Jumat, 20 September 2024

Saluran Air Terlalu Kecil dan Tersumbat Sampah

Persoalan banjir di Kota Pekanbaru lebih banyak disebabkan oleh ukuran saluran air, baik gorong-gorong (box culvert) maupun drainase yang terlalu kecil. Juga disebabkan oleh sampah yang menghambat aliran air di saluran.

Laporan HENDRAWAN KARIMAN, Pekanbaru

Titik banjir parah lainnya di Kota Pekanbaru adalah di Simpang Tobek Godang, persimpangan Jalan HR Subrantas dan Jalan SM Amin. Aliran air di sekitar simpang Tobek Godang ini sendiri berasal dari sisi utara Jalan Subrantas. Air ini mengalir ke parit dengan lebar sekitar 2 meter di Jalan Soebrantas dari arah Timur, dan juga air dari arah Barat lewat parit dengan lebar sekitar 1,2 meter.  

Aliran air tersebut kemudian diseberangkan dengan box culvert menuju ke Selatan. Hanya saja, sebut Ikhsan, box culvert tersebut terlalu kecil. Diameternya yang hanya sekitar 1,6 meter dan tidak lagi mampu menampung debit air yang begitu besar di kawasan persimpangan sibuk tersebut.  

- Advertisement -

"Demikian pula dengan saluran terusannya yang juga kecil, hanya berdiameter 1,5 meter menuju Waduk Cipta Karya. Hasil analisis menunjukkan bahwa box culvert dan saluran terusannya haruslah dengan lebar minimal 3 meter atau dua kali ukuran yang sekarang.  Inilah yang menyebabkan kenapa daerah ini mudah tergenang ketika hujan sebentar saja," jelas praktisi tata kota sekaligus salah seorang perancang master plan penanganan banjir Kota Pekanbaru Dr Muhammad Ikhsan, Ahad (12/12).

Ikhsan menyebutkan, Jalan Subrantas ini merupakan kewenangan provinsi, hingga untuk perluasan atau penggantian box culvert-nya bisa dibantu dengan anggaran provinsi.  Meskipun demikian, saluran terusannya menuju ke Waduk Cipta Karya dengan panjang sekitar 1 km, harus diurus juga. Hal ini supaya tuntas alirannya sampai ke waduk.

- Advertisement -
Baca Juga:  Resufle Kabinet Kado Tahun Baru Jokowi

Pantauan Riau Pos, drainase aliran air menuju Waduk Cipta Karya ini menemui banyak hambatan. Yang paling mudah dilihat, drainase sepanjang 500 meter terakhir menjelang menuju ke waduk. Ada dua titik kerusakan di sini, berupa reruntuhan tembok beton yang memenuhi aliran air. Bahkan pada satu titik, di Gang Damai, Jalan Cipta Karya, reruntuhan dinding beton drainase sampai menutup 50 persen aliran.

Banjir Jalan Arifin Ahmad
Bila tidak tepat disebut banjir, maka rendaman sepanjang Jalan Arifin Ahmad ini adalah genangan air yang terjadi di banyak titik sekaligus bila hujan lebat turun. Permasalahan genangan di kawasan ini juga masalah umum yang terjadi di Kota Pekanbaru, yaitu gorong-gorong atau box culvert.

Titik masalahnya adalah gorong-gorong yang menjadi jembatan untuk lewat kendaraan menuju ruko atau bangunan yang ada di pinggir jalan. Gorong-gorong dimanapun di Pekanbaru yang bersepadan dengan ruko, rentan mengalami menyempit. Pada beberapa kasus, gorong-gorong di Jalan Arifin Ahmad terlalu kecil ukurannya. Sehingga menghambat aliran.

Ikhsan menyebutkan, masalah gorong-gorong terlalu kecil ini hampir umum terjadi di sepanjang jalan Arifin Ahmad. Selain itu, tiang-tiang jembatan yang dipasang di tengah-tengah parit atau saluran juga menghambat aliran.

"Tiang-tiang jembatan yang dibangun di tengah aliran air ini bisa menyebabkan sampah mudah menyangkut di sana.  Hal ini diperparah pula dengan tebalnya sedimentasi. Maka sampah dan sedimentasi inilah yang menjadi penghalang aliran air," kata Ikhsan.  

Hambatan sedimentasi dan sampah di aliran air di Jalan Arifin Ahmad ini menyebabkan drainase di sana tidak mampu menampung debit air yang cukup besar saat hujan lebat turun. Maka solusi satu-satunya agar jalan yang menjadi pusat bisni baru di Kota Pekanbaru ini tidak digenangi air, adalah melakukan pelebaran pada seluruh gorong-gorong yang sempit tersebut. Termasuk melakukan pembersihan sampah dan sedimentasi, agar air tidak melimpah ke badan jalan.

Baca Juga:  Kejagung Periksa Eks Dirut Jiwasraya di Gedung KPK

Banjir Kawasan Jalan Darma Bakti
Aliran air yang menyebabkan banjir di sekitar Jalan Dharma Bakti (Sigunggung) berasal dari kawasan di atasnya, yaitu wilayah selatan Jalan Dharma Bakti.

Situasi banjir di kawasan ini seharusnya, kata Ikhsan, selesai dengan sebuah box culvert berukuran besar. Namun box culvert yang menyeberangkan air itu hanya berukuran 1,5 meter.

Selain itu, terdapat halangan balok di mulut box culvert, yang menghambat aliran air.

Selain itu, ukuran saluran terusannya dengan lebar antara 1,2 sampai 1,3 meter terlalu kecil untuk mengalirkan air yang debitnya besar.

"Diperlukan lebar saluran sekitar 3 meter untuk mengalirkan air dengan baik," kata Ikhsan.  

Sementara itu, saluran air yang terdapat di Gang Permata I dan sekitar Jalan Guru juga perlu diperlebar dengan ukuran 3 meter ini. 

Wilayah rawa-rawa di terusan Jalan Guru dan Gang Permata I itu perlu dibentuk alirannya.

Di sini menurut Ikhsan perlu dibuat waterpond atau semacam waduk kecil bila memungkinkan.

Banjir di kawasan ini harus masuk prioritas, karena selain merendam pemukiman, banjir ini juga merendam jalan.

Banjir di kawasan ini sudah terjadi setiap tahun. Hanya perlu hujan lebat untuk merendam kawasan yang berada di Kecamatan Payung Sekaki ini.

Total ada delapan titik banjir di kawasan ini, dengan titik terdalam banjir bisa mencapai 1,5 meter seperti dicatat BPBD Kota Pekanbaru pada Maret 2021 lalu.(bersambung)

 

Persoalan banjir di Kota Pekanbaru lebih banyak disebabkan oleh ukuran saluran air, baik gorong-gorong (box culvert) maupun drainase yang terlalu kecil. Juga disebabkan oleh sampah yang menghambat aliran air di saluran.

Laporan HENDRAWAN KARIMAN, Pekanbaru

Titik banjir parah lainnya di Kota Pekanbaru adalah di Simpang Tobek Godang, persimpangan Jalan HR Subrantas dan Jalan SM Amin. Aliran air di sekitar simpang Tobek Godang ini sendiri berasal dari sisi utara Jalan Subrantas. Air ini mengalir ke parit dengan lebar sekitar 2 meter di Jalan Soebrantas dari arah Timur, dan juga air dari arah Barat lewat parit dengan lebar sekitar 1,2 meter.  

Aliran air tersebut kemudian diseberangkan dengan box culvert menuju ke Selatan. Hanya saja, sebut Ikhsan, box culvert tersebut terlalu kecil. Diameternya yang hanya sekitar 1,6 meter dan tidak lagi mampu menampung debit air yang begitu besar di kawasan persimpangan sibuk tersebut.  

"Demikian pula dengan saluran terusannya yang juga kecil, hanya berdiameter 1,5 meter menuju Waduk Cipta Karya. Hasil analisis menunjukkan bahwa box culvert dan saluran terusannya haruslah dengan lebar minimal 3 meter atau dua kali ukuran yang sekarang.  Inilah yang menyebabkan kenapa daerah ini mudah tergenang ketika hujan sebentar saja," jelas praktisi tata kota sekaligus salah seorang perancang master plan penanganan banjir Kota Pekanbaru Dr Muhammad Ikhsan, Ahad (12/12).

Ikhsan menyebutkan, Jalan Subrantas ini merupakan kewenangan provinsi, hingga untuk perluasan atau penggantian box culvert-nya bisa dibantu dengan anggaran provinsi.  Meskipun demikian, saluran terusannya menuju ke Waduk Cipta Karya dengan panjang sekitar 1 km, harus diurus juga. Hal ini supaya tuntas alirannya sampai ke waduk.

Baca Juga:  Keputusan Awal Puasa Malam Nanti

Pantauan Riau Pos, drainase aliran air menuju Waduk Cipta Karya ini menemui banyak hambatan. Yang paling mudah dilihat, drainase sepanjang 500 meter terakhir menjelang menuju ke waduk. Ada dua titik kerusakan di sini, berupa reruntuhan tembok beton yang memenuhi aliran air. Bahkan pada satu titik, di Gang Damai, Jalan Cipta Karya, reruntuhan dinding beton drainase sampai menutup 50 persen aliran.

Banjir Jalan Arifin Ahmad
Bila tidak tepat disebut banjir, maka rendaman sepanjang Jalan Arifin Ahmad ini adalah genangan air yang terjadi di banyak titik sekaligus bila hujan lebat turun. Permasalahan genangan di kawasan ini juga masalah umum yang terjadi di Kota Pekanbaru, yaitu gorong-gorong atau box culvert.

Titik masalahnya adalah gorong-gorong yang menjadi jembatan untuk lewat kendaraan menuju ruko atau bangunan yang ada di pinggir jalan. Gorong-gorong dimanapun di Pekanbaru yang bersepadan dengan ruko, rentan mengalami menyempit. Pada beberapa kasus, gorong-gorong di Jalan Arifin Ahmad terlalu kecil ukurannya. Sehingga menghambat aliran.

Ikhsan menyebutkan, masalah gorong-gorong terlalu kecil ini hampir umum terjadi di sepanjang jalan Arifin Ahmad. Selain itu, tiang-tiang jembatan yang dipasang di tengah-tengah parit atau saluran juga menghambat aliran.

"Tiang-tiang jembatan yang dibangun di tengah aliran air ini bisa menyebabkan sampah mudah menyangkut di sana.  Hal ini diperparah pula dengan tebalnya sedimentasi. Maka sampah dan sedimentasi inilah yang menjadi penghalang aliran air," kata Ikhsan.  

Hambatan sedimentasi dan sampah di aliran air di Jalan Arifin Ahmad ini menyebabkan drainase di sana tidak mampu menampung debit air yang cukup besar saat hujan lebat turun. Maka solusi satu-satunya agar jalan yang menjadi pusat bisni baru di Kota Pekanbaru ini tidak digenangi air, adalah melakukan pelebaran pada seluruh gorong-gorong yang sempit tersebut. Termasuk melakukan pembersihan sampah dan sedimentasi, agar air tidak melimpah ke badan jalan.

Baca Juga:  Kejagung Periksa Eks Dirut Jiwasraya di Gedung KPK

Banjir Kawasan Jalan Darma Bakti
Aliran air yang menyebabkan banjir di sekitar Jalan Dharma Bakti (Sigunggung) berasal dari kawasan di atasnya, yaitu wilayah selatan Jalan Dharma Bakti.

Situasi banjir di kawasan ini seharusnya, kata Ikhsan, selesai dengan sebuah box culvert berukuran besar. Namun box culvert yang menyeberangkan air itu hanya berukuran 1,5 meter.

Selain itu, terdapat halangan balok di mulut box culvert, yang menghambat aliran air.

Selain itu, ukuran saluran terusannya dengan lebar antara 1,2 sampai 1,3 meter terlalu kecil untuk mengalirkan air yang debitnya besar.

"Diperlukan lebar saluran sekitar 3 meter untuk mengalirkan air dengan baik," kata Ikhsan.  

Sementara itu, saluran air yang terdapat di Gang Permata I dan sekitar Jalan Guru juga perlu diperlebar dengan ukuran 3 meter ini. 

Wilayah rawa-rawa di terusan Jalan Guru dan Gang Permata I itu perlu dibentuk alirannya.

Di sini menurut Ikhsan perlu dibuat waterpond atau semacam waduk kecil bila memungkinkan.

Banjir di kawasan ini harus masuk prioritas, karena selain merendam pemukiman, banjir ini juga merendam jalan.

Banjir di kawasan ini sudah terjadi setiap tahun. Hanya perlu hujan lebat untuk merendam kawasan yang berada di Kecamatan Payung Sekaki ini.

Total ada delapan titik banjir di kawasan ini, dengan titik terdalam banjir bisa mencapai 1,5 meter seperti dicatat BPBD Kota Pekanbaru pada Maret 2021 lalu.(bersambung)

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari