Jumat, 20 September 2024

Petaka Studi Banding Guru TK, Bus Masuk Sungai, 5 Korban Tewas

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Mestinya para guru dan kepala taman kanak-kanak (TK) se-Kecamatan Tulungagung itu menjalani studi banding ke Pasuruan kemarin (7/12). Tujuan mereka adalah kebun kurma. Namun, niat itu tak terwujud.

Baru sampai di Jembatan Kali Legi, Kesamben, Blitar, bus pariwisata Fabian Anugrah Trans nopol AG 7555 UR yang membawa mereka mengalami kecelakaan.

Bus masuk ke sungai. Akibatnya, empat penumpang bus tewas. Mereka adalah Naksabandi, 56; Siti Fatimah, 50; Kasihaten, 45; dan Anita Tusiana, 46. Satu lagi korban tewas adalah Ridwan, 75, pengendara motor yang terlibat tragedi itu. Bus yang bermuatan 59 orang tersebut berangkat dari Tulungagung pukul 05.00. ”Sekitar pukul tujuh (pagi, Red) kurang sepersekian detik, kecelakaan itu terjadi,” ungkap kernet bus Muhammad Tontowi Anas.

Menurut Anas, bus melaju dengan kecepatan normal dari arah barat. Di jembatan tersebut, terparkir truk tronton yang mogok. Jalan menjadi sempit. Anas mengingatkan sopir bus Miftahul Huda agar berhati-hati saat melintas. Tak diduga, pada saat bersamaan, dari arah yang sama ada motor yang hendak menyalip bus.

- Advertisement -
Baca Juga:  Antisipasi Kerumunan saat Tahun Baru

Karena kaget, sopir membanting setir ke kanan. Bus menghantam pembatas jembatan. Seketika bus terjun ke sungai dari ketinggian kira-kira 10 meter. ”Kalau tidak banting ke kanan, mungkin justru nabrak ke arah truk,” ungkap Anas.

Posisi kepala bus berada di sungai. Para penumpang terjatuh bertumpukan di bagian depan bus. Banyak kursi bus yang copot. Tak sedikit pula penumpang yang terjepit.

- Advertisement -

Kapolres Blitar AKBP Budi mengungkapkan, korban meninggal tercatat lima orang. Perinciannya, empat penumpang bus dan satu pengendara motor. Sementara itu, korban luka dibawa ke sejumlah fasilitas kesehatan untuk segera ditangani. Lima orang dirawat di Puskesmas Kesamben, 25 orang ditangani RS Wava Husada, dan 29 korban luka kategori parah dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ngudi Waluyo, termasuk 5 korban meninggal.

Menurut dokter jaga Nasrulloh, kebanyakan yang dibawa di RS Wava Husada merupakan korban luka ringan. ”Kebanyakan luka ringan seperti robek, butuh dijahit, sehingga banyak yang tidak perlu rawat inap. Namun, ada dua hingga tiga orang yang harus diobservasi lebih lanjut,” terang dia.

Baca Juga:  Catat, Ini Perlu Diketahui agar Terhindar dari Virus Corona

Bupati Tulungagung Maryoto Birowo menyatakan harapannya untuk membawa pulang korban kecelakaan tersebut. ”Kami berterima kasih kepada RSUD Ngudi Waluyo yang telah memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat kami,” katanya.

Maryoto berharap bisa membawa warganya itu untuk berobat di RS Tulungagung. Semua biaya ditanggung pemerintah setempat. ”Sudah ada komunikasi antarrumah sakit daerah. Tim sudah bekerja. Kecuali untuk korban dengan pertimbangan medis tertentu, kami memang harus mengikuti prosedur yang berlaku,” ucapnya.

Direktur RSUD Ngudi Waluyo Endah Woro Utami tidak berkeberatan dengan skema pindah perawatan Pemkab Tulungagung. Dengan catatan, penanganan kegawatdaruratan pasien sudah dilakukan dengan baik. ”Kalau pasien sudah transportable, tidak masalah dipindah perawatan ke (RSUD) dr Iskak Tulungagung. Tapi, kalau kondisinya belum stabil, masih pendarahan, itu berbahaya,” jelas dia.

Mayoritas korban di RSUD Ngudi Waluyo mengalami cedera pada anggota gerak. Beberapa korban membutuhkan penanganan intensif karena pendarahan.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Mestinya para guru dan kepala taman kanak-kanak (TK) se-Kecamatan Tulungagung itu menjalani studi banding ke Pasuruan kemarin (7/12). Tujuan mereka adalah kebun kurma. Namun, niat itu tak terwujud.

Baru sampai di Jembatan Kali Legi, Kesamben, Blitar, bus pariwisata Fabian Anugrah Trans nopol AG 7555 UR yang membawa mereka mengalami kecelakaan.

Bus masuk ke sungai. Akibatnya, empat penumpang bus tewas. Mereka adalah Naksabandi, 56; Siti Fatimah, 50; Kasihaten, 45; dan Anita Tusiana, 46. Satu lagi korban tewas adalah Ridwan, 75, pengendara motor yang terlibat tragedi itu. Bus yang bermuatan 59 orang tersebut berangkat dari Tulungagung pukul 05.00. ”Sekitar pukul tujuh (pagi, Red) kurang sepersekian detik, kecelakaan itu terjadi,” ungkap kernet bus Muhammad Tontowi Anas.

Menurut Anas, bus melaju dengan kecepatan normal dari arah barat. Di jembatan tersebut, terparkir truk tronton yang mogok. Jalan menjadi sempit. Anas mengingatkan sopir bus Miftahul Huda agar berhati-hati saat melintas. Tak diduga, pada saat bersamaan, dari arah yang sama ada motor yang hendak menyalip bus.

Baca Juga:  Pendataan Masyarakat Harus Relevan dan Akurat

Karena kaget, sopir membanting setir ke kanan. Bus menghantam pembatas jembatan. Seketika bus terjun ke sungai dari ketinggian kira-kira 10 meter. ”Kalau tidak banting ke kanan, mungkin justru nabrak ke arah truk,” ungkap Anas.

Posisi kepala bus berada di sungai. Para penumpang terjatuh bertumpukan di bagian depan bus. Banyak kursi bus yang copot. Tak sedikit pula penumpang yang terjepit.

Kapolres Blitar AKBP Budi mengungkapkan, korban meninggal tercatat lima orang. Perinciannya, empat penumpang bus dan satu pengendara motor. Sementara itu, korban luka dibawa ke sejumlah fasilitas kesehatan untuk segera ditangani. Lima orang dirawat di Puskesmas Kesamben, 25 orang ditangani RS Wava Husada, dan 29 korban luka kategori parah dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ngudi Waluyo, termasuk 5 korban meninggal.

Menurut dokter jaga Nasrulloh, kebanyakan yang dibawa di RS Wava Husada merupakan korban luka ringan. ”Kebanyakan luka ringan seperti robek, butuh dijahit, sehingga banyak yang tidak perlu rawat inap. Namun, ada dua hingga tiga orang yang harus diobservasi lebih lanjut,” terang dia.

Baca Juga:  Antisipasi Kerumunan saat Tahun Baru

Bupati Tulungagung Maryoto Birowo menyatakan harapannya untuk membawa pulang korban kecelakaan tersebut. ”Kami berterima kasih kepada RSUD Ngudi Waluyo yang telah memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat kami,” katanya.

Maryoto berharap bisa membawa warganya itu untuk berobat di RS Tulungagung. Semua biaya ditanggung pemerintah setempat. ”Sudah ada komunikasi antarrumah sakit daerah. Tim sudah bekerja. Kecuali untuk korban dengan pertimbangan medis tertentu, kami memang harus mengikuti prosedur yang berlaku,” ucapnya.

Direktur RSUD Ngudi Waluyo Endah Woro Utami tidak berkeberatan dengan skema pindah perawatan Pemkab Tulungagung. Dengan catatan, penanganan kegawatdaruratan pasien sudah dilakukan dengan baik. ”Kalau pasien sudah transportable, tidak masalah dipindah perawatan ke (RSUD) dr Iskak Tulungagung. Tapi, kalau kondisinya belum stabil, masih pendarahan, itu berbahaya,” jelas dia.

Mayoritas korban di RSUD Ngudi Waluyo mengalami cedera pada anggota gerak. Beberapa korban membutuhkan penanganan intensif karena pendarahan.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

spot_img

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari