Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Perubahan Cuaca Ekstrem Bakal Terjadi di Indonesia

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Indonesia akan menghadapi perubahan cuaca ekstrim akibat perubahan iklim dunia. Kondisi ini bisa menimbulkan bencana alam yang lebih besar dibanding sebelumnya.

Laporan Organisasi Meteorologi Dunia yang mengatakan panas bumi terus meningkat juga berimbas untuk Indonesia. BKMG mencatat pada 2019 merupakan  tahun terpanas kedua setelah 2016 di Indonesia.

Deputi Bidang Klimatologi, Herizal, dengan peningkatan 0,84 derajat Celsius di atas rata-rata iklim 1981–2000, emisi gas rumah kaca (GRK) terukur di Stasiun GAW BMKG Kototabang terus meningkat mencapai 408,2 ppm. 

"Meskipun masih relatif lebih rendah dari GRK global, jumlah kejadian bencana hidrometeorologi  terus bertambah mencapai 3.362 kejadian,” ungkap  Herizal dalam keterangan yang diterima pada Rabu (15/7/2020).

Baca Juga:  Viscose Rayon Siap Go ke Pasar Global dan Domestik

Di sisi lain, perubahan iklim di Indonesia menunjukkan peningkatan suhu rata-rata yang signifikan di Jakarta. 

”Yaitu 1,6 derajat Celsius dari 1866 hingga 2012. Laju peningkatan ini cukup dapat dibandingkan dengan hasil analisis Organisasi Meteorologi Dunia, yaitu kenaikan suhu global sebesar 1,1 derajat Celsius terhadap zaman pra-industri (1850–1900) sebagai garis dasar periode acuan perubahan iklim global,” terang Hirizal.

Perubahan tersebut, menurut dia, memicu dampak pada lingkungan. Seperti perubahan pola hujan dan peningkatan cuaca ekstrem. Di Indonesia, perubahan pola hujan ditandai peningkatan hujan di daerah di utara khatulistiwa. Hal itu menyebabkan iklim cenderung makin basah. 

Sementara di selatan khatulistiwa cenderung kering. Namun di banyak tempat ditemukan bukti bahwa hujan dalam kategori ekstrem terus meningkat kejadiannya.

Baca Juga:  Polda Riau Terima Bantuan Obat Pereda Covid-19 

Di Jakarta, data 130 tahun menunjukkan, frekuensi hujan ekstrem meningkat. Sekitar 10 persen intensitas hujan tertinggi di Jakarta (di atas 100 mm per hari) telah meningkat 14 persen akibat penambahan suhu per 1 derajat Celcius. 

”Tren cuaca ekstrem juga meningkat, ditandai dengan peningkatan frekuensi dan skala bencana hidrometeorologi,” tutur Herizal.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Hary B Koriun

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Indonesia akan menghadapi perubahan cuaca ekstrim akibat perubahan iklim dunia. Kondisi ini bisa menimbulkan bencana alam yang lebih besar dibanding sebelumnya.

Laporan Organisasi Meteorologi Dunia yang mengatakan panas bumi terus meningkat juga berimbas untuk Indonesia. BKMG mencatat pada 2019 merupakan  tahun terpanas kedua setelah 2016 di Indonesia.

- Advertisement -

Deputi Bidang Klimatologi, Herizal, dengan peningkatan 0,84 derajat Celsius di atas rata-rata iklim 1981–2000, emisi gas rumah kaca (GRK) terukur di Stasiun GAW BMKG Kototabang terus meningkat mencapai 408,2 ppm. 

"Meskipun masih relatif lebih rendah dari GRK global, jumlah kejadian bencana hidrometeorologi  terus bertambah mencapai 3.362 kejadian,” ungkap  Herizal dalam keterangan yang diterima pada Rabu (15/7/2020).

- Advertisement -
Baca Juga:  Main Ponsel

Di sisi lain, perubahan iklim di Indonesia menunjukkan peningkatan suhu rata-rata yang signifikan di Jakarta. 

”Yaitu 1,6 derajat Celsius dari 1866 hingga 2012. Laju peningkatan ini cukup dapat dibandingkan dengan hasil analisis Organisasi Meteorologi Dunia, yaitu kenaikan suhu global sebesar 1,1 derajat Celsius terhadap zaman pra-industri (1850–1900) sebagai garis dasar periode acuan perubahan iklim global,” terang Hirizal.

Perubahan tersebut, menurut dia, memicu dampak pada lingkungan. Seperti perubahan pola hujan dan peningkatan cuaca ekstrem. Di Indonesia, perubahan pola hujan ditandai peningkatan hujan di daerah di utara khatulistiwa. Hal itu menyebabkan iklim cenderung makin basah. 

Sementara di selatan khatulistiwa cenderung kering. Namun di banyak tempat ditemukan bukti bahwa hujan dalam kategori ekstrem terus meningkat kejadiannya.

Baca Juga:  Pangeran Philip Dimakamkan 17 April, Megan Markle Dipastikan Tak Hadir

Di Jakarta, data 130 tahun menunjukkan, frekuensi hujan ekstrem meningkat. Sekitar 10 persen intensitas hujan tertinggi di Jakarta (di atas 100 mm per hari) telah meningkat 14 persen akibat penambahan suhu per 1 derajat Celcius. 

”Tren cuaca ekstrem juga meningkat, ditandai dengan peningkatan frekuensi dan skala bencana hidrometeorologi,” tutur Herizal.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Hary B Koriun

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari