Jumat, 22 November 2024

Tanpa Pemain Madrid, Ada Apa dengan Enrique?

- Advertisement -

Catatan Hary B Koriun

SAAT memutuskan tak membawa satu pun pemain Real Madrid ke dalam skuad yang dibawa ke Piala Eropa 2020 (2021), mungkin Luis Enrique lupa bahwa dia pernah berseragam tim terbaik dunia itu. Jika hatinya memang tertanam hanya mengingat Barcelona, maka kenangan saat membela Madrid di periode 1991-1996 (bermain 157 nebcetak 15 gol) benar-benar dimusnahkanya.

- Advertisement -

Itu mungkin memang sangat manusiawi, mengingat Enrique menghabiskan karir 8 tahunnya bersama El Barca (1996-2004) dengan mencetak 73 gol dari 207 pertandingan. Ditambah lagi, dia memainkan peran penting sebagai pelatih dengan berbagai prestasi di periode 2014-2017 yang penuh kegemilangan.

Tetapi, benarkah keputusannya tanpa membawa satu pun pemain Madrid hanya karena sentimen pribadi sebagai orang yang lebih mencintai Barcelona ketimbang Madrid yang juga pernah dibelanya? Pertanyaan ini memang agak subjektif –mungkin malah menuduh– tanpa melihat sisi lain yang mungkin berada di luar jangkauan para Madridista.

Pada kenyataannya, skuad La Furia Roja memang tidak didominasi oleh pemain-pemain Barca. Hanya ada tiga pemain dari klub Catalunya itu yang dibawa: Sergio Busquets –yang diangkat menjadi kapten tapi sekarang masih isolasi karena terpapar corona–, kemudian Jordi Alba, dan gelandang menyerang muda, Pedri. Namun dalam presentasi skuad, tiga pemain ini memang membuat pemain Barcelona paling banyak dalam tim besama Manchester City.

- Advertisement -

Selebihnya, skuad yang dibawa Enrique sangat beragam dari banyak klub: Manchester City (Aymeric Laporte, Ferran Torres, dan Eric Garcia), Villarreal (Pau Torres dan Gerard Moreno), Manchester United (David de Gea), Leeds United (Diego Llorente), Atletic Bilbao (Unai Simon), Brighton & Hove Albion (Roberto Sanchez), dan Valencia (Jose Gaya).

Kemudian Chelsea (Cesar Azpilicueta), Atletico Madrid (Marcos Llorente dan Koke), Paris SG (Pablo Sarabia), Wolves (Adama Traore), Juventus (Alvaro Morata), Real Sociedad (Mikel Oyarzabal), Liverpool (Thiago Alcantara), Dani Olmo (RB Leipzig), dan Napoli (Fabian Ruiz).

Yang menarik –ini masih soal pilihan yang tak menyertakan Madrid– saat Busquet dan Diego Llorente positif corona, Enrique juga mengensampingkan pemain-pemain Madrid saat memanggil lima pemain cadangan untuk bersiap. Tak ada nama Sergio Ramos, Nacho Fernandez, atau Marco Assensio dalam daftar cadangan itu. Mereka yang dipanggil adalah Kepa Arrizabalaga (Chelsea), Raul Albiol (Villareal), Rodrigo Moreno (Leeds), Pablo Fotnals (Villareal), Carlos Soler (Valencia), dan Brais Mendez (Celta Vigo).

Baca Juga:  TKA Cina Dominasi Perusahaan Plastik

Tak pantaskah pemain-pemain Madrid berada dalam tim ini, termasuk sebagai cadangan jika terjadi apa-apa? Tak pantaskan pemain-pemain yang ikut bertarung memperebutkan gelar La Liga hingga pertandingan terakhir –dan kemudian berada di posisi runner-up—menjadi bagian dari sebuah tim yang dipersiapkan untuk kejuaraan sebesar Piala Eropa? Apakah Enrique menutup mata begitu heroiknya Nacho yang bisa bermain di banyak poisisi di pertahanan, atau Assensio yang bermain baik, termasuk saat menyingkirkan Liverpool di Liga Champions?

Dengan skuad dari banyak klub seperti ini, Enrique memang dituntut bekerja keras memadukan mereka dalam satu kesatuan. Ini tentu berbeda ketika Spanyol mayoritas dihuni pemain-pemain dari Barcelona, Madrid, atau Atletico, yang tinggal memadukan. Chemistry inilah yang banyak diragukan karena dengan pemain dari banyak klub dan sebagian mereka belum punya pengalaman bermain di kejuaraan major, Spanyol ditakutkan akan grogi.

Memang, yang dihadapi di penyisihan Grup E adalah tim-tim semenjana seperti Slovakia, Polandia, Swedia, tetapi tingkat kesulitan akan muncul saat memasuki fase gugur yang tak memberi ruang untuk memperbaiki kesalahan "di pertandingan selanjutnya". Sebab, kalah berarti gugur. Selesai. Tak ada replay lagi.

Enrique memang didukung oleh banyak orang dengan pilihannya tanpa pemain Madrid. Setidaknya, dua mantan pemain Barcelona, Luis Garcia Sanz dan Cesc Fabregas, ikut meyakinkan publik bahwa tanpa pemain Madrid, Spanyol tak akan mengalami kiamat, dan tetap akan berprestasi jauh di Piala Eropa 2020.

“Sergio Ramos adalah pemain hebat, pemimpin hebat, kapten panutan. Dia sudah bersama Spanyol dalam prestasi-prestasi tinggi dan membanggakan.Tetapi membawa pemain yang mudah cedera –bahkan musim ini dia banyak mengalami kesulitan—di kejuaraan besar ini sangat riskan. Saya kira Enrique sudah membuat perhitungan matang soal ini,” ujar Lusi Garcia, mantan pemain Barcelona dan Liverpool tersebut.

Baca Juga:  Suhartono Mendaftar ke PAN Siak sebagai Bakal Calon Wakil Bupati

Lalu, begini kata Fabregas: “Banyak orang yang mengatakan bahwa tanpa pemain Real Madrid, Spanyol akan kesulitan. Namun saya meyakini, dengan skuad yang dimiliki saat ini, Enrique bisa berprestasi tinggi. Pilihan pemain tidak seharusnya berasal dari klub mana, tetapi apa kontribusi yang diberikannya,” jelas mantan pemain Barcelona, Arsenal, dan kini di AS Monaco tersebut.

Saya tidak menampik bahwa pemain-pemain yang dipanggil Enrique itu layak masuk tim Spanyol, meski dalam beberapa kasus, ada beberapa pemain yang masih debatebel. Misalnya Pablo Sarabia yang tak menjadi pemain utama di Paris SG; Diego Llorente yang jarang dimainkan di Leeds; Adama Traore yang kinerjanya menurun drastis musim ini di Wolves; atau Alvaro Morata yang juga tak terlalu tajam di Juventus.

Dalam komposisi seperti itu, setidaknya Nacho dan Assensio –jika Ramos dianggap tak bugar meski Inggris tetap membawa Harry Maguire yang jelas-jelas masih pemulihan cedera–  pantas masuk dalam skuad Enrique. Jika Enrique mengatakan tak ada foktor subjektivitas dalam pemilihan pemain, maka nama-nama yang dianggap banyak orang tak pantas ada dalam tim mestinya juga tak dibawanya. Sebab, selain tanpa menyertakan pemain-pemain Madrid –dan ini sejarah pertama Spanyol di kejuaraan major— masih ada pemain bagus yang layak masuk tim. Misalnya Saul Niguez (Atletico Madrid), atau Iago Aspas (Celta Vigo).

Menghadapi Swedia Senin (14/6/2021) dini hari ini, akan menjadi ujian awal bagi Spanyol minus Madrid ini. Ini akan menjadi gambaran bagaimana Spanyol bermain dalam pertandingan selanjutnya. Swedia memang bukan lawan level atas, tetapi sepakbola selalu menawarkan hal-hal menarik yang kadang di luar prediksi.

Di samping keraguan atas skuad Spanyol di Piala Eropa 2020 ini, mungkin pertanyaan ini juga pantas disampaikan oleh para pendukung La Furia Roja atau Madrid: ada apa dengan Enrique?***

 

Catatan Hary B Koriun

SAAT memutuskan tak membawa satu pun pemain Real Madrid ke dalam skuad yang dibawa ke Piala Eropa 2020 (2021), mungkin Luis Enrique lupa bahwa dia pernah berseragam tim terbaik dunia itu. Jika hatinya memang tertanam hanya mengingat Barcelona, maka kenangan saat membela Madrid di periode 1991-1996 (bermain 157 nebcetak 15 gol) benar-benar dimusnahkanya.

- Advertisement -

Itu mungkin memang sangat manusiawi, mengingat Enrique menghabiskan karir 8 tahunnya bersama El Barca (1996-2004) dengan mencetak 73 gol dari 207 pertandingan. Ditambah lagi, dia memainkan peran penting sebagai pelatih dengan berbagai prestasi di periode 2014-2017 yang penuh kegemilangan.

Tetapi, benarkah keputusannya tanpa membawa satu pun pemain Madrid hanya karena sentimen pribadi sebagai orang yang lebih mencintai Barcelona ketimbang Madrid yang juga pernah dibelanya? Pertanyaan ini memang agak subjektif –mungkin malah menuduh– tanpa melihat sisi lain yang mungkin berada di luar jangkauan para Madridista.

- Advertisement -

Pada kenyataannya, skuad La Furia Roja memang tidak didominasi oleh pemain-pemain Barca. Hanya ada tiga pemain dari klub Catalunya itu yang dibawa: Sergio Busquets –yang diangkat menjadi kapten tapi sekarang masih isolasi karena terpapar corona–, kemudian Jordi Alba, dan gelandang menyerang muda, Pedri. Namun dalam presentasi skuad, tiga pemain ini memang membuat pemain Barcelona paling banyak dalam tim besama Manchester City.

Selebihnya, skuad yang dibawa Enrique sangat beragam dari banyak klub: Manchester City (Aymeric Laporte, Ferran Torres, dan Eric Garcia), Villarreal (Pau Torres dan Gerard Moreno), Manchester United (David de Gea), Leeds United (Diego Llorente), Atletic Bilbao (Unai Simon), Brighton & Hove Albion (Roberto Sanchez), dan Valencia (Jose Gaya).

Kemudian Chelsea (Cesar Azpilicueta), Atletico Madrid (Marcos Llorente dan Koke), Paris SG (Pablo Sarabia), Wolves (Adama Traore), Juventus (Alvaro Morata), Real Sociedad (Mikel Oyarzabal), Liverpool (Thiago Alcantara), Dani Olmo (RB Leipzig), dan Napoli (Fabian Ruiz).

Yang menarik –ini masih soal pilihan yang tak menyertakan Madrid– saat Busquet dan Diego Llorente positif corona, Enrique juga mengensampingkan pemain-pemain Madrid saat memanggil lima pemain cadangan untuk bersiap. Tak ada nama Sergio Ramos, Nacho Fernandez, atau Marco Assensio dalam daftar cadangan itu. Mereka yang dipanggil adalah Kepa Arrizabalaga (Chelsea), Raul Albiol (Villareal), Rodrigo Moreno (Leeds), Pablo Fotnals (Villareal), Carlos Soler (Valencia), dan Brais Mendez (Celta Vigo).

Baca Juga:  Titi Kamal Cari Les Snorkeling

Tak pantaskah pemain-pemain Madrid berada dalam tim ini, termasuk sebagai cadangan jika terjadi apa-apa? Tak pantaskan pemain-pemain yang ikut bertarung memperebutkan gelar La Liga hingga pertandingan terakhir –dan kemudian berada di posisi runner-up—menjadi bagian dari sebuah tim yang dipersiapkan untuk kejuaraan sebesar Piala Eropa? Apakah Enrique menutup mata begitu heroiknya Nacho yang bisa bermain di banyak poisisi di pertahanan, atau Assensio yang bermain baik, termasuk saat menyingkirkan Liverpool di Liga Champions?

Dengan skuad dari banyak klub seperti ini, Enrique memang dituntut bekerja keras memadukan mereka dalam satu kesatuan. Ini tentu berbeda ketika Spanyol mayoritas dihuni pemain-pemain dari Barcelona, Madrid, atau Atletico, yang tinggal memadukan. Chemistry inilah yang banyak diragukan karena dengan pemain dari banyak klub dan sebagian mereka belum punya pengalaman bermain di kejuaraan major, Spanyol ditakutkan akan grogi.

Memang, yang dihadapi di penyisihan Grup E adalah tim-tim semenjana seperti Slovakia, Polandia, Swedia, tetapi tingkat kesulitan akan muncul saat memasuki fase gugur yang tak memberi ruang untuk memperbaiki kesalahan "di pertandingan selanjutnya". Sebab, kalah berarti gugur. Selesai. Tak ada replay lagi.

Enrique memang didukung oleh banyak orang dengan pilihannya tanpa pemain Madrid. Setidaknya, dua mantan pemain Barcelona, Luis Garcia Sanz dan Cesc Fabregas, ikut meyakinkan publik bahwa tanpa pemain Madrid, Spanyol tak akan mengalami kiamat, dan tetap akan berprestasi jauh di Piala Eropa 2020.

“Sergio Ramos adalah pemain hebat, pemimpin hebat, kapten panutan. Dia sudah bersama Spanyol dalam prestasi-prestasi tinggi dan membanggakan.Tetapi membawa pemain yang mudah cedera –bahkan musim ini dia banyak mengalami kesulitan—di kejuaraan besar ini sangat riskan. Saya kira Enrique sudah membuat perhitungan matang soal ini,” ujar Lusi Garcia, mantan pemain Barcelona dan Liverpool tersebut.

Baca Juga:  KPK Panggil Tujuh Saksi Korupsi Jembatan WFC Bangkinang

Lalu, begini kata Fabregas: “Banyak orang yang mengatakan bahwa tanpa pemain Real Madrid, Spanyol akan kesulitan. Namun saya meyakini, dengan skuad yang dimiliki saat ini, Enrique bisa berprestasi tinggi. Pilihan pemain tidak seharusnya berasal dari klub mana, tetapi apa kontribusi yang diberikannya,” jelas mantan pemain Barcelona, Arsenal, dan kini di AS Monaco tersebut.

Saya tidak menampik bahwa pemain-pemain yang dipanggil Enrique itu layak masuk tim Spanyol, meski dalam beberapa kasus, ada beberapa pemain yang masih debatebel. Misalnya Pablo Sarabia yang tak menjadi pemain utama di Paris SG; Diego Llorente yang jarang dimainkan di Leeds; Adama Traore yang kinerjanya menurun drastis musim ini di Wolves; atau Alvaro Morata yang juga tak terlalu tajam di Juventus.

Dalam komposisi seperti itu, setidaknya Nacho dan Assensio –jika Ramos dianggap tak bugar meski Inggris tetap membawa Harry Maguire yang jelas-jelas masih pemulihan cedera–  pantas masuk dalam skuad Enrique. Jika Enrique mengatakan tak ada foktor subjektivitas dalam pemilihan pemain, maka nama-nama yang dianggap banyak orang tak pantas ada dalam tim mestinya juga tak dibawanya. Sebab, selain tanpa menyertakan pemain-pemain Madrid –dan ini sejarah pertama Spanyol di kejuaraan major— masih ada pemain bagus yang layak masuk tim. Misalnya Saul Niguez (Atletico Madrid), atau Iago Aspas (Celta Vigo).

Menghadapi Swedia Senin (14/6/2021) dini hari ini, akan menjadi ujian awal bagi Spanyol minus Madrid ini. Ini akan menjadi gambaran bagaimana Spanyol bermain dalam pertandingan selanjutnya. Swedia memang bukan lawan level atas, tetapi sepakbola selalu menawarkan hal-hal menarik yang kadang di luar prediksi.

Di samping keraguan atas skuad Spanyol di Piala Eropa 2020 ini, mungkin pertanyaan ini juga pantas disampaikan oleh para pendukung La Furia Roja atau Madrid: ada apa dengan Enrique?***

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari