Bukit Lancang berada Desa Lakat, Kecamatan Batang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu dan masuk dalam wilayah Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) Provinsi Riau. Salah satu pesona alam yang menakjubkan untuk dijelajahi.
Laporan: Wiwik Widaningsih (Batang Gansal)
BUKIT Lancang memiliki ketinggian 500 mdpl merupakan hutan tropis lebat yang masih asri dengan beraneka ragam flora dan fauna langka, di antaranya terdapat tanaman pohon mersawa berumur 200 tahun. Pohon ini berketinggian mencapai 40 meter dengan batang begitu besar berdiameter lebih kurang 3-4 meter.
Bukit Lancang termasuk salah satu tujuan ekspedisi 45 wartawan yang bergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau, menjelajahi alam Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) dan TNBT selama 3 hari (6-8 Agustus 2021), sempena HUT Riau ke-64 dan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) ke-12.
Pesona Bukit Lancang begitu menggoda peserta ekspedisi wartawan untuk menjelajahi. Pohon Mermawa salah satu tujuan tim berjumlah 18 wartawan dari berbagai media termasuk saya ikut serta menjelajahi.
Untuk menuju lokasi pohon tersebut memang memerlukan perjuangan dan cukup menguras tenaga dengan melintasi hutan tropis yang lebat serta kondisi jalan yang licin membuat sewaktu-waktu kita bisa tergelincir. Diperlukan fisik dan mental yang kuat untuk selama pendakian.
Pendakian Bukit Lancang dimulai dari camp granit sekitar pukul 08.00 WIB, Sabtu tanggal 7 Agustus 2021, dilepas oleh Ketua PWI Riau Zulmansyah dan Kepala Balai TNBT Fifin Jogasara. Tim ekspedisi sebanyak 18 wartawan dengan semangat berjalan kaki didampingi staf TNBT melalui jalan setapak, panjang rute 4 kilometer, menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam.
Rintangan mulai terasa saat jalan setapak terus menanjak. Tantangan pertama peserta, harus melewati tanjakan cukup terjal yang sangat menguras tenaga dan harus berjalan ekstra hati-hati dikarenakan tumpukan daun di tanah menambah kesulitan untuk berjalan.
Selain jalan yang dilalui terjal dan licin, melompat anak sungai serta pohon, juga harus menghadapi serangan mendadak dari tawon yang sempat menyengat salah seorang peserta dan pemandu yang menimbulkan rasa sakit dan bengkak. Para peserta yang telah bercucuran keringat, berapa kali beristirahat sebentar melepas lelah guna memulihkan tenaga kembali.
Tiba- tiba jari kaki saya sebelah kiri keram, sulit dibawa berjalan, sehingga harus berhenti untuk mengobati keram kaki itu. Meski keringat terus mengalir, tenaga sudah mulai terkuras bersama rekan-rekan yang selalu berada di sampingi, akhirnya kami sampai ke lokasi tujuan, bergabung dengan rekan lain yang telah sampai duluan. Rasa sakit di bagian jari kaki seketika hilang saat saya melihat pohon berusia tua tersebut. Karena rasa penasaran, sebagian tim 18 wartawan berjumlah 12 orang merentangkan tangan mengelilingi pohon mersawa.
Sepanjang jalan lintasan mendaki, staf TNBT Andi yang mendampingi tim ekspedisi 18 wartawan memberikan penjelasan tentang tanaman yang ditemukan. Bahkan ada salah satu rekan media berkelakar betah kalau tinggal di hutan karena akan mendapatkan udara segar. "Pohon Mersawa telah berusia 200 tahun, saking besar batangnya maka perlu sekitar 12 orang dewasa merentangkan tangan. Pohon ini menjadi objek wisata yang unik bagi yang datang ke lokasi," jelas Andi Moenandar.
Setelah puas bertanya tentang pohon mersawa dan lainnya serta berfoto ria, tim ekspedisi 18 wartawan kembali turun ke bawah. Perjalanan pulang tentunya lebih menguras tenaga daripada saat mendaki sepanjang jalan. Namun rasa letih di badan telah terbayar dengan mendapatkan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang baru,terutama bagi diri saya.
Kepala Balai TNBT Fifin Jogasari menyampaikan rasa senang dan bangga dengan kedatangan rombongan ekspedisi wartawan PWI Riau ke TNBT Inhu. Fifin menyebutkan taman nasional ini memiliki luas lebih kurang 143.143 hektare, merupakan kawasan memiliki tipe hutan tropis dataran rendah, sehingga mempunyai keragaman hayati flora dan flora. Juga di dalam kawasan TNBT ini terdapat 3 kelompok masyarakat tradisional yakni Suku Kubu,Talang Mamak dan Melayu Tua.
Ketua PWI Riau Zulmansyah Sekedang menyampaikan tujuan ekspedisi PWI dengan tema "wartawan peduli taman nasional" mengambil peranan wartawan terhadap lingkungan. Tentu dengan membuat tulisan tentang TNBT dan TNTN untuk eksplore selama kegiatan ini berlangsung. "Mulai dari camp granit, jelajah rimba Bukit Lancang di TNBT hingga ke TNTN," katanya.
Editor: Rinaldi