RIAUPOS.CO– Harapan terciptanya denuklirisasi di Semenanjung Korea kian jauh. Sabtu (7/12) Korea Utara (Korut) kembali melakukan uji coba. Tidak diungkap dengan jelas apa yang dicoba negeri yang dipimpin Kim Jong-un itu.
Juru bicara Akademi Ilmu Pertahanan Nasional Korut hanya mengungkapkan bahwa uji coba yang sangat penting tersebut dilakukan di Stasiun Peluncuran Satelit Sohae. ’’Hasil uji coba penting baru-baru ini bakal berdampak vital pada perubahan posisi strategis DPRK (Korut, Red) dalam waktu dekat,’’ ujar juru bicara itu seperti dikutip kantor berita Korut KCNA.
Sesuai dengan namanya, Sohae merupakan fasilitas untuk meluncurkan satelit ke orbit. Namun, banyak pengamat yang menilai bahwa fasilitas tersebut hanya kedok untuk uji coba misil balistik jarak jauh. Korut juga beberapa kali melakukan uji coba roket dari fasilitas tersebut.
Analis dari Institute for Far Eastern Studies, Seoul, Korsel, Kim Dong-yub sebagaimana dikutip AP menyatakan, Korut sedang menguji coba mesin berbahan bakar solid untuk misil balistik interkontinental. Dia meyakini itu adalah uji coba pertama dengan bahan bakar solid. Penggunaan bahan bakar solid meningkatkan gerakan senjata.
Sehari sebelum uji coba, CNN melaporkan adanya gambar satelit yang mengindikasikan bahwa Korut mungkin bersiap melakukan uji coba mesin yang digunakan untuk peluncur satelit dan misil balistik interkontinentalnya di Sohae.
Jeffrey Lewis dari Middlebury Institute of International Studies, AS, menyampaikan, gambar satelit pada 5 Desember itu menunjukkan adanya kotak kontainer besar di Sohae. Itu bisa menjadi indikator akan adanya uji coba mesin roket. Mesin tersebut bisa juga digunakan untuk meluncurkan misil.
Korut sejatinya sudah membongkar fasilitas di Sohae pada 2018 demi negosiasi dengan AS. Namun, karena proses denuklirisasi gagal, Pyongyang membangun kembali fasilitas tersebut. Namun, selama ini tidak ada aktivitas apa pun di lokasi tersebut. Uji coba Sabtu (7/12) itu adalah yang pertama sejak pengaktifan ulang.
’’Jelas, ini merupakan satu lagi tanda bahwa Korut melakukan lebih banyak aktivitas yang berkaitan dengan misil menjelang batas akhir yang diberikan Kim Jong-un untuk menarik sanksi di negaranya,’’ tegas Lewis seperti dikutip Agence France-Presse.
Dengan kata lain, uji coba yang dilakukan bertubi-tubi itu adalah wujud tekanan ke AS. Pyongyang memberikan waktu hingga 31 Desember agar AS mengajukan tawaran baru untuk memulai kembali pembicaraan tentang nuklir. Namun, sejauh ini AS belum menawarkan apa pun. Beberapa waktu lalu Korut juga mengancam memberikan ’’hadiah Natal’’ untuk AS.
’’Kami sudah melihat laporan uji coba tersebut dan sedang berkoordinasi dengan para sekutu dan partner kami,’’ ujar salah seorang pejabat senior AS.
Asisten Senior Federasi Ilmuwan Amerika Ankit Panda memiliki pemikiran berbeda. Menurut dia, yang dilakukan Korut adalah uji coba mesin di darat, bukan peluncuran misil. ’’Kami melihat beberapa indikator selama beberapa bulan terakhir dan tampaknya mereka sedang melakukan peluncuran satelit luar angkasa,’’ cuitnya.
Presiden AS Donald Trump pada Sabtu lalu menyatakan, hubungannya dengan Jong-un baik-baik saja. Dia bahkan akan kaget jika Korut melakukan tindakan yang bisa memicu permusuhan. Pernyataan itu tentu saja dikeluarkan sebelum KCNA mengaku melakukan uji coba di Sohae.
’’Dia (Kim Jong-un) tahu saya ikut pemilu mendatang. Saya pikir dia tidak ingin mengintervensi hal tersebut,’’ ujarnya.
UJI COBA MISIL KORUT SEPANJANG 2019
4 Mei: Beberapa misil jarak pendek diluncurkan dari Wonsan. Salah satunya diperkirakan sebagai misil jenis Iskander buatan Rusia yang bisa diubah arahnya di tengah peluncuran.
9 Mei: Dua misil balistik jarak pendek diluncurkan dari Sinori, Pyongan Utara.
25 Juli: Korut meluncurkan dua misil balistik jarak pendek yang diyakini sebagai desain baru.
31 Juli: Korut kembali meluncurkan beberapa misil balistik jarak pendek.
2 Agustus: Dua misil jarak pendek ditembakkan dari Provinsi Hamgyong Selatan ke Laut Jepang.
24 Agustus: Dua misil jarak pendek ditembakkan dari Sondok dan jatuh di Laut Jepang.
10 September: Korut menembakkan dua misil jarak pendek dari Kaechon beberapa jam setelah mengusulkan negosiasi denuklirisasi dengan AS dilakukan lagi.
2 Oktober: Korut menguji coba submarine-launched ballistic missile (SLBM) jenis baru, Pukguksong-3, di perairan Wonsan. Misil itu terbang sejauh 450 kilometer dengan ketinggian 910 kilometer dan jatuh di ZEE Jepang di Prefektur Shimane.
28 November: Korut meluncurkan dua proyektil jarak pendek. Asap peluncuran terlihat dari Rusia.
7 Desember: Korut mengaku sukses melakukan uji coba penting di Sohae.
Sumber: Jawapos.com
Eitor: Deslina