Rabu, 11 September 2024

Sudan Kisruh, Kudeta Militer Tembak Mati 10 Demonstran Pro-Demokrasi

KHARTOUM (RIAUPOS.CO) – Pasukan keamanan Sudan menembak mati 10 orang pengunjuk rasa anti-kudeta dan melukai puluhan lainnya pada Rabu (17/11/2021). Ini adalah hari paling berdarah sejak pengambilalihan militer pada 25 Oktober.

Serikat dokter pro-demokrasi menyebut korban tewas –semuanya di Khartoum, terutama distrik utara — bertambah menjadi 34 orang akibat kerusuhan sejak militer merebut kekuasaan. Sementara ratusan lainnya terluka.

Demonstran turun ke jalan di seluruh ibu kota meskipun saluran telepon dan layanan internet telah terganggu sejak militer mengambil alih.

"Rakyat memilih pemerintahan sipil," teriak para demonstran.

- Advertisement -

Mereka juga meneriakkan slogan-slogan menentang penguasa Sudan, jenderal Abdel Fattah al-Burhan.

Saksi di lokasi menyampaikan pasukan keamanan menembakkan gas air mata, melukai beberapa pengunjuk rasa. Namun militer membantah menggunakan peluru tajam.

- Advertisement -
Baca Juga:  BPJamsostek Pekanbaru Panam Serahkan Klaim JKM Karyawan RS Mesra

Serikat dokter mengatakan sebagian besar korban menderita luka tembak di kepala, leher maupun dada. Namun, katanya, para demonstran tetap berbaris.

Demonstrasi juga meletus di Port Sudan, kata seorang jurnalis AFP. Mereka menentang kudeta yang menghentikan transisi demokrasi setelah penggulingan diktator lama Omar al-Bashir pada 2019.

"Itu adalah hari yang sangat buruk bagi para pengunjuk rasa," kata Soha, seorang pengunjuk rasa berusia 42 tahun, kepada AFP.

"Saya melihat seseorang dengan luka tembak di belakang saya dan ada banyak penangkapan (di Khartoum, red)," katanya.

Upaya militer membendung protes membuat ratusan orang ditangkap, termasuk aktivis, orang yang lewat dan jurnalis. Kepala biro jaringan  Al Jazeera ditangkap pada Ahad dan dibebaskan Selasa lalu.

Baca Juga:  Pingsan, Ternyata Kondisi Ustaz Zacky Mirza Tidak Fit Tiba di Siak

Komite Sentral Dokter Sudan mengatakan pasukan keamanan juga telah menangkap orang-orang yang terluka di dalam rumah sakit Khartoum.

Asosiasi Profesional Sudan, payung serikat pekerja yang berperan dalam protes 2019, mengecam kejahatan besar terhadap kemanusiaan. Mereka menuduh pasukan keamanan melakukan pembunuhan terencana.

Sumber: AFP/Al Jazeera/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

KHARTOUM (RIAUPOS.CO) – Pasukan keamanan Sudan menembak mati 10 orang pengunjuk rasa anti-kudeta dan melukai puluhan lainnya pada Rabu (17/11/2021). Ini adalah hari paling berdarah sejak pengambilalihan militer pada 25 Oktober.

Serikat dokter pro-demokrasi menyebut korban tewas –semuanya di Khartoum, terutama distrik utara — bertambah menjadi 34 orang akibat kerusuhan sejak militer merebut kekuasaan. Sementara ratusan lainnya terluka.

Demonstran turun ke jalan di seluruh ibu kota meskipun saluran telepon dan layanan internet telah terganggu sejak militer mengambil alih.

"Rakyat memilih pemerintahan sipil," teriak para demonstran.

Mereka juga meneriakkan slogan-slogan menentang penguasa Sudan, jenderal Abdel Fattah al-Burhan.

Saksi di lokasi menyampaikan pasukan keamanan menembakkan gas air mata, melukai beberapa pengunjuk rasa. Namun militer membantah menggunakan peluru tajam.

Baca Juga:  Giliran BEM Unri Soroti Kebijakan PSBB

Serikat dokter mengatakan sebagian besar korban menderita luka tembak di kepala, leher maupun dada. Namun, katanya, para demonstran tetap berbaris.

Demonstrasi juga meletus di Port Sudan, kata seorang jurnalis AFP. Mereka menentang kudeta yang menghentikan transisi demokrasi setelah penggulingan diktator lama Omar al-Bashir pada 2019.

"Itu adalah hari yang sangat buruk bagi para pengunjuk rasa," kata Soha, seorang pengunjuk rasa berusia 42 tahun, kepada AFP.

"Saya melihat seseorang dengan luka tembak di belakang saya dan ada banyak penangkapan (di Khartoum, red)," katanya.

Upaya militer membendung protes membuat ratusan orang ditangkap, termasuk aktivis, orang yang lewat dan jurnalis. Kepala biro jaringan  Al Jazeera ditangkap pada Ahad dan dibebaskan Selasa lalu.

Baca Juga:  MUI: Umat Islam Tidak akan Tinggal Diam

Komite Sentral Dokter Sudan mengatakan pasukan keamanan juga telah menangkap orang-orang yang terluka di dalam rumah sakit Khartoum.

Asosiasi Profesional Sudan, payung serikat pekerja yang berperan dalam protes 2019, mengecam kejahatan besar terhadap kemanusiaan. Mereka menuduh pasukan keamanan melakukan pembunuhan terencana.

Sumber: AFP/Al Jazeera/CNN/Berbagai Sumber
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari