PEKANBARU (RIAUPOS.CO) – Bahasa Indonesia adalah anugerah yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa persatuan. Bahasa Indonesia menjadi salah satu pemersatu Indonesia, bahkan sebelum kemerdekaan dicapai.
Merawat bahasa Indonesia adalah kewajiban seluruh rakyat Indonesia. Cara yang paling mudah merawatnya adalah memakainya dalam komunikasi sehari-hari, baik lisan maupun tertutlis. Namun, tetap diperlukan alat ukur untuk bisa memahami apakah masyarakat paham dan mengerti bahasa Indonesia secara baik dan benar. Salah satu alat ukur itu adalah Uji Kemahiran Berbahasa Indonesi (UKBI).
"UKBI penting bagi kita agar bisa mengukur pemahaman dalam penggunaan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tertulis. Ini penting bagi masyarakat, terutama di kalangan pendidikan, birokrasi, dunia kerja, dan yang lainnya," ujar Kepala Tata Usaha Balai Bahasa Riau (BBR), Zuryetti Muzar SE.
Hal itu disampaikan Zuretti saat membuka acara Uji Coba UKBI Adaptif di Pekanbaru, Rabu (17/11/2021). Acara tersebut diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Selasa-Kamis (17-18/11/2021).
Acara tersebut diikuti 35 orang dari berbagai instansi di Riau, seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dari kabupaten/kota, guru dan siswa sekolah menengah, kalangan profesional, jurnalis, karyawan swasta, dll.
Dijelaskan Zuryetti, banyak negara di dunia yang tak memiliki bahasa negara tersendiri dan menjadikan bahasa negara lain sebagai bahasa negaranya. Bahkan bangsa sebesar Amerika Serikat (AS) tidak memiliki bahasa negara tersendiri. Mereka memakai bahasa Inggris sebagai bahasa negaranya.
Tetapi, kata mantan Kepala Kantor Bahasa Kepulauan Riau (Kepri) tersebut, banyak juga negara yang memiliki bahasa negara dan sangat bangga memilikinya. Negara-negara tersebut antara lain Jepang, Korea Selatan, Prancis, India, dll.
"Seperti kita tahu, karena kecintaannya kepada bahasa negaranya sendiri, Jepang menerjemahkan buku-buku berbahasa asing ke dalam bahasa Jepang agar dipahami masyarakatnya. Hal itu membuat Jepang menjadi salah satu negara paling maju di dunia," ujar Zuryetti lagi.
Zuryetti berharap, kecintaan masyarakat Indonesia terhadap bangsa Indonesia sama dengan kecintaan masyarakat Jepang atau negara lain tersebut terhadap bahasa negara dan bahasa persatuan mereka.
Dalam kegiatan tersebut, peserta dipandu oleh Tri Wulandari dari tim Kelompok Kepakaran dan Layanan Pusat (KKLP) UKBI Badan Bahasa. Peserta diwajibkan mengerjakan lebih 300 soal. Soal-soal yang diujicobakan itulah yang nantinya akan dijadikan mata uji dalam tes UKBI Adaptif Merdeka.
Salah seorang panitia lokal dari BBR, Yeni Maulina SPd, mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta yang mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir, termasuk mereka yang datang dari luar Kota Pekanbaru.
"Semoga kegiatan ini berguna bagi seluruh peserta," ujar Yeni.
Laporan/Editor: Hary B Koriun