Sebagai provinsi yang dinamis, Riau tentunya banyak masalah yang dihadapinya. Misalnya perluasan lahan pertanian dan perkebunan di Riau tentunya berdampak pada lingkungan.
Dampak pembangunan perkebunan misalnya, selain masalah kebakaran lahan dan hutan juga dampak semakin berkurangnya tanaman asli di Riau. Sepanjang perjalan menuju daerah di Riau, yang terlihat hanya perkebunan kelapa sawit.
Dampak bagi ekosistem di Riau, terlihat semakin berkurangnya hewan-hewan asli, seperti gajah, harimau, kijang, pelanduk, kancil dan lainnya. Beberapa waktu lalu harimau di Kandis kebingungan, karena lahannya habis terbakar.
Bukan hanya ekosistem di daratan, di sungai pun semakin berkurang ikan asli di Riau. Ikan tapah, gurami, belida, baung dan lainnya. Yang banyak ikan nila, lele kolam, dan ikan-ikan peliharaan lainnya.
Jika merujuk pada konsep pembangunan yang berkelanjutan, idealnya pembangunan itu tidak merusak lingkungan, karena pembangunan itu untuk anak cucu kelak. Pembangunan bukan setakat untuk dinikmati saat ini, tetapi untuk jangka panjang.
Negeri-negeri yang menerima produk pertanian dari Riau, mereka (Eropa) tak jarang mempersoalkan masalah lingkungan, agar keseimbangan alam di negeri ini tetap terjaga. Agaknya kabut asap ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa pembangunan di negeri harus ramah lingkungan. Lebih baik tingkat pendapatan tidak naik (stagnan), asal kesehatan penduduk negeri ini terjaga. Kisa saksikan tidak sedikit penduduk di negeri ini yang mengalami penyakit beragam jenis tumor, kanker, sesak napas dan lainnya.
Dampak pembangunan bukan hanya dirasakan oleh penduduk miskin, tetapi juga orang kaya. Udara yang kita hirup saat ini tidak lagi bersih. Air yang kita gunakan saat ini tidak lagi sehat. Makanan yang kita makan saat ini tidak lagi sehat. Maka jangan heran jika rumah sakit pun selalu dipenuhi pasien dengan beragam penyakit.
Produk pertanian yang tidak ramah lingkungan, seperti menggunakan pestisida, akan berdampak pada tubuh kita. Memang tidak secara langsung, tetapi secara berangsur-angsur. Bagi warga yang daya tahan tubuhnya kuat, mereka masih bisa bertahan sampai usia 50 an tahun, tetapi bagi mereka yang daya tahan tubunya lemah, di usia remaja sudah terpapar penyakit.
Kita tidak ingin meninggalkan anak cucukan yang lemah, maka hendaknya dampak pembangunan di negeri dikurangi.***