Puluhan lukisan kaligrafi kontemporer yang terpajang di Anjungan Kampar, membuat suasana Ramadan tahun ini makin terasa. Ayat-ayat Alquran yang saling silang, meliuk indah di atas kanvas dalam berbagai bentuk dan warna, sangat asyik untuk disimak
(RIAUPOS.CO) – TIADA Dusta. Inilah judul lukisan itu. Lukisan ini merupakan salah satu lukisan kaligrafi kontemporer dari puluhan lukisan yang terpajang di dinding ruang tertutup lantai II Anjungan Kampar, komplek Bandar Seni Raja Alihaji (Bandar Serai). Saat pembukaan Jumat malam (15/4/2022), lukisan karya Nuraini asal Sungai Apit, Kabupaten Siak ini, terjual.
Lukisan Nuraini berukuran 60×80 cm atau lukisan lainnya ini dipajang dalam pameran yang ditaja Galeri Hang Nadim (GHN). Setiap lukisan memiliki ukuran dan pesan berbeda-beda. Tapi yang jelas tersusun rapi di dinding-dinding bangunan itu.
Masyarakat pun berbondong-bondong menuju ruangan ini. Selain bisa melihat dari dekat, pengunjung juga bisa bertanya langsung kepada pelukisnya jika sedang berada di sana. Keindahan lukisan ini bisa dinikmati selama beberapa bulan ke depan.
Nuraini mengaku bangga dan senang bisa ikut dalam pameran ini. Apalagi satu-satunya karya yang diikutkan, langsung dibeli Kepala Dinas Pariwisata Riau saat pembukaan.
‘’Alhamdulillah, bangga bisa ikut pameran, meski hanya ada satu lukisan saya. Apalagi langsung dibeli Pak Kadis Pariwisata Riau. Semoga lukisan yag lain juga demikian,’’ kata Nur yang sudah melukis sejak duduk di bangku SMA.
Nur sendiri pernah dua kali ikut pameran kaligrafi se ASEAN pada tahun 2021 dan kaligrafi kontemporer internasional tahun 2022 yang saat ini sedang berlangsung. Kemudian beberapa kali ikut pameran di Pekanbaru, yakni di GHN.
Menurut Nur, tantangan terbesar bagi para pelukis saat ini, yakni, susahnya memikat kesadaran masyarakat untuk mengapresiasi sebuah karya lukis. Dengan demikian, minat konsumsi otomatis rendah, yang berpengaruh pada rendahnya hasil produksi.
‘’Mungkin bisa mewakili harapan dari kawan-kawan lain, terutama bidang kaligrafi ni, bahwa, kami berharap pemerintah bisa menyediakan pasar untuk kelola karya agar masyarakat luas lebih mengenal karya seni kaligrafi. Kalau kenal, maka akan tumbuh rasa minat terhadap kaligrafi ni,’’ harapnya.
Ada 12 perupa Riau yang mengikuti pameran kaligrafi kontemporer lintas aliran dan generasi tersebut. Selain Nuraini ada satu perupa dari Rohul, Rohil dan Kuansing. Sedang dari Pekanbaru ada delapan, yakni, Titof Emmy Kadir, Elfataya Solehati, Hidayat S, Hasanah Ibnu Mubarak, Junaidi Syam, Khalil Zuhdy, Muhammad Rafles, Saridan dan Thofan Ja.
Pameran Kaligrafi Kontemporer Riau ini merupakan pameran yang keempat yang ditaja oleh Galeri Hang Nadim setelah Pameran Rudraka I (Januari 2020), Pameran Komik Yong Dolah (Februari 2020) dan Pameran Rudraka II (Maret 2020).
Kepala GHN, Furqon Elwe, mengatakan, kegiatan pameran ini merupakan yang keempat, setelah GHN vakum pada tahun 2021 karena pandemi.
‘’Pameran diadakan selama satu bulan, 15 April-15 Mei. Tapi dilanjut dua bulan lagi sebagai konsinyasi karya di GHN. Nah, selama pameran satu bulan itu, terbuka untuk umum hanya pada malam pembukaan. Selebihnya pameran untuk undangan khusus GHN maupun kunjungan-kunjungan yang memang diagendakan oleh GHN,’’ kata Furqon.
Giat pameran ini sudah dipersiapkan sejak beberapa hari sebelumnya. Perupa dari daerah juga sudah bersiap sehingga pas malam pembukaan, semua lukisan sudah bisa dinikmati pengunjung.
Kurator GHN Fachrozi Amri, mengatakan, lukisan yang dipamerkan selain lukisan kaligrafi juga ada lukisan yang biasa ditemui dalam lomba kaligrafi saat pelaksanaan MTQ.
“Karya yang dipamerkan selain lukisan kaligrafi, juga kaligrafi yang biasa ditemui pada lomba kaligrafi di MTQ, mushaf, hingga kriya,” kata pria yang disapa Ozi ini.
Mengundang Kagum
Pameran kaligarfi kontemporer ini sempat mengundang kagum para pengunjung, salah satunya Kepala Dinas Pariwisata Riau, Roni Rakhmat, yang membuka pameran tersebut. Ia banyak menanyakan perihal lukisan kepada panitia mulai dari makna hingga harga jual. Dari sekian banyak lukisan yang menarik perhatiannya, akhirnya pilihan jatuh pada lukisan karya Nur’aini. Menurutnya, nukilan ayat dari Surat Arrahman itu sangat indah dan unik.
‘’Saya tertarik dengat nukilan ayat dari Surat Ar-Rahman ini,” kata Roni.
Pria yang dikenal dengan Wak Mamat ini menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas helat yang sudah dibuat tersebut. Bahkan, atas nama pemerintah, ia mengaku mendukung. Bukan hanya pameran ini, tapi setiap iven seni budaya yang ditaja oleh siapapun.
“Kami mewakili pemerintah daerah tentu mendukung kegiatan ini. Walaupun tidak semua iven percabangan seni yang bisa didukung karena keterbatasan anggaran. Tapi kami sangat mengapresiasi upaya GHN yang menaja pameran ini dengan inovasi manajemen yang lebih baik dan mengikuti perkembangan zaman,” kata Roni pada pembukaan pameran itu.(hbk)
Laporan KUNNI MASROHANTI, Pekanbaru