Rabu, 18 September 2024

Babi Mati di Sumut Capai 22.985 Ekor

MEDAN (RIAUPOS.CO) — Jumlah ternak babi yang mati di Sumatera Utara akibat wabah hog cholera atau kolera babi, meningkat tajam. Pada 22 November, tercatat masih 10.289 ekor ternak babi yang mati. Per Jumat (6/12), jumlah babi yang mati melesat hingga 22.985 ekor babi. Untuk mencegah penyebarluasan virus, Kementerian Pertanian menyalurkan bantuan desinfektan. Namun suplainya terbatas, hanya 450 liter saja.

"Saat ini semua upaya sudah dan sedang dilaksanakan. Kementerian juga sudah mendrop 450 liter desinfektan. Kemudian ada didrop lagi hand supplier. Jadi semua sedang bekerja. Orang pusat (tim dari kementerian) juga sedang di Sumut sampai sekarang," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumatera Utara, Azhar Harahap menjawab JPG, Jumat (6/12).

Hingga kini, ungkap Azhar, Kementerian Pertanian masih mengkaji secara mendalam mengenai penyebaran virus kolera babi di Sumut. Semua aspek dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan. "Nggak bisa secepat itu kementerian mengambil keputusan. Harus memikirkan dampak ekonomi, sosial, dan lainnya. Mengkaji ini 'kan tidak bisa hanya kementerian. Tetapi mesti melibatkan berbagai pihak terkait," katanya.

Baca Juga:  165 CPNS Lulus Seleksi Diberi Waktu 10 Hari

Pada prinsipnya, kata dia, pemerintah bertugas melindungi seluruh masyarakat. Oleh karenanya yang bisa dilakukan saat ini —mengingat status atas wabah kolera babi belum ditetapkan pemerintah—adalah dari sisi pengendalian dan pencegahan. 

- Advertisement -

Salahsatu strategi pencegahan yang dilakukan bertujuan untuk menurunkan populasi kuman (bakteri, larva cacing, oosit, virus, jamur dan lain sebagainya) di areal kandang (bioskuriti), peningkatan kekebalan anak babi terhadap berbagai jenis penyakit (vaksinasi), serta membunuh kuman yang berhasil masuk ke dalam tubuh babi (medikasi).

"ZPemerintah pusat juga punya pertimbangan khusus sesuai regulasi, sebelum menetapkan status wabah yang terjadi ini. Kita tidak bisa memaksa pusat menetapkan ini menjadi KLB. Kenapa itu harus kita permasalahkan? Yang kita pikirkan adalah bagaimana cara mengendalikan penyakitnya," terangnya.

- Advertisement -
Baca Juga:  Yusril Kutip Tiga Ayat Alquran

Ia menambahkan, jika nanti sudah ada ketetapan status soal wabah kolera babi di Sumut, kondisinya akan semakin menyulitkan masyarakat, terutama kalangan peternak. Sebab tidak boleh lagi perpindahan antarbabi dari satu tempat ke tempat lain.

"Makanya saya heran kenapa semua orang sibuk agar ini segera ditetapkan (status kejadian luar biasa/KLB)? Bahwa masyarakat bisa tambah menjerit kalau wabah ini nanti ditetapkan. Bukan lagi dimusnahkan, tetapi babinya tidak bisa keluar. Untuk itulah kajian ini masih terus dilakukan pemerintah pusat," pungkasnya.(prn/map/btr/ian/jpg)

MEDAN (RIAUPOS.CO) — Jumlah ternak babi yang mati di Sumatera Utara akibat wabah hog cholera atau kolera babi, meningkat tajam. Pada 22 November, tercatat masih 10.289 ekor ternak babi yang mati. Per Jumat (6/12), jumlah babi yang mati melesat hingga 22.985 ekor babi. Untuk mencegah penyebarluasan virus, Kementerian Pertanian menyalurkan bantuan desinfektan. Namun suplainya terbatas, hanya 450 liter saja.

"Saat ini semua upaya sudah dan sedang dilaksanakan. Kementerian juga sudah mendrop 450 liter desinfektan. Kemudian ada didrop lagi hand supplier. Jadi semua sedang bekerja. Orang pusat (tim dari kementerian) juga sedang di Sumut sampai sekarang," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Sumatera Utara, Azhar Harahap menjawab JPG, Jumat (6/12).

Hingga kini, ungkap Azhar, Kementerian Pertanian masih mengkaji secara mendalam mengenai penyebaran virus kolera babi di Sumut. Semua aspek dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan. "Nggak bisa secepat itu kementerian mengambil keputusan. Harus memikirkan dampak ekonomi, sosial, dan lainnya. Mengkaji ini 'kan tidak bisa hanya kementerian. Tetapi mesti melibatkan berbagai pihak terkait," katanya.

Baca Juga:  165 CPNS Lulus Seleksi Diberi Waktu 10 Hari

Pada prinsipnya, kata dia, pemerintah bertugas melindungi seluruh masyarakat. Oleh karenanya yang bisa dilakukan saat ini —mengingat status atas wabah kolera babi belum ditetapkan pemerintah—adalah dari sisi pengendalian dan pencegahan. 

Salahsatu strategi pencegahan yang dilakukan bertujuan untuk menurunkan populasi kuman (bakteri, larva cacing, oosit, virus, jamur dan lain sebagainya) di areal kandang (bioskuriti), peningkatan kekebalan anak babi terhadap berbagai jenis penyakit (vaksinasi), serta membunuh kuman yang berhasil masuk ke dalam tubuh babi (medikasi).

"ZPemerintah pusat juga punya pertimbangan khusus sesuai regulasi, sebelum menetapkan status wabah yang terjadi ini. Kita tidak bisa memaksa pusat menetapkan ini menjadi KLB. Kenapa itu harus kita permasalahkan? Yang kita pikirkan adalah bagaimana cara mengendalikan penyakitnya," terangnya.

Baca Juga:  Yusril Kutip Tiga Ayat Alquran

Ia menambahkan, jika nanti sudah ada ketetapan status soal wabah kolera babi di Sumut, kondisinya akan semakin menyulitkan masyarakat, terutama kalangan peternak. Sebab tidak boleh lagi perpindahan antarbabi dari satu tempat ke tempat lain.

"Makanya saya heran kenapa semua orang sibuk agar ini segera ditetapkan (status kejadian luar biasa/KLB)? Bahwa masyarakat bisa tambah menjerit kalau wabah ini nanti ditetapkan. Bukan lagi dimusnahkan, tetapi babinya tidak bisa keluar. Untuk itulah kajian ini masih terus dilakukan pemerintah pusat," pungkasnya.(prn/map/btr/ian/jpg)

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari