(RIAUPOS.CO) – MINYAK jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian yang kerap dianggap tak berguna.
Bahkan, tak banyak yang mengetahui bahwa minyak jelantah atau minyak bekas pakai dapat dijadikan sebagai penopang perekonomian masyarakat. Selama ini, minyak jelantah atau bekas pakai kebanyakan menjadi limbah di tengah masyarakat dan biasanya hanya dibuang ke selokan rumah hingga mencemari lingkungan.
Namun, di tangan tiga orang warga Kota Pekanbaru ini, manfaat minyak jelantah mulai disosialisasikan kepada khalayak ramai, serta mengajak masyarakat untuk mencari cuan atau uang dari mengumpulkan minyak bekas pakai tersebut.
Adalah Sukiswanto, Habibi dan Ali Yusro warga Jalan Umbansari atas,Perumahan Villa Padma No.D17, Kelurahan Umbansari, Kecamatan Rumbai yang mengajak masyarakat untuk memanfaatkan limbah minyak jelantah sebagai peluang usaha dan membantu sesama.
Sukiswanto selaku Direktur Operasional Bank Jatah (Bank Minyak Jelantah) menceritakan kepada Riau Pos, ide awal dirinya bersama Habibi dan Ali Yusra memulai usaha Bank Jatah tersebut, berawal dari kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar yang selama ini melihat banyak ibu rumah tangga yang membuang limbah minyak jelantah sembarangan serta keinginan untuk membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Apalagi, tak banyak yang mengetahui bahwa minyak jelantah adalah minyak sisa-sisa dari penggorengan yang mengandung senyawa-senyawa bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Bahkan bila digunakan, pemakaian minyak jelantah bisa merusak kesehatan manusia, serta menimbulkan kanker.
Minyak jelantah yang dibuang ke parit atau tanah dapat terserap bumi, kemudian lama kelamaan akan menggumpal dan menutup pori-pori tanah. Kalau sudah begini, tanah akan menjadi keras dan tidak bisa lagi mendukung aktivitas manusia dan akan menyebabkan banjir dan pencemaran perairan. “Bahaya inilah yang ingin kita informasikan kepada masyarakat yang selama ini kerap membuang minyak jelantah sembarangan di lingkungan sekitar dan akan merusak lingkungan, “ Jelasnya, Sabtu (18/12)
Habibi Selaku Direktur Utama, mengatakan, Pekanbaru sebagai kota besar yang sudah memiliki penduduk satu juta jiwa sangat berpotensi sebagai penghasil minyak jelantah. Dan sebenarnya minyak jelantah masih dapat dimanfaatkan dengan cara diproses lebih lanjut sehingga dapat dijadikan alternatif bahan baku biodiesel.
"Walaupun sekarang kita masih menjualnya melalui pihak ketiga, tapi niat kita untuk mengajak masyarakat peduli terhadap limbah yang dapat dimanfaatkan kembali dan menghasilkan pundi-pundi rupiah bagi masyarakat," tuturnya.
Bank Jantah juga memiliki tiga program yang dapat dinikmati oleh masyarakat guna membantu memulihkan perekonomian keluarga khususnya dimasa pandemi seperti saat ini.
Program tersebut di antaranya, Tabungan Jelantah. Dalam sistem ini nantinya setiap anggota akan mendapatkan kartu tabungan yang akan mencatat setiap penjualan minyak jelantah yang diantarkan ke bank jantah. Di mana, minyak jelantah setiap kilonya dihargai sebesar Rp8.000 dan pencairan akan berlangsung minimal sebulan sekali.
Selanjutnya, dengan program sedekah jelantah. Di mana, dalam membangun program ini Bank Jatah telah bekerja sama dengan sejumlah pengurus masjid di Kota Pekanbaru untuk mengajak masyarakat bersedekah minyak jelantah untuk nantinya diuangkan dan dibelikan beragam kebutuhan pokok yang akan disumbangkan kepada fakir miskin serta anak yatim piatu yang ada di Kota Pekanbaru.
"Kalau masyarakat mau menjual sendiri minyak jelantah tersebut juga bisa, Yaitu menjadi mitra supliyer Bank Jatah. Di mana, kami siap membeli dengan harga Rp5.000 – Rp9.000 perkilogram untuk minimal 5 kilo-500 kilo minyak jelantah, melalui nara hubung 085364807465" kata dia.(ali)
Laporan PRAPTI DWI LESTARI, Pekanbaru