Selasa, 8 April 2025
spot_img

Sebelum Vaksin Covid-19 Ditemukan, Status Lockdown Bakal Terus Berulang

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Setiap negara punya kebijakan masing-masing dalam menentukan situasi darurat di tengah pandemi Covid-19. Ada yang menerapkan lockdown atau penguncian, karantina wilayah, pembatasan sosial memutus mata rantai, semi lockdown, hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti di Indonesia.

Sebagai contoh di Singapura, status semi lockdown diisyaratkan bisa terus diperpanjang beberapa bulan sampai vaksin berhasil dikembangkan. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Saw Swee Hock, Singapura, Selasa (14/4) Profesor Teo Yik Ying, dalam webinar yang diselenggarakan oleh Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew (LKYSPP), mengatakan, usaha untuk menutup kantor dan sekolah dapat menyebabkan penularan di masyarakat lebih rendah dalam satu hingga dua minggu ke depan.

Baca Juga:  Kerusuhan Pecah di Penjara Ekuador, 43 Narapidana Mati Ditusuk

Tapi dikatakan, semua status itu dinilai akan terus berulang atau diperpanjang sampai vaksin Covid-19 ditemukan. Prof Teo mengatakan negara-negara di seluruh dunia telah membuat keputusan sepihak tentang kapan harus menutup dan membuka kembali perbatasan mereka. Dia mencontohkan China terbukti mengalami gelombang infeksi kedua setelah lockdown dibuka.

“Ini berarti bahwa pembatasan perbatasan di seluruh dunia harus tetap diberlakukan selama beberapa waktu,” katanya.

“Kalaupun dibuka kembali harus ada strategi jangka pendek seperti jaminin atau sertifikat kekebalan bebas virus corona agar bisa kembali bekerja,” jelas Prof Teo.

“Sebab situasi ini tidak hanya akan menjadi maraton, tetapi serangkaian sprint berulang,” katanya.

Hal senada diungkapkan profesor tamu LKYSPP Tikki Pangestu. Dia mengatakan, masih banyak yang tidak diketahui seputar penularan dan tingkat kematian sebenarnya dari virus corona.

Baca Juga:  Kadiskes Kampar Jamin Logistik untuk Isolasi Pasien Corona

“Standar tata kelola yang berbeda dan kurangnya koordinasi global juga membuat sulit untuk memperkirakan kapan pandemi akan berakhir,” katanya seperti dilansir dari AsiaOne, Rabu (15/4).

Ekonom Senior dan Direktur Pusat Penelitian Ekonomi dan Sosial di University of Southern California Associate Professor, Joanne Yoong, mengakui bahwa strategi ini menimbulkan tantangan ekonomi. Yang memperparah adalah keletihan psikologis yang terjadi ketika orang dipaksa untuk menahan kuncian yang panjang.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Setiap negara punya kebijakan masing-masing dalam menentukan situasi darurat di tengah pandemi Covid-19. Ada yang menerapkan lockdown atau penguncian, karantina wilayah, pembatasan sosial memutus mata rantai, semi lockdown, hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti di Indonesia.

Sebagai contoh di Singapura, status semi lockdown diisyaratkan bisa terus diperpanjang beberapa bulan sampai vaksin berhasil dikembangkan. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Saw Swee Hock, Singapura, Selasa (14/4) Profesor Teo Yik Ying, dalam webinar yang diselenggarakan oleh Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew (LKYSPP), mengatakan, usaha untuk menutup kantor dan sekolah dapat menyebabkan penularan di masyarakat lebih rendah dalam satu hingga dua minggu ke depan.

Baca Juga:  Lagi, Dua Pasangan Diduga Mesum Diamankan di Hotel

Tapi dikatakan, semua status itu dinilai akan terus berulang atau diperpanjang sampai vaksin Covid-19 ditemukan. Prof Teo mengatakan negara-negara di seluruh dunia telah membuat keputusan sepihak tentang kapan harus menutup dan membuka kembali perbatasan mereka. Dia mencontohkan China terbukti mengalami gelombang infeksi kedua setelah lockdown dibuka.

“Ini berarti bahwa pembatasan perbatasan di seluruh dunia harus tetap diberlakukan selama beberapa waktu,” katanya.

“Kalaupun dibuka kembali harus ada strategi jangka pendek seperti jaminin atau sertifikat kekebalan bebas virus corona agar bisa kembali bekerja,” jelas Prof Teo.

“Sebab situasi ini tidak hanya akan menjadi maraton, tetapi serangkaian sprint berulang,” katanya.

Hal senada diungkapkan profesor tamu LKYSPP Tikki Pangestu. Dia mengatakan, masih banyak yang tidak diketahui seputar penularan dan tingkat kematian sebenarnya dari virus corona.

Baca Juga:  Kerusuhan Pecah di Penjara Ekuador, 43 Narapidana Mati Ditusuk

“Standar tata kelola yang berbeda dan kurangnya koordinasi global juga membuat sulit untuk memperkirakan kapan pandemi akan berakhir,” katanya seperti dilansir dari AsiaOne, Rabu (15/4).

Ekonom Senior dan Direktur Pusat Penelitian Ekonomi dan Sosial di University of Southern California Associate Professor, Joanne Yoong, mengakui bahwa strategi ini menimbulkan tantangan ekonomi. Yang memperparah adalah keletihan psikologis yang terjadi ketika orang dipaksa untuk menahan kuncian yang panjang.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos
spot_img

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari

spot_img

Sebelum Vaksin Covid-19 Ditemukan, Status Lockdown Bakal Terus Berulang

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Setiap negara punya kebijakan masing-masing dalam menentukan situasi darurat di tengah pandemi Covid-19. Ada yang menerapkan lockdown atau penguncian, karantina wilayah, pembatasan sosial memutus mata rantai, semi lockdown, hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti di Indonesia.

Sebagai contoh di Singapura, status semi lockdown diisyaratkan bisa terus diperpanjang beberapa bulan sampai vaksin berhasil dikembangkan. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Saw Swee Hock, Singapura, Selasa (14/4) Profesor Teo Yik Ying, dalam webinar yang diselenggarakan oleh Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew (LKYSPP), mengatakan, usaha untuk menutup kantor dan sekolah dapat menyebabkan penularan di masyarakat lebih rendah dalam satu hingga dua minggu ke depan.

Baca Juga:  Sejumlah Ruas Jalan Provinsi Diperbaiki

Tapi dikatakan, semua status itu dinilai akan terus berulang atau diperpanjang sampai vaksin Covid-19 ditemukan. Prof Teo mengatakan negara-negara di seluruh dunia telah membuat keputusan sepihak tentang kapan harus menutup dan membuka kembali perbatasan mereka. Dia mencontohkan China terbukti mengalami gelombang infeksi kedua setelah lockdown dibuka.

“Ini berarti bahwa pembatasan perbatasan di seluruh dunia harus tetap diberlakukan selama beberapa waktu,” katanya.

“Kalaupun dibuka kembali harus ada strategi jangka pendek seperti jaminin atau sertifikat kekebalan bebas virus corona agar bisa kembali bekerja,” jelas Prof Teo.

“Sebab situasi ini tidak hanya akan menjadi maraton, tetapi serangkaian sprint berulang,” katanya.

Hal senada diungkapkan profesor tamu LKYSPP Tikki Pangestu. Dia mengatakan, masih banyak yang tidak diketahui seputar penularan dan tingkat kematian sebenarnya dari virus corona.

Baca Juga:  Kerusuhan Pecah di Penjara Ekuador, 43 Narapidana Mati Ditusuk

“Standar tata kelola yang berbeda dan kurangnya koordinasi global juga membuat sulit untuk memperkirakan kapan pandemi akan berakhir,” katanya seperti dilansir dari AsiaOne, Rabu (15/4).

Ekonom Senior dan Direktur Pusat Penelitian Ekonomi dan Sosial di University of Southern California Associate Professor, Joanne Yoong, mengakui bahwa strategi ini menimbulkan tantangan ekonomi. Yang memperparah adalah keletihan psikologis yang terjadi ketika orang dipaksa untuk menahan kuncian yang panjang.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Setiap negara punya kebijakan masing-masing dalam menentukan situasi darurat di tengah pandemi Covid-19. Ada yang menerapkan lockdown atau penguncian, karantina wilayah, pembatasan sosial memutus mata rantai, semi lockdown, hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti di Indonesia.

Sebagai contoh di Singapura, status semi lockdown diisyaratkan bisa terus diperpanjang beberapa bulan sampai vaksin berhasil dikembangkan. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Saw Swee Hock, Singapura, Selasa (14/4) Profesor Teo Yik Ying, dalam webinar yang diselenggarakan oleh Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew (LKYSPP), mengatakan, usaha untuk menutup kantor dan sekolah dapat menyebabkan penularan di masyarakat lebih rendah dalam satu hingga dua minggu ke depan.

Baca Juga:  Lagi, Dua Pasangan Diduga Mesum Diamankan di Hotel

Tapi dikatakan, semua status itu dinilai akan terus berulang atau diperpanjang sampai vaksin Covid-19 ditemukan. Prof Teo mengatakan negara-negara di seluruh dunia telah membuat keputusan sepihak tentang kapan harus menutup dan membuka kembali perbatasan mereka. Dia mencontohkan China terbukti mengalami gelombang infeksi kedua setelah lockdown dibuka.

“Ini berarti bahwa pembatasan perbatasan di seluruh dunia harus tetap diberlakukan selama beberapa waktu,” katanya.

“Kalaupun dibuka kembali harus ada strategi jangka pendek seperti jaminin atau sertifikat kekebalan bebas virus corona agar bisa kembali bekerja,” jelas Prof Teo.

“Sebab situasi ini tidak hanya akan menjadi maraton, tetapi serangkaian sprint berulang,” katanya.

Hal senada diungkapkan profesor tamu LKYSPP Tikki Pangestu. Dia mengatakan, masih banyak yang tidak diketahui seputar penularan dan tingkat kematian sebenarnya dari virus corona.

Baca Juga:  Para Pejuang demi Merdeka dari Covid-19

“Standar tata kelola yang berbeda dan kurangnya koordinasi global juga membuat sulit untuk memperkirakan kapan pandemi akan berakhir,” katanya seperti dilansir dari AsiaOne, Rabu (15/4).

Ekonom Senior dan Direktur Pusat Penelitian Ekonomi dan Sosial di University of Southern California Associate Professor, Joanne Yoong, mengakui bahwa strategi ini menimbulkan tantangan ekonomi. Yang memperparah adalah keletihan psikologis yang terjadi ketika orang dipaksa untuk menahan kuncian yang panjang.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari