JAKARTA(RIAUPOS.CO)– Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Nadiem Makarim memiliki trobosan baru untuk dunia pendidikan. Sebab, Ujian Nasional (UN) ditiadakan pada 2021. UN akan diganti dengan asesemen kompetisi minimum dan survei karakter.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Ade Erlangga Masdiana mengatakan adanya penghapusan UN ini berdasarkan beberapa masukan dari banyak pihak. “Ini masukan dari LSM, pemangku kebijakan, masukan dari para eselon,†ujar Erlangga dalam diskusi di kawan Menteng, Jakarta, Sabtu (14/12).
Erlangga mengatakan, Mendikbud Nadiem Makarim menginginkan tidak ada lagi siswa yang gusar adanya UN ini. Mendikbud ingin melihat anak-anak bahagia di sekolah. Terlabih tidak ada kegusaran lagi bagi para orang tua murid.
“Jadi ingin meciptakan di sekolah suasana happy, karena pendiikan harus meciptakan suasan bahagia bagi siswa, guru dan orang tua,†ungkapnya.
Erlangga mengatakan dari dulu sudah banyak yang mengkritik standar kelulusan siswa dengan adanya UN ini. Sehingga banyak siswa yang menjadi stres karena menganggap UN itu momok yang menakutkan. “Jadi orangtua stres anaknya juga, dan guru juga ditekan supaya anak berprestasi,†ungkapnya.
Sekadar informasi, Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan UN hanya akan ada di 2020. Setelah itu formatnya akan diganti. Sehingga di 2021 tidak lagi ada UN. “Pada tahun 2021 UN akan diganti menjadi asesemen kompetisi minimum dan survei karakter,†ujar Nadiem.
Nadiem menjelaskan kenapa UN tetap dilakukan sampai dengan 2020. Alasannya karena sudah dilakukan persiapan adanya pelaksanaan UN tersebut. Sehingga tidak bisa serta merta dihapus. Sementara sudah ada persiapan.
Alasan UN diganti karena berdasarkan survei dan diskusi dari beberapa pihak termasuk juga dengan orang tua siswa. Hasilnya adalah tidak baik. Karena siswa fokusnya menghapal materi yang telah dipelajari. Adanya UN ini juga menurut Nadiem belum menyentuh kepada karakter siswa.
Sehingga Nadiem menilai UN hanya akan ada sampai 2020. Setelah itu asesemen kompetisi minimum dan survei karakter‎ yang akan diterapkan. “Jadi memang belum menyentuh karekter siswa secara holistik,†tuturnya.
Editor : Deslina
Sumber: Jawapos.com