Sabtu, 23 November 2024
spot_img

IDI Usul Naikkan Level PPKM

JAKARTA (RIAUPOS.CO)   – Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Faqih menyatakan, untuk pencegahan kasus penularan Covid-19, pemerintah perlu memikirkan opsi peningkatan level PPKM. Langkah tersebut diperlukan untuk menekan mobilitas masyarakat yang saat ini sangat tinggi.

"Harus mulai direncanakan untuk membatasi mobilitas. Kalau tidak, meskipun ini (Omicron, red) ringan, kecepatan penularannya tinggi," ujarnya dalam diskusi, Sabtu (15/1).

Berdasar data yang dimiliki satgas, mayoritas yang terpapar Omicron merupakan kelompok usia produktif. Hal itu mengindikasikan bahwa faktor mobilitas sangat berperan dalam peningkatan kasus. "Usia (produktif, red) begitu dari segi daya tahan tubuh tidak lebih jelek dari lansia komorbid. Itu lebih ke arah mobilitasnya yang tinggi," tutur Daeng.

Karena itu, dia menyarankan agar opsi pengetatan level PPKM mulai dikaji. Selain di dalam negeri, Daeng juga mengusulkan agar pintu masuk dari luar negeri lebih diperketat. Sebab, meskipun saat ini sudah ditemukan kasus dengan transmisi lokal, secara keseluruhan keterpaparan Omicron didominasi imported case.

Baca Juga:  Baznas Siak Diminta Bantu Masyarakat Tak Punya NIK

Faktanya, lanjut dia, saat ini 75 persen kasus Omicron berasal dari luar negeri. Karena itu, opsi pengetatan di pintu masuk tidak bisa dihindari. "Kalau enggak, nanti volumenya bertambah lagi. Meski sekarang sudah transmisi lokal, kalau volume yang dari luar lebih banyak, itu bisa lebih masif," ungkapnya.

Kemudian, untuk antisipasi situasi terburuk, IDI merekomendasikan persiapan perluasan tempat isolasi terpadu. Dengan gejala yang relatif ringan, pihaknya memprediksi keperluan tempat isolasi akan jauh lebih besar dari rumah sakit. Terlebih jika muncul kepanikan di masyarakat.

Belajar dari kasus varian Delta sebelumnya, mayoritas yang terpapar menginginkan mendapat perawatan khusus. "Masyarakat diminta di rumah saja, kadang-kadang enggak bisa. Jika dia merasa sakit, kecenderungannya mencari tempat pelayanan," terangnya.

Baca Juga:  Grogi Belajar di Polsek

Untuk kesiapan tenaga medis sendiri, sebut Daeng, pihaknya bersama organisasi profesi lainnya sudah memberikan arahan untuk mempersiapkan diri. Dengan memperkuat pelayanan akan potensi peningkatan kasus.

Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi Tjandra Yoga Aditama sepakat jika upaya antisipasi dipersiapkan lebih matang. Mapannya persiapan tak hanya bertujuan untuk memastikan korban terpapar bisa ditangani, tapi juga memastikan tidak menularkan ke yang lain.

"Kalau kewalahan, pelayanan maksimal juga sulit dilakukan," ujarnya.

Agar penanganan optimal, pihaknya mengusulkan rumah sakit menjadi lokasi prioritas isolasi. Sedangkan tempat isolasi di luar rumah sakit bisa digunakan jika situasi sudah penuh. Kalaupun harus terpaksa isolasi atau karantina di rumah, Tjandra mengusulkan agar lokasinya dipastikan layak dan memenuhi sejumlah kriteria. Antara lain, ada ruangan khusus karantina, keluarga bisa menangani, ada pengawasan petugas kesehatan, hingga faktor keamanan terjamin.(tau/far/c9/oni/jpg)

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO)   – Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Faqih menyatakan, untuk pencegahan kasus penularan Covid-19, pemerintah perlu memikirkan opsi peningkatan level PPKM. Langkah tersebut diperlukan untuk menekan mobilitas masyarakat yang saat ini sangat tinggi.

"Harus mulai direncanakan untuk membatasi mobilitas. Kalau tidak, meskipun ini (Omicron, red) ringan, kecepatan penularannya tinggi," ujarnya dalam diskusi, Sabtu (15/1).

- Advertisement -

Berdasar data yang dimiliki satgas, mayoritas yang terpapar Omicron merupakan kelompok usia produktif. Hal itu mengindikasikan bahwa faktor mobilitas sangat berperan dalam peningkatan kasus. "Usia (produktif, red) begitu dari segi daya tahan tubuh tidak lebih jelek dari lansia komorbid. Itu lebih ke arah mobilitasnya yang tinggi," tutur Daeng.

Karena itu, dia menyarankan agar opsi pengetatan level PPKM mulai dikaji. Selain di dalam negeri, Daeng juga mengusulkan agar pintu masuk dari luar negeri lebih diperketat. Sebab, meskipun saat ini sudah ditemukan kasus dengan transmisi lokal, secara keseluruhan keterpaparan Omicron didominasi imported case.

- Advertisement -
Baca Juga:  Turbin Pesawat Ditemukan, Dibawa ke JICT 2 Tanjung Priok

Faktanya, lanjut dia, saat ini 75 persen kasus Omicron berasal dari luar negeri. Karena itu, opsi pengetatan di pintu masuk tidak bisa dihindari. "Kalau enggak, nanti volumenya bertambah lagi. Meski sekarang sudah transmisi lokal, kalau volume yang dari luar lebih banyak, itu bisa lebih masif," ungkapnya.

Kemudian, untuk antisipasi situasi terburuk, IDI merekomendasikan persiapan perluasan tempat isolasi terpadu. Dengan gejala yang relatif ringan, pihaknya memprediksi keperluan tempat isolasi akan jauh lebih besar dari rumah sakit. Terlebih jika muncul kepanikan di masyarakat.

Belajar dari kasus varian Delta sebelumnya, mayoritas yang terpapar menginginkan mendapat perawatan khusus. "Masyarakat diminta di rumah saja, kadang-kadang enggak bisa. Jika dia merasa sakit, kecenderungannya mencari tempat pelayanan," terangnya.

Baca Juga:  Baznas Siak Diminta Bantu Masyarakat Tak Punya NIK

Untuk kesiapan tenaga medis sendiri, sebut Daeng, pihaknya bersama organisasi profesi lainnya sudah memberikan arahan untuk mempersiapkan diri. Dengan memperkuat pelayanan akan potensi peningkatan kasus.

Direktur Pascasarjana Universitas Yarsi Tjandra Yoga Aditama sepakat jika upaya antisipasi dipersiapkan lebih matang. Mapannya persiapan tak hanya bertujuan untuk memastikan korban terpapar bisa ditangani, tapi juga memastikan tidak menularkan ke yang lain.

"Kalau kewalahan, pelayanan maksimal juga sulit dilakukan," ujarnya.

Agar penanganan optimal, pihaknya mengusulkan rumah sakit menjadi lokasi prioritas isolasi. Sedangkan tempat isolasi di luar rumah sakit bisa digunakan jika situasi sudah penuh. Kalaupun harus terpaksa isolasi atau karantina di rumah, Tjandra mengusulkan agar lokasinya dipastikan layak dan memenuhi sejumlah kriteria. Antara lain, ada ruangan khusus karantina, keluarga bisa menangani, ada pengawasan petugas kesehatan, hingga faktor keamanan terjamin.(tau/far/c9/oni/jpg)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari