Minggu, 8 September 2024

Iduladha Berpotensi Tidak Serentak, Umat Islam Diminta Saling Hormati

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Perayaan Hari Raya Iduladha 1443 Hijriah berpotensi berbeda antara pemerintah dan Muhammadiyah. Menanggapi hal ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau warga Muslim menunggu hasil sidang isbat Hari Raya Iduladha 1443 Hijriah yang melibatkan pemerintah dan seluruh organisasi massa Islam.

“Ketinggian derajat hilal sepakat ahli hisab kurang lebih dua derajat. Menurut perhitungan MABIMS itu masih di bawah 3 derajat kemungkinannya bisa dilihat, tapi walaupun demikian, keharusan untuk melihat rukhiyatul hilal,” kata Ketua MUI Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Abdullah Jaidi, sebagaimana dikutip dalam keterangan tertulis MUI yang diterima di Jakarta, Selasa (7/6/2022).

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional Thomas Djamaluddin, sebelumnya mengemukakan kemungkinan adanya perbedaan antara pemerintah dan Muhammadiyah dalam penetapan Hari Raya Iduladha 1443 Hijriah/2022 Masehi. Hal ini karena keduanya menggunakan metode yang berbeda.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang menggunakan kriteria Wujudul Hilal, telah menetapkan tanggal 10 Zulhijah 1443 Hijriah, Hari Raya Iduladha, jatuh pada Sabtu, 9 Juli 2022.

- Advertisement -
Baca Juga:  Mahasiswa UIN Belajar Jurnalistik dan Broadcasting ke Riau Pos dan RTV

Menurut Muhammadiyah, tanggal 1 Zulhijah 1443 Hijriah jatuh pada 30 Juni 2022, karena pada saat magrib 29 Juni 2022 di Indonesia posisi bulan sudah di atas ufuk, artinya kriteria Wujudul Hilal telah terpenuhi. Berdasarkan perhitungan itu, Muhammadiyah menetapkan Hari Raya Iduladha jatuh pada 9 Juli 2022.

Sedangkan pemerintah menentukan awal bulan Zulhijah berdasarkan kriteria baru yang disepakati oleh Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

- Advertisement -

Menurut perhitungan pemerintah berdasarkan kriteria baru MABIMS, di Indonesia pada saat magrib 29 Juni 2022 tinggi bulan umumnya kurang dari 3 derajat dan elongasinya kurang dari 6,4 derajat. Artinya, hilal terlalu tipis untuk bisa mengalahkan cahaya syafak yang masih cukup kuat, sehingga hilal tidak mungkin dapat dirukyat.

Dengan kondisi yang demikian, berdasarkan hisab imkan rukyat atau visibilitas hilal tanggal 1 Zulhijah 1443 Hijriah kemungkinan jatuh pada 1 Juli 2022 dan Hari Raya Iduladha jatuh pada 10 Juli 2022.

Baca Juga:  Draf RKUHP: Menghina Presiden-Wapres Terancam Dipenjara 3,5 Tahun

Namun demikian, pemerintah akan menggelar sidang isbat untuk menetapkan Hari Raya Iduladha 1443 Hijriah.

Jaidi mengimbau umat Islam saling menghormati keputusan dalam merayakan Iduladha dan menunaikan puasa Arafah pada tanggal 9 Zulhijah.

“Jadi artinya 9 Zulhijah itu Hari Arafah (atau) hari tasuha di tanggal 9 Zulhijjah. Bagi kita yang di luar menunaikan ibadah haji, disunahkan untuk berpuasa 9 Zulhijah walaupun saudara kita sudah berlebaran haji,” kata dia.

Dia menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan umat pada masa hoaks yang mendiskreditkan umat Islam banyak beredar seperti sekarang.

“Jadi harus menyatukan barisan kita, menyatukan semangat untuk kepentingan agama dan negara. Itu semangatnya yang tidak boleh kendor,” kata dia.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Perayaan Hari Raya Iduladha 1443 Hijriah berpotensi berbeda antara pemerintah dan Muhammadiyah. Menanggapi hal ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau warga Muslim menunggu hasil sidang isbat Hari Raya Iduladha 1443 Hijriah yang melibatkan pemerintah dan seluruh organisasi massa Islam.

“Ketinggian derajat hilal sepakat ahli hisab kurang lebih dua derajat. Menurut perhitungan MABIMS itu masih di bawah 3 derajat kemungkinannya bisa dilihat, tapi walaupun demikian, keharusan untuk melihat rukhiyatul hilal,” kata Ketua MUI Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Abdullah Jaidi, sebagaimana dikutip dalam keterangan tertulis MUI yang diterima di Jakarta, Selasa (7/6/2022).

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional Thomas Djamaluddin, sebelumnya mengemukakan kemungkinan adanya perbedaan antara pemerintah dan Muhammadiyah dalam penetapan Hari Raya Iduladha 1443 Hijriah/2022 Masehi. Hal ini karena keduanya menggunakan metode yang berbeda.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang menggunakan kriteria Wujudul Hilal, telah menetapkan tanggal 10 Zulhijah 1443 Hijriah, Hari Raya Iduladha, jatuh pada Sabtu, 9 Juli 2022.

Baca Juga:  Kantongi Bukti Kuat, Kejagung Bisa Sidik Dugaan Korupsi Satkomhan

Menurut Muhammadiyah, tanggal 1 Zulhijah 1443 Hijriah jatuh pada 30 Juni 2022, karena pada saat magrib 29 Juni 2022 di Indonesia posisi bulan sudah di atas ufuk, artinya kriteria Wujudul Hilal telah terpenuhi. Berdasarkan perhitungan itu, Muhammadiyah menetapkan Hari Raya Iduladha jatuh pada 9 Juli 2022.

Sedangkan pemerintah menentukan awal bulan Zulhijah berdasarkan kriteria baru yang disepakati oleh Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Menurut perhitungan pemerintah berdasarkan kriteria baru MABIMS, di Indonesia pada saat magrib 29 Juni 2022 tinggi bulan umumnya kurang dari 3 derajat dan elongasinya kurang dari 6,4 derajat. Artinya, hilal terlalu tipis untuk bisa mengalahkan cahaya syafak yang masih cukup kuat, sehingga hilal tidak mungkin dapat dirukyat.

Dengan kondisi yang demikian, berdasarkan hisab imkan rukyat atau visibilitas hilal tanggal 1 Zulhijah 1443 Hijriah kemungkinan jatuh pada 1 Juli 2022 dan Hari Raya Iduladha jatuh pada 10 Juli 2022.

Baca Juga:  Sunaryo Kembali Pimpin IKA Unand Riau

Namun demikian, pemerintah akan menggelar sidang isbat untuk menetapkan Hari Raya Iduladha 1443 Hijriah.

Jaidi mengimbau umat Islam saling menghormati keputusan dalam merayakan Iduladha dan menunaikan puasa Arafah pada tanggal 9 Zulhijah.

“Jadi artinya 9 Zulhijah itu Hari Arafah (atau) hari tasuha di tanggal 9 Zulhijjah. Bagi kita yang di luar menunaikan ibadah haji, disunahkan untuk berpuasa 9 Zulhijah walaupun saudara kita sudah berlebaran haji,” kata dia.

Dia menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan umat pada masa hoaks yang mendiskreditkan umat Islam banyak beredar seperti sekarang.

“Jadi harus menyatukan barisan kita, menyatukan semangat untuk kepentingan agama dan negara. Itu semangatnya yang tidak boleh kendor,” kata dia.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

Follow US!
http://riaupos.co/
Youtube: @riauposmedia
Facebook: riaupos
Twitter: riaupos
Instagram: riaupos.co
Tiktok : riaupos
Pinterest : riauposdotco
Dailymotion :RiauPos

Berita Lainnya

Terbaru

Terpopuler

Trending Tags

Rubrik dicari