JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencatat sebesar 12,4 persen pendapatan masyarakat menengah ke bawah, dipakai untuk mengkonsumsi rokok di tengah pandemi Covid-19. Dari data tersebut terlihat bahwa tingkat kesadaran masyarakat kategori tersebut terkait kesehatan masih rendah.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menuturkan, pengeluaran yang digunakan untuk membeli rokok, tujuh kali lipat lebih banyak jika dibandingkan dengan pembelian kebutuhan pokok. Padahal, situasi saat ini rentan terhadap krisis ekonomi.
Menurutnya, kondisi seperti itu sangat disayangkan. Sebab seharusnya masyarakat lebih mengutamakan pemenuhan gizi yang dapat meningkatkan daya imun tubuh dibandingkan rokok.
"Harus dikawal dengan baik oleh pemerintah, karena di tengah pendapatan yang susah dan kemampuan seperti ini, masyarakat diharapkan menggunakan uangnya untuk konsumsi yang lebih rasional, yaitu dalam konteks mengubah perilaku hidup yang sehat atau fokus untuk kebutuhan pangan," terangnya melalui diskusi online, Kamis (14/5).
Apalagi, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah menyebabkan daya beli masyarakat semakin menurun. Hal ini tentunya untuk memutus rantai penularan virus corona dan menyebabkan aktivitas ekonomi terhenti sementara waktu.
Lebih parahnya lagi, harga beberapa komoditas pangan di Indonesia cenderung tak memiliki pola. Pasalnya, pemerintah kesulitan untuk mengendalikan harga terutama di kondisi krisis seperti saat ini.
"Pemerintah harus fokus agar harga tak berpola bisa dikendalikan supaya konsumen di tengah daya beli yang tidak baik ada kepastian harga," tutupnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi
JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mencatat sebesar 12,4 persen pendapatan masyarakat menengah ke bawah, dipakai untuk mengkonsumsi rokok di tengah pandemi Covid-19. Dari data tersebut terlihat bahwa tingkat kesadaran masyarakat kategori tersebut terkait kesehatan masih rendah.
Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menuturkan, pengeluaran yang digunakan untuk membeli rokok, tujuh kali lipat lebih banyak jika dibandingkan dengan pembelian kebutuhan pokok. Padahal, situasi saat ini rentan terhadap krisis ekonomi.
- Advertisement -
Menurutnya, kondisi seperti itu sangat disayangkan. Sebab seharusnya masyarakat lebih mengutamakan pemenuhan gizi yang dapat meningkatkan daya imun tubuh dibandingkan rokok.
"Harus dikawal dengan baik oleh pemerintah, karena di tengah pendapatan yang susah dan kemampuan seperti ini, masyarakat diharapkan menggunakan uangnya untuk konsumsi yang lebih rasional, yaitu dalam konteks mengubah perilaku hidup yang sehat atau fokus untuk kebutuhan pangan," terangnya melalui diskusi online, Kamis (14/5).
- Advertisement -
Apalagi, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) telah menyebabkan daya beli masyarakat semakin menurun. Hal ini tentunya untuk memutus rantai penularan virus corona dan menyebabkan aktivitas ekonomi terhenti sementara waktu.
Lebih parahnya lagi, harga beberapa komoditas pangan di Indonesia cenderung tak memiliki pola. Pasalnya, pemerintah kesulitan untuk mengendalikan harga terutama di kondisi krisis seperti saat ini.
"Pemerintah harus fokus agar harga tak berpola bisa dikendalikan supaya konsumen di tengah daya beli yang tidak baik ada kepastian harga," tutupnya.
Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi