- Advertisement -
Hendro ditugaskan oleh perusahaan tempatnya bekerja berangkat ke Batam. Mengawali bulan Ramadan lalu, ia pun bertolak dari Kota Pekanbaru menuju Batam menggunakan penerbangan perdana dari Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II ke kota industri di Provinsi Kepulauan Riau tersebut.
Berangkat dari rumahnya di Panam usai sahur, Hendro yang ditugaskan mendadak hanya membawa tas punggung dengan beberapa helai baju. Ia tiba di Kota Batam pukul 9:00 WIB, setelah pesawat yang ditumpanginya delay sekitar lebih satu jam lamanya.
- Advertisement -
Menunggu jemputan di Bandara Hang Nadim, Hendro duduk di ruang tunggu jemputan. Hampir satu jam lamanya, ia pun merasakan penat menanti karena merasa sudah terlalu lama. Kebosanannya dilampiaskan dengan berkeliling di sisi luar bandara dan melihat UMKM yang berjualan di sekitarnya.
Setelah melihat-lihat beberapa gerai, ia pun masuk ke gerai pedagang kopi yang tersedia karena menyediakan sarapan. Setelah menyantap sarapan dan minum di pagi hari itu, Hendro dihubungi pria yang menjemputnya.
"Saya sudah di lokasi (sambil menyebutkan salah satu gate penjemputan), Pak,"kata si penjemput.
- Advertisement -
Hendro terburu-buru menuju titik penjemputan dan berlalu meninggalkan bandara menuju pusat Kota Batam, tempat ia ditugaskan kantornya untuk dua hari lamanya. Singkat cerita, setelah berbincang dengan sopir, masuklah pembahasan tentang suasana bulan puasa Ramadan di Kota Batam dan sekitarnya.
Di mana banyak tempat-tempat dan warung makan yang tetap buka seperti biasa. Setelah beberapa perbincangan, Hendro baru sadar bahwa ia selesai sarapan di bandara tadi. "Alamak… patut lapar saya agak lain tadi pagi saat sarapan, baru sadar sekarang bulan puasa,"tawanya disambut seloroh sang sopir, "Rejeki berarti, Pak. Namanya lupa".(bay)
Hendro ditugaskan oleh perusahaan tempatnya bekerja berangkat ke Batam. Mengawali bulan Ramadan lalu, ia pun bertolak dari Kota Pekanbaru menuju Batam menggunakan penerbangan perdana dari Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II ke kota industri di Provinsi Kepulauan Riau tersebut.
Berangkat dari rumahnya di Panam usai sahur, Hendro yang ditugaskan mendadak hanya membawa tas punggung dengan beberapa helai baju. Ia tiba di Kota Batam pukul 9:00 WIB, setelah pesawat yang ditumpanginya delay sekitar lebih satu jam lamanya.
- Advertisement -
Menunggu jemputan di Bandara Hang Nadim, Hendro duduk di ruang tunggu jemputan. Hampir satu jam lamanya, ia pun merasakan penat menanti karena merasa sudah terlalu lama. Kebosanannya dilampiaskan dengan berkeliling di sisi luar bandara dan melihat UMKM yang berjualan di sekitarnya.
Setelah melihat-lihat beberapa gerai, ia pun masuk ke gerai pedagang kopi yang tersedia karena menyediakan sarapan. Setelah menyantap sarapan dan minum di pagi hari itu, Hendro dihubungi pria yang menjemputnya.
- Advertisement -
"Saya sudah di lokasi (sambil menyebutkan salah satu gate penjemputan), Pak,"kata si penjemput.
Hendro terburu-buru menuju titik penjemputan dan berlalu meninggalkan bandara menuju pusat Kota Batam, tempat ia ditugaskan kantornya untuk dua hari lamanya. Singkat cerita, setelah berbincang dengan sopir, masuklah pembahasan tentang suasana bulan puasa Ramadan di Kota Batam dan sekitarnya.
Di mana banyak tempat-tempat dan warung makan yang tetap buka seperti biasa. Setelah beberapa perbincangan, Hendro baru sadar bahwa ia selesai sarapan di bandara tadi. "Alamak… patut lapar saya agak lain tadi pagi saat sarapan, baru sadar sekarang bulan puasa,"tawanya disambut seloroh sang sopir, "Rejeki berarti, Pak. Namanya lupa".(bay)