MAKKAH (RIAUPOS.CO) — Jamaah haji Indonesia tidur di tenda Mina dengan umpel-umpelan. Tidur dengan kaki ketemu kepala jamak ditemukan di tenda-tenda. Sejumlah jamaah memilih menggelar tikar dan tidur di luar tenda. Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin terus mendesak supaya pemerintah kerajaan Arab Saudi memperbanyak tenda atau menambah kapasitas Mina.
Di antara jamaah yang memilih tidur di luar tenda adalah Abdul Kadir Suhaimi. Jamaah 50 tahun itu tergabung dalam kloter BDJ-09 dari embarkasi Banjarmasin. Tendanya tidak jauh dari tenda misi haji Indonesia. Untuk diketahui kompleks tenda misi haji yang juga klinik kesehatan Mina, tidak jauh dari ujung terowongan Muaisyim.
Kadir menggelar tikar plastik di pinggir pagar tenda. "Saya di maktab 50. Semua tendanya penuh. Di tenda saya ada 105 jamaah," katanya, Ahad malam (11/8). Dia berharap ke depan fasilitas tenda di Mina bisa ditingkatkan. Sehingga jamaah tidak tidur berimpitan. Menurutnya tenda di Arafah lebih leluasa ketimbang di Mina.
Menurut Kadir fasilitas tenda yang baik justru diperlukan di Mina. Sebab jamaah mengeluarkan banyak tenaga dari tenda menuju jamarat atau lokasi melempar jumrah. Jarak tenda jamaah haji reguler Indonesia ke jamarat sekitar 3 km. Sementara tenda yang terjauh, yakni di kawasan Mina Jadid bisa mencapai 7 km.
"Karena jalan kakinya panjang, perlu istirahat yang maksimal," tuturnya. Dia mengatakan rombongannya pertama kali melontar untuk jumrah aqabah Senin (11/8) sekitar pukul 10.00 pagi. Kemudian kembali ke tenda lagi sekitar pukul 13.00 siang. Dia bersyukur meskipun jauh, seluruh jamaah di rombongannya kembali ke tenda secara utuh. Tidak ada yang terpisah.
Dia menjelaskan sampai di tenda Mina dari Muzdalifah, Ahad dini hari sekitar pukul 03.00 waktu setempat. Pada saat itu Kadir menjelaskan tidur di tenda Mina masih agak teratur. Sebab seluruh tas tenteng masih diposisikan mengelilingi di pinggir tenda bagian dalam.
Namun setelah itu posisi tas tenteng sudah di samping jamaah masing-masing. Sehingga membuat tenda semakin penuh sesak. Bahkan ada jamaah yang memasang tali jemuran di dalam tenda. Jamaah menggunakan tali itu untuk menjemur baju yang baru digunakan.(wan/jpg)
Editor: Arif Oktafian
MAKKAH (RIAUPOS.CO) — Jamaah haji Indonesia tidur di tenda Mina dengan umpel-umpelan. Tidur dengan kaki ketemu kepala jamak ditemukan di tenda-tenda. Sejumlah jamaah memilih menggelar tikar dan tidur di luar tenda. Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin terus mendesak supaya pemerintah kerajaan Arab Saudi memperbanyak tenda atau menambah kapasitas Mina.
Di antara jamaah yang memilih tidur di luar tenda adalah Abdul Kadir Suhaimi. Jamaah 50 tahun itu tergabung dalam kloter BDJ-09 dari embarkasi Banjarmasin. Tendanya tidak jauh dari tenda misi haji Indonesia. Untuk diketahui kompleks tenda misi haji yang juga klinik kesehatan Mina, tidak jauh dari ujung terowongan Muaisyim.
- Advertisement -
Kadir menggelar tikar plastik di pinggir pagar tenda. "Saya di maktab 50. Semua tendanya penuh. Di tenda saya ada 105 jamaah," katanya, Ahad malam (11/8). Dia berharap ke depan fasilitas tenda di Mina bisa ditingkatkan. Sehingga jamaah tidak tidur berimpitan. Menurutnya tenda di Arafah lebih leluasa ketimbang di Mina.
Menurut Kadir fasilitas tenda yang baik justru diperlukan di Mina. Sebab jamaah mengeluarkan banyak tenaga dari tenda menuju jamarat atau lokasi melempar jumrah. Jarak tenda jamaah haji reguler Indonesia ke jamarat sekitar 3 km. Sementara tenda yang terjauh, yakni di kawasan Mina Jadid bisa mencapai 7 km.
- Advertisement -
"Karena jalan kakinya panjang, perlu istirahat yang maksimal," tuturnya. Dia mengatakan rombongannya pertama kali melontar untuk jumrah aqabah Senin (11/8) sekitar pukul 10.00 pagi. Kemudian kembali ke tenda lagi sekitar pukul 13.00 siang. Dia bersyukur meskipun jauh, seluruh jamaah di rombongannya kembali ke tenda secara utuh. Tidak ada yang terpisah.
Dia menjelaskan sampai di tenda Mina dari Muzdalifah, Ahad dini hari sekitar pukul 03.00 waktu setempat. Pada saat itu Kadir menjelaskan tidur di tenda Mina masih agak teratur. Sebab seluruh tas tenteng masih diposisikan mengelilingi di pinggir tenda bagian dalam.
Namun setelah itu posisi tas tenteng sudah di samping jamaah masing-masing. Sehingga membuat tenda semakin penuh sesak. Bahkan ada jamaah yang memasang tali jemuran di dalam tenda. Jamaah menggunakan tali itu untuk menjemur baju yang baru digunakan.(wan/jpg)
Editor: Arif Oktafian