Sabtu, 23 November 2024
spot_img

Google Tak Lagi Jadi Mesin Pencari Tunggal di Ponsel Android

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Google akhirnya tunduk pada regulator Uni Eropa (UE) menyediakan mesin pencari (search engine) alternatif bagi pengguna Android di UE, di antaranya DuckDuckGo, Yahoo dan Bing (Microsoft).

Pengguna Android akan disajikan pilihan empat mesin pencari, termasuk Google–yang muncul di layar–mulai 1 Maret, setelah putusan antitrust Eropa beberapa waktu lalu.

Google didenda USD 5 miliar oleh regulator Uni Eropa, yang mengatakan perusahaan itu harus menghentikan penyediaan hanya mesin pencari Google di OS selulernya, tanpa menyediakan alternatif (monopoli).

Dengan demikian, warga negara Uni Eropa yang menyiapkan perangkat Android mulai 1 Maret, akan diberi pilihan empat mesin pencari untuk digunakan sebagai default, termasuk Google.

Pengguna bisa memilih mesin pencari Google, Yahoo, DuckDuckGo atau Bing, sebagai default di browser Chrome dan kotak pencarian di layar Android.

Baca Juga:  Persiapan RI Tuan Rumah, Ketua DPR Hadiri Forum Parlemen Negara G20

Mesin pencari yang diperlihatkan kepada pengguna baru akan bervariasi untuk setiap negara UE, dengan pemilihannya ditentukan berdasarkan sistem lelang.

Setiap penyedia memberi tahu Google berapa bersedia membayar setiap kali pengguna memilih produk mereka sebagai default di Android.

Tiga penawar tertinggi kemudian ditampilkan kepada pengguna, dengan penyedia yang dipilih membayar Google jumlah yang ditawarkan berdasarkan hasil lelang. Proses ini diulang setiap empat bulan.

Semua ini berarti bahwa pilihan Google yang ditampilkan kepada pengguna tidak harus mencerminkan popularitas mesin pencari di negara itu.

Ketika Google mengumumkan sistem lelang Agustus lalu, penyedia pencarian saingan tidak senang. Eric Leandri, CEO mesin pencari yang berfokus pada privasi Qwant, mengatakan itu adalah "total penyalahgunaan posisi dominan [Google]" untuk "meminta uang tunai hanya untuk menunjukkan proposal alternatif."

Baca Juga:  Pancing Pengungsi Pulang dengan Euro

Gabriel Weinberg, CEO DuckDuckGo, mengatakan sistem lelang ini menempatkan "Google akan mendapat untung dengan mengorbankan kompetisi."

Pemilik mesin pencari Ecosia bahkan memboikot lelang. Dalam sebuah pernyataan pers, CEO dan pendiri Ecosia, Christian Kroll, mengatakan keputusan Google "bertentangan dengan semangat keputusan Komisi Uni Eropa Juli 2018".

Kroll mengatakan Ecosia akan meningkatkan kekhawatirannya "atas perilaku monopolistik Google dengan legislator Uni Eropa", demikian mengutip The Verge, Jumat.

Rusia sendiri sudah menegur Google sejak 2017 lalu, terkait kontrol Google pada produsen ponsel berbasis Android dalam mengubah mesin pencari default apa saja kecuali Google.(jpnn)
Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal
 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) — Google akhirnya tunduk pada regulator Uni Eropa (UE) menyediakan mesin pencari (search engine) alternatif bagi pengguna Android di UE, di antaranya DuckDuckGo, Yahoo dan Bing (Microsoft).

Pengguna Android akan disajikan pilihan empat mesin pencari, termasuk Google–yang muncul di layar–mulai 1 Maret, setelah putusan antitrust Eropa beberapa waktu lalu.

- Advertisement -

Google didenda USD 5 miliar oleh regulator Uni Eropa, yang mengatakan perusahaan itu harus menghentikan penyediaan hanya mesin pencari Google di OS selulernya, tanpa menyediakan alternatif (monopoli).

Dengan demikian, warga negara Uni Eropa yang menyiapkan perangkat Android mulai 1 Maret, akan diberi pilihan empat mesin pencari untuk digunakan sebagai default, termasuk Google.

- Advertisement -

Pengguna bisa memilih mesin pencari Google, Yahoo, DuckDuckGo atau Bing, sebagai default di browser Chrome dan kotak pencarian di layar Android.

Baca Juga:  Persiapan RI Tuan Rumah, Ketua DPR Hadiri Forum Parlemen Negara G20

Mesin pencari yang diperlihatkan kepada pengguna baru akan bervariasi untuk setiap negara UE, dengan pemilihannya ditentukan berdasarkan sistem lelang.

Setiap penyedia memberi tahu Google berapa bersedia membayar setiap kali pengguna memilih produk mereka sebagai default di Android.

Tiga penawar tertinggi kemudian ditampilkan kepada pengguna, dengan penyedia yang dipilih membayar Google jumlah yang ditawarkan berdasarkan hasil lelang. Proses ini diulang setiap empat bulan.

Semua ini berarti bahwa pilihan Google yang ditampilkan kepada pengguna tidak harus mencerminkan popularitas mesin pencari di negara itu.

Ketika Google mengumumkan sistem lelang Agustus lalu, penyedia pencarian saingan tidak senang. Eric Leandri, CEO mesin pencari yang berfokus pada privasi Qwant, mengatakan itu adalah "total penyalahgunaan posisi dominan [Google]" untuk "meminta uang tunai hanya untuk menunjukkan proposal alternatif."

Baca Juga:  Bupati Rohil Kunjungi Korban Kebakaran Rumah di Bagan Barat

Gabriel Weinberg, CEO DuckDuckGo, mengatakan sistem lelang ini menempatkan "Google akan mendapat untung dengan mengorbankan kompetisi."

Pemilik mesin pencari Ecosia bahkan memboikot lelang. Dalam sebuah pernyataan pers, CEO dan pendiri Ecosia, Christian Kroll, mengatakan keputusan Google "bertentangan dengan semangat keputusan Komisi Uni Eropa Juli 2018".

Kroll mengatakan Ecosia akan meningkatkan kekhawatirannya "atas perilaku monopolistik Google dengan legislator Uni Eropa", demikian mengutip The Verge, Jumat.

Rusia sendiri sudah menegur Google sejak 2017 lalu, terkait kontrol Google pada produsen ponsel berbasis Android dalam mengubah mesin pencari default apa saja kecuali Google.(jpnn)
Sumber: Jpnn.com
Editor: Erizal
 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

spot_img
spot_img
spot_img

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari