Jumat, 20 September 2024

Mengatasi Limbah, Mendatangkan Resah

Proyek mengatasi limbah di bawah tanah Pekanbaru tentu untuk niat baik. Tapi proyek yang dimulai sejak 2019 seakan tak pernah tuntas dan terus dikeluhkan. Keresahan demi keresahan muncul dari pengguna jalan hingga pedagang di sekitar jalan yang terkena proyek. Masalah debu, macet, becek, hingga berbagai penyakit, dan dampak ekonomi jadi keresahan warga selama tiga tahun terakhir. Sampai kapan?

 

(RIAUPOS.CO) – Sebelum 2019, warga Jalan Prof Moh Yamin, Riki (26) terbiasa joging di sekitar jalan dekat rumahnya itu. Tapi kini tidak lagi. Sejak masa itu, haknya menggunakan jalan untuk berolahraga ringan itu telah dirampas. Bahkan janji tuntasnya proyek pada 2020 tidak terealisasi hingga 2022. Bahkan ketika dijanjikan tuntas awal 2023, entah benar-benar tuntas atau tidak.

Yang jelas, aktivitas Riki tidak lagi bisa seperti sebelumnya. Apalagi untuk beraktivitas di luar rumah seperti joging yang jadi hobinya.

- Advertisement -

"Dulu masih bisalah joging ke luar rumah, lari sampai ke Jalan Sudirman. Sekarang ga bisa. Jalan kotor dan berdebu. Banyak tanah berserakan. Apalagi kalau habis hujan," ucapnya.

Belum lagi persoalan alat berat yang kerap di parkir di depan rumah warga. Kata dia, selain memakan tempat, alat berat tersebut cukup mengganggu karena kendaraan jadi susah masuk ke dalam gang rumah. Dia berharap kondisi tersebut bisa segera selesai. Paling tidak, ada jalan keluar yang benar-benar menjadi sebuah solusi dari keluhan masyarakat.

- Advertisement -
Baca Juga:  Mesin Listrik Yamaha untuk Motor dan Mobil Resmi Dijual

Warga lainnya, Arman, yang sehari-hari berdagang di Jalan Prof Moh Yamin mengaku, akibat adanya proyek sistem pengolahan air limbah domestik terpadu (SPALD-T), dagangannya berupa goreng-gorengan dan jualan barang harian menjadi sepi. Ia berharap agar ada kompensasi dari pihak terkait kepada warga yang terdampak.

“Kami merasa terganggu sekali dengan adanya proyek ini. Akibat adanya proyek ini, omzet kami mengalami penurunan hingga 50 persen. Bahkan akibat adanya proyek ini, kami pernah tidak bisa berjualan," ujar Arman.

Untuk itu dirinya berharap agar ada kompensasi. Hendaknya ada pengertian dari pihak proyek. Pasalnya, dampak dari proyek instalasi pengolahan air limbah (IPAL), ini warga sangat terganggu, ditambah lagi dengan suara berisik dari pengerjaan IPAL tersebut.

“Pengerjaan di jalan ini baru dua bulan. Pengerjaannya malam hari hingga pagi. Warga sekitar sangat terganggu sekali dengan suara bising. Selain itu juga dengan adanya proyek IPAL, ini arus lalu lintas jadi terganggu," terangnya.

Karena proyeknya sudah berjalan, Arman berharap agar bisa segera selesai pengerjaannya. Kemudian jalan agar bisa segera aspal agar tidak berdebu lagi.

“Setiap saat kami harus menyirami debunya. Pihak proyek tidak pernah menyirami debu. Kami berharap agar bisa segera selesai dan ada kompensasi bagi kami yang terdampak," harapnya.

Dari Sukajadi ke Senapelan dan Lima Puluh

Proyek ini awalnya terpusat di wilayah Kecamatan Sukajadi. Selang beberapa pekan, pengerjaan berlanjut ke wilayah berikutnya, yakni Kecamatan Senapelan dan sekitarnya, lalu Lima Puluh. Tak ayal, banyak masyarakat mengeluhkan proyek yang memakan durasi pengerjaan cukup lama itu.

Baca Juga:  Google Assistant Kini Dilengkapi Penerjemah Real-Time

Pantauan Riau Pos, beberapa titik pengerjaan terdapat di Jalan Prof Moh Yamin, Jalan Ahmad Yani, Jalan Teratai, Jalan H Juanda hingga Jalan Karet. Rata-rata, di lokasi pengerjaan terdapat sebuah alat berat berupa ekskavator. Sedangkan pada titik galian, pekerja menutup bagian lubang dengan seng. Bagian ini cukup memakan ruang jalan. Sehingga ketika kondisi lalu lintas padat, kerap terjadi kemacetan di jalan ini.

Di Jalan Prof Moh Yamin, lubang galian tepat berada dekat tanjakan yang cukup tinggi. Sehingga ketika dua mobil melintas, salah satu harus menunggu. Sedangkan di sekeliling proyek, tanah merah berserakan. Bila cuaca panas, debu yang dihasilkan sampai masuk ke dalam toko warga di sekitar jalan. Bila cuaca hujan, maka tanah merah tadi menjadi licin dan cukup berbahaya bagi pengendara yang melintas.

Jangan Ada yang Dirugikan

Proyek pengerjaan sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpadu (SPALD-T) di Kota Pekanbaru mendapat perhatian banyak pihak. Salah satunya datang dari Wakil Ketua DPRD Riau Agung Nugroho, yang merupakan anggota DPRD dari dapil Pekanbaru. Menurut dia, pengerjaan SPALD-T selama ini memang mendapat keluhan banyak masyarakat. Aduan ini sudah sangat sering ia terima.

Proyek mengatasi limbah di bawah tanah Pekanbaru tentu untuk niat baik. Tapi proyek yang dimulai sejak 2019 seakan tak pernah tuntas dan terus dikeluhkan. Keresahan demi keresahan muncul dari pengguna jalan hingga pedagang di sekitar jalan yang terkena proyek. Masalah debu, macet, becek, hingga berbagai penyakit, dan dampak ekonomi jadi keresahan warga selama tiga tahun terakhir. Sampai kapan?

 

(RIAUPOS.CO) – Sebelum 2019, warga Jalan Prof Moh Yamin, Riki (26) terbiasa joging di sekitar jalan dekat rumahnya itu. Tapi kini tidak lagi. Sejak masa itu, haknya menggunakan jalan untuk berolahraga ringan itu telah dirampas. Bahkan janji tuntasnya proyek pada 2020 tidak terealisasi hingga 2022. Bahkan ketika dijanjikan tuntas awal 2023, entah benar-benar tuntas atau tidak.

Yang jelas, aktivitas Riki tidak lagi bisa seperti sebelumnya. Apalagi untuk beraktivitas di luar rumah seperti joging yang jadi hobinya.

"Dulu masih bisalah joging ke luar rumah, lari sampai ke Jalan Sudirman. Sekarang ga bisa. Jalan kotor dan berdebu. Banyak tanah berserakan. Apalagi kalau habis hujan," ucapnya.

Belum lagi persoalan alat berat yang kerap di parkir di depan rumah warga. Kata dia, selain memakan tempat, alat berat tersebut cukup mengganggu karena kendaraan jadi susah masuk ke dalam gang rumah. Dia berharap kondisi tersebut bisa segera selesai. Paling tidak, ada jalan keluar yang benar-benar menjadi sebuah solusi dari keluhan masyarakat.

Baca Juga:  Jasad Korban Hanyut Ditemukan Tersangkut di Pohon Kelapa Sawit

Warga lainnya, Arman, yang sehari-hari berdagang di Jalan Prof Moh Yamin mengaku, akibat adanya proyek sistem pengolahan air limbah domestik terpadu (SPALD-T), dagangannya berupa goreng-gorengan dan jualan barang harian menjadi sepi. Ia berharap agar ada kompensasi dari pihak terkait kepada warga yang terdampak.

“Kami merasa terganggu sekali dengan adanya proyek ini. Akibat adanya proyek ini, omzet kami mengalami penurunan hingga 50 persen. Bahkan akibat adanya proyek ini, kami pernah tidak bisa berjualan," ujar Arman.

Untuk itu dirinya berharap agar ada kompensasi. Hendaknya ada pengertian dari pihak proyek. Pasalnya, dampak dari proyek instalasi pengolahan air limbah (IPAL), ini warga sangat terganggu, ditambah lagi dengan suara berisik dari pengerjaan IPAL tersebut.

“Pengerjaan di jalan ini baru dua bulan. Pengerjaannya malam hari hingga pagi. Warga sekitar sangat terganggu sekali dengan suara bising. Selain itu juga dengan adanya proyek IPAL, ini arus lalu lintas jadi terganggu," terangnya.

Karena proyeknya sudah berjalan, Arman berharap agar bisa segera selesai pengerjaannya. Kemudian jalan agar bisa segera aspal agar tidak berdebu lagi.

“Setiap saat kami harus menyirami debunya. Pihak proyek tidak pernah menyirami debu. Kami berharap agar bisa segera selesai dan ada kompensasi bagi kami yang terdampak," harapnya.

Dari Sukajadi ke Senapelan dan Lima Puluh

Proyek ini awalnya terpusat di wilayah Kecamatan Sukajadi. Selang beberapa pekan, pengerjaan berlanjut ke wilayah berikutnya, yakni Kecamatan Senapelan dan sekitarnya, lalu Lima Puluh. Tak ayal, banyak masyarakat mengeluhkan proyek yang memakan durasi pengerjaan cukup lama itu.

Baca Juga:  Google Assistant Kini Dilengkapi Penerjemah Real-Time

Pantauan Riau Pos, beberapa titik pengerjaan terdapat di Jalan Prof Moh Yamin, Jalan Ahmad Yani, Jalan Teratai, Jalan H Juanda hingga Jalan Karet. Rata-rata, di lokasi pengerjaan terdapat sebuah alat berat berupa ekskavator. Sedangkan pada titik galian, pekerja menutup bagian lubang dengan seng. Bagian ini cukup memakan ruang jalan. Sehingga ketika kondisi lalu lintas padat, kerap terjadi kemacetan di jalan ini.

Di Jalan Prof Moh Yamin, lubang galian tepat berada dekat tanjakan yang cukup tinggi. Sehingga ketika dua mobil melintas, salah satu harus menunggu. Sedangkan di sekeliling proyek, tanah merah berserakan. Bila cuaca panas, debu yang dihasilkan sampai masuk ke dalam toko warga di sekitar jalan. Bila cuaca hujan, maka tanah merah tadi menjadi licin dan cukup berbahaya bagi pengendara yang melintas.

Jangan Ada yang Dirugikan

Proyek pengerjaan sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpadu (SPALD-T) di Kota Pekanbaru mendapat perhatian banyak pihak. Salah satunya datang dari Wakil Ketua DPRD Riau Agung Nugroho, yang merupakan anggota DPRD dari dapil Pekanbaru. Menurut dia, pengerjaan SPALD-T selama ini memang mendapat keluhan banyak masyarakat. Aduan ini sudah sangat sering ia terima.

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari