Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Sepotong Cerita dari Pinere 13

Ketua KPU Provinsi Riau, Ilham M Yasir yang kini tengah dirawat di salah satu ruangan isolasi pasien Covid-19 RSUD Arifin Achmad tetap semangat melawan virus yang ada di dalam tubuhnya. Dari Pinere 13 (nama ruangan ia dirawat), mantan wartawan Riau Pos ini pun menyempatkan berbagi kisah berupa sepenggal cerita untuk masyarakat Riau. Berikut tulisannya.

Jumat (11/9/2020) akhir pekan lalu, saya dinyatakan positif Covid-19. Sungguh tidak percaya. Tapi itulah kondisi yang harus diterima. Sempat panik. Sebentar. Tapi tidak boleh terus-menerus. Karena saya harus percaya dengan hasil medis.

Kemarin kan saya sendiri yang meragukan apakah saya ini benar-benar kondisinya sehat? Sehat tidak terinveksi virus Covid-19. Keragu-raguan yang sudah terjawab. Keraguan yang menjadi pertanyaan di dalam diri sendiri. Sampai kemudian mantap dan yakin untuk membuktikan harus dilakukan swab mandiri.

Sebenarnya sejak Selasa (8/9/2020) petang lalu saya sudah melakukan isolasi mandiri langsung di rumah. Petang itu sekitar pukul 14.30 WIB saya mengikuti swab mandiri di Hotel Mutiara Pekanbaru, dan hasilnya reaktif. Langsung seketika diambil sampel untuk diperiksa lebih lanjut melalui laboratorium atau PCR.

Kaget. Sudah pasti. Tapi sempat masih bercanda.  Karena dua orang pegawai KPU Riau yang saya ajak ikut swab, pucat. Meskipun mereka berdua non-reaktif. Tapi mengetahui saya yang reaktif, mereka tak percaya. Karena mereka tahu selama ini saya paling disiplin menerapkan protokol Covid-19. Selalu menegur langsung jika di sekretariat KPU ada yang tidak pakai masker. Beberapa kali komplain karena air dan sabun cuci tangan kosong. Dan mencari petugas yang memegang thermo gun karena tidak standby di pos layanan tamu.

Sabtu (12/9/2020) pagi sekitar pukul 08.00 WIB, kepala sekolah SMP Maddani Pekanbaru dikabarkan meninggal dunia. Di pagi hari yang sama dokter muda di Puskesmas Gunung Sahilan, Kampar juga meninggal dunia. Keduanya meninggal dunia di RSUD AA setelah dinyatakan kritis, dan ststusnya positif Covid-19. 

Tapi apakah Covid-19 sebagai penyebab utama keduanya meninggal? Tidak ada penjelasan lebih lanjut. Namun selalunya menurut para dokter medis Covid-19 hanya perantaranya atau pemicunya saja. Ada penyakit lain yang ada di dalam tubuh (penyakit penyerta). Begitu datang Covid-19, penyakit yang sudah ada itu semakin kronis dan merenggut nyawa si pasien.

Sebenarnya, sejak awal saya inginnya diisolasi di rumah sakit. Bukan isolasi mandiri. Karena menyadari betul risiko orang yang terinfeksi virus Covid-19. Korban meninggal terus berjatuhan. Tak terhitung lagi jumlah angkanya. 

Apalagi jika saya melakukan isolasi mandiri di rumah. Siapa yang bisa menjamin kondisi saya baik-baik saja. Saya beberapa kali meyakinkan bahwa saya orang dengan gejala, bukan orang tanpa gejala (OTG). Berita di ******* (menyebutkan salah satu televisi swasta nasional,red) itu keliru. Saya yang merasakan. Sejak isolasi mandiri hari Selasa saya sudah merasakan gejala demam panas.

Karena kondisi ruang isolasi di RSUD Arifin Achmad (AA) penuh, saya bisa memahami. Dan lagian hasil PCR juga belum keluar. Saya sabar menunggu, meskipun suasana batin sudah tidak karuan. Karena lamanya hasil PCR dari Labkes keluar. Saya setengah protes, apa tidak ada upaya ya bagaimana hasil PCR di Labkes bisa cepat keluar. Kenapa Labkes Unand Padang bisa satu hari keluar cepat seperti rapidtest? Pastinya, jika hal ini berlarut-larut akan membahayakan nyawa yang seharusnya bisa ditolong dapat segera ditolong. Karena hasil PCR nya sudah jelas Covid-19.

Setelah resmi menyandang positif Covid-19, Jumat (11/9/2020) saya tak serta merta bisa diisolasi di RSUD AA. Tapi harus menunggu dan menyakinkan dulu. Karena ruang isolasi penuh. Pagi Sabtu diberitakan ada dua pasien Covid-19 meninggal. Satu seorang dokter muda dan satu lagi seorang kepala sekolah SMP. Mungkin ruang isolasi yang kosong yang ditinggalkan oleh kedua pasien yang meninggal inilah yang sekarang saya tempati di Penere 13 RSUD Arifin Achmad. Semoga kedua almarhum mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT. Amal ibadahnya sebagai dokter dan guru selalu mengalir di alam barzakh sana. Aamiin.

Baca Juga:  Boeing dan Porsche Kerja Sama, Mobil Terbang Tercipta

Ketua KPU Provinsi Riau, Ilham M Yasir yang kini tengah dirawat di salah satu ruangan isolasi pasien Covid-19 RSUD Arifin Achmad tetap semangat melawan virus yang ada di dalam tubuhnya. Dari Pinere 13 (nama ruangan ia dirawat), mantan wartawan Riau Pos ini pun menyempatkan berbagi kisah berupa sepenggal cerita untuk masyarakat Riau. Berikut tulisannya.

Jumat (11/9/2020) akhir pekan lalu, saya dinyatakan positif Covid-19. Sungguh tidak percaya. Tapi itulah kondisi yang harus diterima. Sempat panik. Sebentar. Tapi tidak boleh terus-menerus. Karena saya harus percaya dengan hasil medis.

- Advertisement -

Kemarin kan saya sendiri yang meragukan apakah saya ini benar-benar kondisinya sehat? Sehat tidak terinveksi virus Covid-19. Keragu-raguan yang sudah terjawab. Keraguan yang menjadi pertanyaan di dalam diri sendiri. Sampai kemudian mantap dan yakin untuk membuktikan harus dilakukan swab mandiri.

Sebenarnya sejak Selasa (8/9/2020) petang lalu saya sudah melakukan isolasi mandiri langsung di rumah. Petang itu sekitar pukul 14.30 WIB saya mengikuti swab mandiri di Hotel Mutiara Pekanbaru, dan hasilnya reaktif. Langsung seketika diambil sampel untuk diperiksa lebih lanjut melalui laboratorium atau PCR.

- Advertisement -

Kaget. Sudah pasti. Tapi sempat masih bercanda.  Karena dua orang pegawai KPU Riau yang saya ajak ikut swab, pucat. Meskipun mereka berdua non-reaktif. Tapi mengetahui saya yang reaktif, mereka tak percaya. Karena mereka tahu selama ini saya paling disiplin menerapkan protokol Covid-19. Selalu menegur langsung jika di sekretariat KPU ada yang tidak pakai masker. Beberapa kali komplain karena air dan sabun cuci tangan kosong. Dan mencari petugas yang memegang thermo gun karena tidak standby di pos layanan tamu.

Sabtu (12/9/2020) pagi sekitar pukul 08.00 WIB, kepala sekolah SMP Maddani Pekanbaru dikabarkan meninggal dunia. Di pagi hari yang sama dokter muda di Puskesmas Gunung Sahilan, Kampar juga meninggal dunia. Keduanya meninggal dunia di RSUD AA setelah dinyatakan kritis, dan ststusnya positif Covid-19. 

Tapi apakah Covid-19 sebagai penyebab utama keduanya meninggal? Tidak ada penjelasan lebih lanjut. Namun selalunya menurut para dokter medis Covid-19 hanya perantaranya atau pemicunya saja. Ada penyakit lain yang ada di dalam tubuh (penyakit penyerta). Begitu datang Covid-19, penyakit yang sudah ada itu semakin kronis dan merenggut nyawa si pasien.

Sebenarnya, sejak awal saya inginnya diisolasi di rumah sakit. Bukan isolasi mandiri. Karena menyadari betul risiko orang yang terinfeksi virus Covid-19. Korban meninggal terus berjatuhan. Tak terhitung lagi jumlah angkanya. 

Apalagi jika saya melakukan isolasi mandiri di rumah. Siapa yang bisa menjamin kondisi saya baik-baik saja. Saya beberapa kali meyakinkan bahwa saya orang dengan gejala, bukan orang tanpa gejala (OTG). Berita di ******* (menyebutkan salah satu televisi swasta nasional,red) itu keliru. Saya yang merasakan. Sejak isolasi mandiri hari Selasa saya sudah merasakan gejala demam panas.

Karena kondisi ruang isolasi di RSUD Arifin Achmad (AA) penuh, saya bisa memahami. Dan lagian hasil PCR juga belum keluar. Saya sabar menunggu, meskipun suasana batin sudah tidak karuan. Karena lamanya hasil PCR dari Labkes keluar. Saya setengah protes, apa tidak ada upaya ya bagaimana hasil PCR di Labkes bisa cepat keluar. Kenapa Labkes Unand Padang bisa satu hari keluar cepat seperti rapidtest? Pastinya, jika hal ini berlarut-larut akan membahayakan nyawa yang seharusnya bisa ditolong dapat segera ditolong. Karena hasil PCR nya sudah jelas Covid-19.

Setelah resmi menyandang positif Covid-19, Jumat (11/9/2020) saya tak serta merta bisa diisolasi di RSUD AA. Tapi harus menunggu dan menyakinkan dulu. Karena ruang isolasi penuh. Pagi Sabtu diberitakan ada dua pasien Covid-19 meninggal. Satu seorang dokter muda dan satu lagi seorang kepala sekolah SMP. Mungkin ruang isolasi yang kosong yang ditinggalkan oleh kedua pasien yang meninggal inilah yang sekarang saya tempati di Penere 13 RSUD Arifin Achmad. Semoga kedua almarhum mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah SWT. Amal ibadahnya sebagai dokter dan guru selalu mengalir di alam barzakh sana. Aamiin.

Baca Juga:  Diskusi Hutama Karya dan Warga Pinggir soal Dinamika Tol Permai
Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari