengan tepat atau bocor ke jemaah yang tidak memenuhi syarat.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR Marwan Dasopang mengatakan, polemik pembagian kuota haji khusus yang bersumber dari kuota tambahan itu, sejatinya sudah muncul lama. Namun DPR belum mempersoalkan, karena khawatir akan mempengaruhi penyelenggaraan haji. “Haji kan tidak mungkin kita stop dulu,” katanya, kemarin.
Marwan yang tahun ini menjadi tim pengawas haji DPR itu menjelaskan, persoalan alokasi kuota tambahan untuk haji khusus tersebut akan ditagih ke Kemenag saat evaluasi haji nanti. Pertimbangannya supaya tidak mengganggu proses haji yang sebentar lagi masuk pemulangan.
Dia menegaskan, sesuai dengan UU tentang Haji, haji khusus mendapatkan alokasi 8 persen. Alokasi tersebut, seharusnya juga berlaku ketika ada tambahan kuota haji. Namun dalam praktiknya, tahun ini Kemenag mengalokasikan 50 persen dari kuota tambahah untuk haji khusus. Jadi dari 20 ribu kuota tambahan yang diberikan Saudi, sebanyak 10 ribu diberikan untuk rombongan haji khusus. Sisanya untuk haji reguler.
Politisi PKB itu mengatakan persoalan yang bakal mereka konfirmasi ke Kemenag, adalah pendistribusian 10 ribu kuota haji tersebut. Marwan mengatakan perlu didalami apakah kuota tambahan untuk haji khusus itu digunakan oleh jemaah yang berhak. “Sekarang haji khusus itu antre juga, sekitar tujuh tahun,” tuturnya.
Jangan sampai ada jemaah haji khusus, yang baru antre dua tahun tapi diberi kuota. Atau bahkan ada yang baru daftar tahun ini, langsung bisa haji lewat kuota haji khusus. Menurut dia, selama ini kontrol terhadap pengalokasian kuota haji khusus tidak seketat haji reguler. Pemerintah cenderung menyerahkan sepenuhnya kepada travel.
Marwan mengatakan, pemerintah bisa saja mengatakan pembagian kuota tambahan untuk haji reguler dan khusus itu ditetapkan dari Arab Saudi. Padahal menurut dia, Arab Saudi tidak akan mengurus sampai detail pembagian kuota di Indonesia.
Perkiraan Marwan, Pemerintah Indonesia yang mengusulkan ke Saudi. Supaya kuota tambahan dibagi rata untuk haji reguler dan haji khusus. “Ini nanti juga kita dalami,” ujarnya.
Di bagian lain, Kemenag masih belum merespons soal polemik alokasi jumbo untuk haji khusus. Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kemenag Jaja Jaelani merespons sedikit mengenai pembagian kuota itu. “Kami masih fokus melayani jemaah di puncak haji. Setelah puncak siap (memberikan penjelasan),” katanya.
Sementara itu, Menag Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan tahun depan Indonesia mendapatkan kuota haji sebanyak 221 ribu kursi. Kuota ini sama dengan kuota pokok, tidak termasuk tambahan, haji tahun ini. Terkait apakah Indonesia kembali mendapatkan kuota tambahan, bakal dikaji lebih lanjut oleh Saudi.
“Kita mengapresiasi Kemenhaj Saudi yang kembali mengumumkan kuota lebih awal. Sehingga proses persiapan penyelenggaraan haji juga bisa dilakukan lebih cepat,” kata Yaqut.
Lebih lanjut dia menyampaikan beberapa aspek positif atau kesuksesan haji tahun ini. Diantaranya adalah, pelayanan jemaah pada fase kedatangan berjalan lancar. Kemudian kuota jemaah haji reguler sebanyak 213.320 jemaah terserap optimal, hanya menyisakan 45 jemaah yang tidak bisa digantikan karena proses pemvisaan sudah ditutup.
Dia kemudian menyampaikan beberapa dinamika haji tahun ini. Seperti kepadatan jemaah di tenda di Mina. Dengan kuota haji reguler 213.320 orang, setiap orang mendapatkan space hanya 0,8 meter persegi di dalam tenda. Sehingga muncul keluhan jemaah sempit-sempitan beradu kaki dan kepala saat mabit di Mina. (ilo/lyn/wan/ris/c19/oni/jpg)